BAB I
PENDAHULUAN
Persalinan adalah suatu
proses fisiologik yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan sebagai
pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontraksi
rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung
sampai 60 detik.
Peran dari penolong
persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi
pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan ini
harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja membawa
keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus,
penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”
Seorang bidan harus
mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan
dalam membarikan asuhan kebidanan pada proses persalinan dapat memperhatikan
faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu dalam Hand Out ini akan dibahas topik tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : power, passage, passanger,
psykologis, penolong.
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERSALINAN
Proses persalinan
merupakan proses mekanis yang melibatkan tiga faktor utama yaitu : jalan lahir,
kekuatan yang mendorong dan akhirnya janin yang didorong dalam satu mekanis
tertentu dan terpadu. Dari ketiga komponen tersebut hanya kekuatan (his dan
mengejan) yang dapat dimanipulasi dari luar tanpa membahayakan janin dalam
proses persalinan.
Lima faktor yang mempengaruhi proses persalinan (5P), yaitu :
1. PASSAGE : ukuran panggul dan otot - otot jalan
lahir
2.
POWER :
his dan tenaga mengejan
3.
PASSANGER: janin, placenta dan air ketuban
4.
PSIKOLOGIS IBU
5. PENOLONG
Kelima faktor tersebut harus bekerja secara sinergis. Jika salah satunya
mengalami gangguan maka akan menghambat proses persalinan. Dengan demikian jalan lahir sangat menentukan proses persalinan apakah
dapat berlangsung melalui jalan biasa atau melalui tindakan operasi dengan
kekuatan dari luar
A. PASSAGE
(JALAN LAHIR)
Passage
merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggul hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal
dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit
seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong,
ada tumor dalam panggul. Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam
jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus
lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka
otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak
diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau
sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung, serviks
konglumer, edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks
terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal
septum, dan tumor pada vagina.
B.
PANGGUL
Tulang –
tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa
dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini
satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro-
iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium.
Pada wanita,
di luar kehamilan artikulasio tersebut hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih
kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan
pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os
koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara
fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,
disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvis.
Pada ruang
yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu
pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding
tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian
dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium.
Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus
levator ani dan muskulus koksigeus.
Passage terdiri
dari :
1.
Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a.
Os. Coxae
• Os illium
• Os. Ischium
• Os. Pubis
• Os illium
• Os. Ischium
• Os. Pubis
b.
Os. Sacrum = promotorium
c.
Os. Coccygis
2.
Bagian lunak : otot-otot,
jaringan dan ligamen-ligamen,
Pintu panggul terdiri dari :
1. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
3. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
4. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
Sumbu panggul
Sumbu panggul
adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang
melengkung ke depan (sumbu carus).
Bidang-bidang
hodge :
1. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
2.
Bidang
Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
Stasion bagian presentasi atau derajat penurunan :
a.
Stasion
0 : sejajar spina ischiadica
b. 1 cm di atas spina ischiadica disebut Stasion 1 dan seterusnya
sampai Stasion
c. - 1 cm di bawah spina ischiadica disebut stasion -1 dan seterusnya
sampai Stasion-5
Ukuran-ukuran panggul
1. Ukuran luar panggul :
a. Distansia spinarum :
jarak antara kedua spina illiaka anterior superior : 24 – 26 cm
b.
Distansia cristarum :
jarak antara kedua crista
illiaka kanan dan kiri : 28-30 cm
c.
Konjugata externa (boudeloque) 18-20 cm
d.
Lingkaran panggul 80-90 cm
e.
Konjugata diagonalis (periksa dalam) 12,5 cm - Distansia Tuberum
10,5 cm.
2.
Ukuran dalam panggul
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh
promontorium, linea inniminata, dan pinggir atas simfisis pubis
a.
konjugata vera :
dengan periksa dalam diperoleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm
b.
konjugata transversa 12-13 cm
c.
konjugata obliqua 13 cm
d.
konjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke
promontorium
Ruang tengah panggul :
1. bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
2. bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
3. jarak antar spina ischiadica 11 cm
Pintu bawah
panggul (outlet) :
1. ukuran anterio posterior 10-11 cm
2. ukuran melintang 10,5 cm
3.
arcus
pubis membentuk sudut 900 lebih, pada laki-laki kurang dari 800.
Jenis panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk
pintu atas panggul, ada 4 bentuk pokok jenis panggul :
- Ginekoid : panggul perempuan, diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa
- Android : panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa dekat dengan sacrum.
- Antropoid : PAP lonjong seperti telur, diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa.
- Platipelloid : diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior.
Otot-otot dasar panggul
Ligamen-ligamen penyangga uterus
1.
Ligamentum
Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting untuk
mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina
kearah lateral dinding pelvis.
2.
Ligamentum
Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak bergerak
Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding rektum
kearah os sacrum kiri dan kanan.
3.
Ligamentum
Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang menahan uterus
dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke inguinal kiri
dan kanan.
4. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari
uterus ke arah lateral.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari
infundibulum ke dinding pelvis.
Kelainan pada jalan lahir lunak dapat terjadi gangguan pembukaan terutama :
1. Serviks
a. Serviks yang kaku
·
Terdapat pada primi tua
primer atau sekunder
·
Serviks yang mengalami
banyak cacat perlukaan atau (sikatrik)
b. Serviks gantung
·
Ostium uteri eksternum
terbuka lebar, namun ostium uteri internum tidak terbuka
·
Ostium uteri internum
terbuka, namun ostium uteri eksternum tidak terbuka
c. Edema serviks
·
Terutama karena
kesempitan panggul, serviks terjepit antara kepala dan jalan lahir sehingga
terjadi gangguan sirkulasi darah dan cairan yang menimbulkan edema serviks
d. Serviks dupleks karena kelainan kongenital
2. Vagina
Kelainan vagina yang
dapat mengganggu perjalanan persalinan :
·
Vagina septum : trans
vaginal septum vagina, longitudinal septum vagina
·
Tumor pada vagina
3. Himen dan Perineum
Kelainan pada himen
imperforata, atau himen elastik pada perineum terjadi kekakuan sehingga
memerlukan episiotomi yang luas.
Perbedaan antara pelvis pria dan
wanita
Panggul
pria :
Ruangnya sempit, dalam inlet lebih kecil dan outlet tulang lebih
berat dan tebal. Sudut pubis lebih akut, koksigis kurang fleksibel, tuberum
iskium lebih panjang.
Panggul wanita :
Ruangnya luas , dangkal, inlet pelvis
oval, outlet bulat. Tulang lebih ringan dan tipis. Sudut pubis lebih besar,
koksigis lebih fleksibel, tuberum iskium lebih pendek.
Ukuran
Panggul Bumil
ukuran panggul dan kondisi panggul di ibu bayi mempengaruhi apakah bumil
bisa melahirkan secara normal atau tidak. Biasanya dokter melakukan dengan 2
cara yaitu pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan klinis.
Ada 3 macam panggul yaitu :
1.
Panggul sempit
Panggul
jenis ini hanya bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg ke bawah.
2. Panggul
sedang
Panggul
jenis ini bisa mengeluarkan bayi berbobot 2,5 kg s/d 3,5 kg.
3. Panggul luas
Panggul jenis ini bisa mengeluarkan
bayi berukuran besar 3,5 kg s/d 3,9 kg.
Ukuran panggul rata-rata dan terkategori normal :
1.
Pintu atas panggul (pelvic inlet) minimal memiliki
diameter 22 cm.
2. Pintu tengah
panggul (mid pelvic) diameter minimalnya adalah 20 cm.
3.
Pintu bawah panggul, panjang diameter normalnya
rata-rata minimal 16 cm.
Pada panggul dengan ukuran normal, kelahiran per vaginaan janin
dengan berat badan yang normal tidak akan mengalami kesukaran. Akan tetapi
karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain, ukuran-ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil daripada standar normal,sehingga bisa terjadi kesulitan
dalam persalinan pervaginam. Terutama kelainan pada panggul android dapat
menimbulkan distosia yang sukar diatasi. Di samping panggul-panggul sempit
karena ukuran pada empat jenis pokok tersebut di atas kurang dari normal,
terdapat pula panggul-panggul sempit yang lain, yang umumnya juga disertai perubahan
dalam bentuknya.
Cara paling mudah untuk memprediksi apakah seorang wanita
berpanggul sempit atau tidak, adalah melalui tinggi badannya. Wanita dengan
tinggi kurang dari 145 cm berpotensi lebih tinggi untuk memiliki panggul
sