ISI SURVEI SINGKAT DI BAYAR!! http://www.indosurvei.com/exostan

Kamis, 03 Juli 2014

TUGAS PROPOSAL METLIT

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Masalah kependudukan dewasa ini merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari peminat dan ahli kependudukan, baik di seluruh dunia maupun di Indonesia. Bila ahli-ahli tidak cepat tanggap dan waspada, maka hukum Malthus  yang berbunyi “Penduduk bertambah menurut deret hitung”, akan membawa mala petaka. Belum cukup dua abad sejak hukum itu di tulis, kelaparan telah melanda dan menyebabkan ratusan ribu manusia mati kelaparan pada berbgai tempat antara lain di Eropa , saomalia, Haiti, Honduras dan banglades. Pertambahan penduduk yang cepat dan tidak seimbang dengan naiknya produksi akan menyebabkan terjadinya tekanan-tekanan yang berat pada sector penyediaan pangan, sandang, perumahan, lapangan kerja,, fasilits, kesehatan, pendidikan, pengangkutan dan sebagainya (Rustam Muchtar, 2000).
Pertambahan penduduk yang tidak terkendali, dapat membahayakan aspirasi penduduk untuk memperbaiki tingkat hidupnya, lahir dan batin melalui usaha dan upaya pembangunan. Peledakan penduduk pada akhirnya akan menyukarkan pula pemerataan kemakmuran masyarakat itu sendiri. Widjojo (1970) mengemukakan apabila Keluarga Berencana gagal, maka sebagai akibatnya akan timbul mala petaka, karena hasil produksi akan ditelan oleh pertambahan penduduk (Rustam Mochtar, 2000)
Program Keluarga Berencana di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1970 untuk mengendalikan jumlah penduduk yang meningkat. Program ini dinilai cukup berhasil karena telah mampu menurunkan jumlah kelahiran sejak tahun 1970 dan juga telah mampu membuat masyarakat ber KB secara mandiri. (Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN, 1998)
Paradigma baru program keluarga berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program keluarga berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Visi tersebut dijabarkan kedalam enam misi, yaitu : 1) Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, 2) Menggalang kemitraan dalam meningkatan kesejahteraan, 3) Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, 5) Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender melalui program Keluarga Berencana, dan 6) Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia  (Saipudin Abdul Bahri, Biran Affandi dan Enriquito R. LU, 2005)
Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Kelurga  Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya  meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Kelurga Berencana tersebut dapat di lihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer. Salah satu pesan kunci dalam rencana Strategi National Making Pregnancy Safar (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang di inginkan. Untuk mewujudkan pesan kunci tersebut, Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama. Untuk mengoptimalkan manfaat keluarga berencana bagi kesehatan, pelayanannya harus digabung dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang telah tersedia (Saipudin Abdul Bahri, Biran Affandi dan Enriquito R. LU, 2005).
Pada tahun 1970-an, program yang dijalankan untuk memajukan program KB adalah dengan system “management for people”, dimana pada tahap ini pemerintah lebih banyak berinisiatif dan biaya kontrsepsi lebih banyak banyak disubsidi oleh pemerintah. Sedangkan pada tahun 1990-an, pemerintah merubah pelakanaan program KB adalah dengan system pelaksanaan program KB dengan menggunakan system KB mandiri, dimana pada tahap subsidi biaya dari pemerintah dikurang dengan masyarakat yang sudah mulai membayar sendiri alat kontrasepsi yang akan digunakan. (Hanafi, 1996).
Dalam Program Keluarga Berencana terdapat 2 (dua) macam metode kontrsepsi, yaitu metode non hormonal dan hormonal. Metode non hormonal terdiri dari metode kalender, coitus intruptus, diafragma, tiusue vagina konndom, IUD dan kontap. Sedangkan metode hormonal terdiri dari Pil, pil, dan implant. (Saipudin Abdul Bahri, Biran Affandi dan Enriquito R. LU, 2005).
KB Pil bila dipakai dengan benar dan teratur, kegagalan sangat kecil yakni 0,1 – 0,7 (Saifudin, 2004) kehamilan pada 3164 wanita pemakai/tahun pertama pemakaian (686 jiwa). Dalam   pemakaian sehari-hari karena faktor kesalahan manusia (lupa), maka kegagalannya dapat menjadi 0,1 – 0,7 kehamilan /3164 wanita pemakai / tahun pemakaian (Dokter Sehat, 2010).
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik akseptor KB Pil di Polindes Lingsar Tahun 2012.
1.2   Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian itu bagaimanakah karakteristik akseptor KB Pil di Polindes Lingsar tahun 2012 ?.
1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik akseptor KB Pil di Polindes Lingsar
1.3.2    Tujuan Khusus
Untuk mengetahui karakteristik askeptor KB Pil yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, parietas dan mengetahui kegagalan Pil KB di Polindes Lingsar.
1.4   Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi Institusi Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan pada penggunaan KB Pil.
1.4.2   Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan bagi peneliti berikutnya.

1.4.3   Bagi Profesi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan Standar Pelayanan Asuhan pada ibu yang menggunakan KB Pil.
1.4.4   Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.

















BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1   Karakteristik
1.        Pengertian
Menurut kamus besar Indonesia, Karakteristik adalah ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesi, Ummi Kalsum,SPd., Novita Wulandari, S.Pd).
2.        Gambaran karakteristik akseptor KB Pil meliputi :
a.         Umur
Umur ibu adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan sampai sekarang (kamus besar bahasa Indonesia) 1995, menurut UU Perkawinan tahun 1974 Bab II tentang syarat-syarat perkawinan (pasal 7) dinyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria berumur 25 tahun dan pihak wanita berumur 20 tahun.
Namun menurut Risnawati Sulaiman kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 – 35 tahun, Ronald. H. Silorus tahun 1999 menyatakan resiko proreproduksi dapat dilakukan apabila wanita tidak hamil dan tidak melahirkan dan sebelu, usia 20 tahun serta tidak melahirkan setelah usia 35 tahun
Kategori kehamilan resiko tinggi menurut Wobak 2004 adalah antara lain nulipara 30 tahun atau lebih. Multipara 40 tahun atau lebih (Warhurd Yandu Prasoli, 1964) Mison, dkk (1986).


b.        Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat. Menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional menyebutkan pendidikan di bagi tiga yaitu :
1.        Tingkat pendidikan dasar : SD dan SMP
2.        Tingkat pendidikan menengah : SMA/SMK
3.        Tingkat pendidikan tinggi : Diploma dan sarjana
c.         Pekerjaan
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009 pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan bebas karena tidak ada etika yang mengatur.
Pekerjaan utama adalah pekerjaan yang menggunakan waktu terbanyak masyarakat yang memberikan penghasilan terbesar (BPPK Depkes RI, 2010).
1.        Tidak Bekerja adalah sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha; atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
2.        Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal bail pada pendidikan dasar, pendidikan menengah, atau pendidikan tinggi yang dibawah pengawasan Depdiknas, Depertemen lain atau swasta
3.        TNI/Polri, Bekerja dipemerintah sebagai angkatan darat, angkatan laut, angkatan udara dan kepolisian
4.        Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau Pegawai adalah pekerja yang mempunyai atasan dan menerima gaji/honor rutin
5.        Petani adalah pemilik atau pengolah lahan pertanian, perkebunan yang diolah sendiri atau dibantu oleh buruh tani
6.        Nelayan, orang yang melakukan penangkapan dan atau pengumpulan hasil laut (misalnya ikan)
7.        Buruh, pekerja yang mendapat upah dalam mengolah pekerja orang lain dan tidak menerima gaji tetap dan rutin (buruh tani, buruh bangunan, buruh angkat-angkut, buruh pekerja)
8.        Wiraswasta/pedagang, orang yang melakukan usaha dengan modal sendiri atau pedagang baik sebagai pedagang besar atau eceran. Pelayanan jasa, orang yang bekerja secara mandiri dan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya.
d.        Paritas.
1)        Pengertian
Paritas (Para) Parietas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang dilahirkan atau jumlah anak yang dimiliki baik dari hasil perkawinan sekarang atau sebelumnya.
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim dengan usia kehamilan 28 minggu (Pusdiknakes, 2001).
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu (Nursalam, 2003).
Dikatakan bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi. Tetapi kesemuanya ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Notoatmodjo, 2008).
Persalinan yang biasanya paling aman untuk ibu yaitu persalinan yang kedua dan ketiga karena pada persalinan keempat dan kelima secara dramatis akan meningkatkan angka kematian ibu. Tingkat paritas telah menarik perhatian beberapa peneliti dalam hubungannya dengan kesehatan ibu dan anak.
Menurut Wiknjosastro (1997), paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali dan mengasuh anak-anaknya mempunyai pengalaman yang lebih dalam mengasuh anak dibandingkan dengan ibu pertamakali melahirkan (depkes. RI, 1977). Paritas dapat dibedakan menjadi :
1.        Nullipara (wanita yang belum mempunyai anak)
2.        Primipara (wanita yang telah melahirkan seorang anak yang bisa hidup di dunia luar/viable)
3.        Multipara (wanita yanmg telah melahirkan dua sampai empat anak). (Hartanto Hanapi, (1996), Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan)
4.        Grande multipara (wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih). (bagian obstetri dan ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung)
2.2   Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan kemandulan dan penjarangan kelahiran (depkes RI, 1999), paradigm baru program KB Nasional telah berubah visinya dari NKKBS menjadi mewujudkan keluarga berkualitas 2015.
Akseptor adalah pasangan usia subur yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi dan tidak dalam keadaan hamil (Suwiyoga, 2001) peserta KB dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1.        Peserta KB baru berubah adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali mengunakan metode kontrasepsi setelah mengalami kehamilan atau keguguran.
2.        Peserta KB lama adlah peserta yang menggunakan salah satu metode akontrasepsi secara terus menerus tampa diselangi kehamilan
3.        Peserta KB ganti cara adalah akseptor yang pindah cara dari satu metode kontrasepsi ke metode lainnya tanpa diselangi kehamilan (Swiyoga, 2001).
2.3   Kontrasepsi
1.        Pengertian 
Kontrasepsi adalah upaya mnecegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap (Arief Mansjoer, 2001). Kintrasepsi dapat dilakukantanpa alat, menggunakan obat/alat, atau dengan oprasi. Kontrasepsi atau atau antikonsepsi(conception control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat, atau obat-obatan(Rustam Mocthar, 1998)
2.        Tujuan Penggunaan kontrasepsi
a.         Untuk menunda kehamilan
Pasangan dengan isteri berusia dibawah 20 tahun menganjurkan menunda kehamilan , karena usia dibawah 20 tahun usia dimana sebaiknya tidak punya anak dulu. Prioritas penggunaan pil oral karena usia masih muda, penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih sering berhubungan (Frekuensi tingi) sehingga akan mempunyai angka kegagalan yang tinggi penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak dapat dianjurkan terutama pada akseptor dengan kontraindikasi pil oral. 
b.      Untuk menjarangkan kehamilan (mengatur kesuburan)
Masa saat ini isteri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk melahirkan dua anak dengan jarak kehamilah 3-4 tahun, karena usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung dan melahirkan, segera setelah anak lair dianjurkan untuk menggunakan AKDR sebagai pilihan utama.
c.       Mengakhiri kesuburan
Saat usia isteri diatas 30 tahun dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak, pilihan utama adalh kontrasepsi mantap, pil kurang dianjurakankarena usia ibu relative tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan komplikasi. 
3.      Syarat-Syarat kontrasepsi
Hendaknya kontrasepsi memenuhi syarat –syarat sebagai berikut
a.       Aman pemakaiannya hubungan suami isteri
b.      Tidak ada efek samping
c.       Tidak menggangu hubungan suami isteri
d.      Harganya murah sehingga dapat dijangkau masyarakat luas
e.       Dapat diterima oleh pasangan suami isteri
4.      Macam-macam metode kontarsepsi

a.       Metode sederhana
Metode kontrasepsi yang digunakan tanpa bantuan orang lain seperti pantang berkala, senggema terputus, kondom, vaginal, cream.
b.      Metode efektif
Metode efektif terdiridari
1)      Kontrasepsi hormonal adalah obat atau lat kontrasepsi yang mengandung  hormone ekstrogen dan progesterone atau hanya progesterone saja seperti pil oral kombinasi dan minifil, injeksi atau pilan seperti depo medroxyprogestin, AKBK seperti norplan, imlanon dan endoplan. (suwiyoga, 2001)
2)      Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau intra uterine device (IUD)
3)      Kontrasepsi mantap seperti tubektomi dan vasektomi(Hartono, Hanafi, 2003)
2.4   KB Pil
a.       Pengertian KB Pil
KB Pil adalah pil kontrasepsi berisi estrogen maupun progesteron (progestagen, gestagen). Dosis estrogen ada yang 0,05; 0,08 dan 0,1 mg pertablet. Sedangkan dosis dan jenis progesteronnya bervariasi dari masing-masing pabrik pembuatnya (Rustam, 1998).
b.      Jenis KB Pil
1)      Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
2)      Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
3)      Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. (Saifuddin,2004)
c.       Mekanisme Kerja
1)      Menghambat terjadinya ovulasi
2)      Menyebabkan lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi dan transportasi sperma akan terhalang, sulit atau tidak mungkin ditembus sama sekali.
3) Menyebabkan, perubahan fisiologis (menipisnya) endometrium sehingga tidak siap menerima kehamilan. Dengan menurunnya kadar LH maka Corpus inteum berdegenerasi dan kadar estrogen serta progesterone akan menurun dengan cepat. Akibatnya adalah endometrium tidak dapat dipertahankan lagi sehingga tidak siap menerima kehamilan(Manuaba, 1998).
d.      Efektivitas
Secara teors hampir 100%, dengan angka kegagalan 0,1-0,7 (Saifuddin, 2004)
e.       Kelebihan KB Pil
KB Pil mempunyai beberapa kelebihan diantaranya :
1.      Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dimakan sesuai aturan pakainya
2.      Pemakai pil dapat hamil lagi, bila mana dikehendaki kesuburan dapat kembali dengan cepat
3.      Tidak mengganggu kegiatan seksual suami istri
4.      Siklus haid menjadi teratur
5.      Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid (dismenore)
6.      Untuk pengobatan kemandulan, kadng-kadang dapat dipakai untuk memancing kesuburan
7.      Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur
8.      Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
9.      (juvenile bleeding)
10.  Dapat memperbaiki perdarahan tidak teratur yang disebabkan pemberian kontrasepsi lainnya
11.  Dikatakan dapat mengurangi angka kejadian kanker payudara
(Rustam,1998)
f.       Kekurangan KB Pil
Kekurangan KB Pil adalah :
1)      Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari
2)      Mual, terutama pada 3 bulan pertama
3)      Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan pertama
4)      Pusing
5)       Nyeri payudara
6)      Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif
7)      Berhenti haid (amenore) jarana pada pil kombinasi
8)      Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (menurangi ASI)
9)      Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang
10)  Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu hati-hati
11)  Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS
(Saifuddin, 2002)
g.       Akseptor KB Pil
Pada prinsipnya hampir semua Ibu boleh menggunakan pil kombinasi seperti :
1)      Usia reproduksi
2)      Telah memiliki anak atau pun yang belum memiliki anak
3)      Gemuk atau kurus
4)      Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi
5)      Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6)      Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI ekslusif sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi Ibu tersebut
7)       Pasca keguguran
8)      Anemia karena haid berlebihan
9)      Nyeri haid yang hebat
10)  Siklus haid tidak teratur
11)  Riwayat kehamilan ektopik
12)  Kelainan payudara jinak
13)  Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan syaraf
14)  Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometritis atau tumor ovarium jinak
15)  Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang menggunakan rifampisin)
16)  Varises vena (Saifuddin,2002)
Yang tidak boleh mengunakan KB Pil diantaranya karena:
1)      Hamil atau dicurigai hamil
2)      Menyusui ekslusif
3)      Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya
4)      Penyakit hati akut (hepatitis)
5)      Perokok dengan usia >35 tahun
6)      Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >180/110 mmHg
7)      Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun
8)      Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9)      Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
10)  Tidak dapat mengunakan pil secara teratur setiap hari(Saifuddin,2002)
h.      Efek Samping KB Pil
Efek samping KB Pil dibagi menjadi dua yaitu :
1)        Ringan
Berupa mual muntah, pertambahan berat badan, perdarhan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala, timbulnya jerawat, alopesia dan keluhan ringan lainnya. Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil.
2)        Berat
Dapat terjadi trombo-embolisme, mungkin karena terjadi peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler secara langsung. Angka kejadian trombo-embolisme ini dilaporkan 4-9 kali lebih tinggi dari wanita bukan pemakai pil dari golongan umur yang sama. Namun angka kematian yang terjadi amat rendah, yaitu 3 per 100.000 wanita pemakai pil, hal ini diamati pada wanita-wanita pemakai pil di negara Barat.
Mengenai kemungkinan timbulnya karsinoma serviks uteri, menurut penelitian-penelitian yang dipercaya di luar negeri, dikatakan bahwa tidak diperoleh hubungan yang bermakana antara pemakai pil dengan kanker serviks ataupun dengan displasia serviks. (Rustam,1998).
i.        Penggunaan KB Pil
Waktu mulai menggunakan pil kombinasi yaitu :
1)      Setiap saat selagi haid, untuk menyakinkan kalau perempuan itu tidak hamil
2)      Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
3)       Boleh menggunakan pada hari ke 8 tetapi perlu menggunakan meode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai hari ke-8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan seksual sampai perempuan telah menghabiskan paket pil tersebut.
4)       Setelah melahirkan :
a)      Setelah 6 bulan pemberian ASI ekslusif
b)       Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
c)       Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
d)     Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi dan ingin menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan tanpa perlu menunggu haid. (Saifuddin,2002)
Cara mempergunakan KB Pil adalah sebagai berikut :
1)      Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang sama setiap hari
2)      Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai sampai hari hari ke-7 siklus haid.
3)       Sangat dianjurkan penggunaanya pada hari pertama haid.
4)      Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya anda mulai minum pil dari paket yang baru. Bila paket 21 habis, sebaiknya tunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
5)      Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil, ambillah pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain.
6)      Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan Anda, pil dapat diteruskan.
7)      Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih, cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
8)      Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21), sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat walaupun harus minum 2 pil pada hari yang sama. Tidak perlu meggunakan metode kontrasepsi yang lain. Bila lupa 2 pil atau lebih (hari 1-21), sebainya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai skedul yang ditetapkan. Juga sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak melakukan hubungan seksual sampai telah menghsbiskan paket pil tersebut.
9)      Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
Beberapa jenis obat dapat mengurangi efektivitas pil, seperti rifampisin, fenitoin (Dilantin), barbiturat, griseofulvin, trisiklik antidepresan, ampisilin dan penisilin, tetrasiklin. Klien yang memakai obat-obatan di atas untuk jangka panjang sebaiknya menggunakan pil kombinasi dengan dosis 50 μg atau dianjurkan menggunakan metode kontrasepsi yang lain.(Saifuddin,2002)
karakteristik
-          Umur
-          Pendidikan
-          Pekerjaan
-          Paritas

 
2.5   Kerangka Konsep





 









Keterangan :
                        : Diteliti
                        : Tidak di Teliti





BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1   Jenis Penelitan
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena subyek penelitian diamati apa adanya tanpa bentuk intervensi apapun, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, karena variabel pada penelitian ini diamati pada saat yang bersamaan (Notoatmojo, 2003)
3.2   Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Polindes Lingsar Tahun 2010.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2010.
3.3   Populasi dan Sampel Penelitian
1.      Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian (Notoatmojo, 2005). Populasi penelitian : Ibu akseptor Pil KB yang aktif  di Polindes Lingsar.
2.      Sampel
Menurut Sugiono (2000), sample merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi tersebut. Ibu-ibu yang menggunakan akseptor Pil KB yang aktif : 686 jiwa
3.      Jumlah dan besar sampel
Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek diteliti dan di anggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2005)
n =
Keterangan :
n          : Jumlah sampel awal
P          : Sifat suatu keadaan dalam persen jika tidak diketahui dianggap 50%
q          : 100% - P
L         : Derajat ketepatan yang dipergunakan lazimnya 5%
Dan
n1         =
Keterangan
n1 = Jumlah sampel sebenarnya
N = Jumlah populasi
S = Standar deviasi yang diperkirakan di populasi
Kriteria inklusi :
Ibu yang menjadi akseptor KB PIL tercatat di polindes Lingsar.
Kriteria eksklusi
Ibu yang peserta KB PIL yang memiliki rekam medis tidak lengkap.
4.      Teknik sampeling
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode sistematik. Random sampling yaitu dengan membagi jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan. Hasilnya interval sampel, sampel diambil dengan membuat koesionner secara acak kemudian membagi jumlah sampel yang diinginkan. (Budiarto. 2004).

3.4   Definisi Operasional  Variabel
1.      Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan tentang pengertian dan variabel,yang diteliti, cara pengamatan atau ukuran masing-masing variabel. Penyajian definisi operasional menggunakan narasi atau matrik (Purnadhibrata, 2005).
Tabel 1 : DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN
Variabel
Sub variabel
Definisi operasional
Cara Ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala Ukur
1
2
3
4
5
6
7
Gambaran karakteristik akseptor KB Pil

Alasan yang mempengaruhi responden memilih kontrasepsi pil





Umur
Waktu yang telah dilewati dalam kehidupan dari lahir sampai saat penelitian.
a.                Usia reproduksi sehat : Jika ibu berusia  :
§  20 – 25
§  25 – 30
§  30 –  35
b.       Usia reproduksi resiko tinggi jika ibu berusia
§  > 20 
§  < 35 
Menelusuri rekam medis/ kartu ibu
Format  pengumpulan data
1.           Usia reproduksi sehat :
20 – 35 thn
2.     Usia reproduksi resiko tinggi  :  < 20 - > 35 thn

Nominal

Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terakhir yang diperoleh responden sesuai pengukuran saat penelitian dengan kategori :
a.       Rendah : SD /SMP
b.       Sedang: SMA/SMK
c.        Tinggi : Perguruan Tinggi
Menelusuri rekam medis/ kartu ibu
Format  pengumpulan data
1.       Rendah
2.       Sedang
3.       Tinggi

ordinal



Pekerjaan
Jenis pencaharian responden yang menjadi sumber penghasilan. Dikategorikan :
a.               Bekerja = TNI, PNS.  Petani, Nelayan, Buruh dan Wiraswasta.
b.      Tidak bekerja = Jika ibu tidak bekerja tidak menghasilkan uang
Menelusuri rekam medis/ kartu ibu
Format  pengumpulan data
1.    Bekerja
2.    Tidak bekerja


Nominal

Paritas
Jumlah anak yang dilahirkan responden sampai saat penelitian.
a.       Parietas sehat : Jika ibu memliki anak  :
-          1 (satu)
-          2 (dua)
-          3 (tiga)
-          4 (empat)
b.              Paritas resiko tinggi : jika ibu memiliki anak > 4
Menelusuri rekam medis/ kartu ibu
Format  pengumpulan data
1.      Jika ibu memliki anak           1 – 4
2.      Jika ibu memiliki anak > 4

Nominal
           
3.5    Jenis dan Teknis Pengumpulan Data
1.      Jenis data yang dikumpulkan
a)      Data Primer
Data primer terdiri dari : Umur, Pendidikan, pekerjaan, paritas, kegagalan dan keluhan ibu,
b)      Data Sekunder
Data sekunder adalah jumlah ibu yang memilih kontrasepsi Pil.
2.      Cara pengumpulan data
Data identitas ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan parietas  dikumpulkan dengan melihat kohort ibu/kartu ibu kemudian dicatat kedalam format quisioner. Data jumlah ibu yang memilih kontrasepsi Pil dikumpulkan dari pencatatan rekapan jumlah ibu yang menggunakan KB PIL yang tercatat di laporan Akseptor KB di Puskesmas Lingsar.
3.      Insterumen Pengumpulan Data
Insterumen yang dipergunakan dalam pengumpulan data, pada penelitian ini adalah format quisioner.
3.6    Pengolahan dan analisis data.
1.        Pengolahan Data
Setelah data terkumpul melalui pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data yang melalui bebepa tahapan sebagai berikut:
a)      Seleksi data (Editing)
Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.
b)      Pemberian kode (Coding)
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
c)      Pengelompokkan data (Tabulating)
Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.
2.      Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses / analisa yang dilakukan secarea sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya tran dan realisasionsip bias dideteksi (Nursalam, 2001). Adapun teknik analisa data pada penelitian dengan menggunakan presentasi (%).
Keterangan  :
P       : Hasil pembagian antara frekuensi responden yang termasuk kategori
f        : Frekuensi responden yang temasuk kategori
n        : jumlah keseluruhan responden


DAFTAR PUSTAKA

Hartanto Hanafi (1996) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta Pustaka Sinar Harapan
Mansjoer  Arif (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua, Edisi Ketiga, Jakarta,Media Aesculapius.
Menteri Negara Kependudukan dan Kepala BKKBN (1998)
Mochtar Rustam, MPH (2000) Sinopsis Obsetetri, Jilid kedua, Edisi Kedua Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC
Notoatmojo, S. (2003) Ilmu Kesehatan Masyarakat Perinsip-Perinsip Dasar,  Jakarta PT. Rineka Cipta
Nursalam, Siti Pariani (2001) Pendekatan Prsaktis MetodologiRiset Keperawanan, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka
Puskesmas Lingsar ( 2009),  Laporan Akseptor KB,Puskesmas Lingsar
Saifudin, A.B (2003) Buku Pedoman Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta Yayasan Bina Pustaka.
Saiful Abdul Bahri, Biran Affandi dan Enriquito R.Lu(2005), Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka











Tidak ada komentar: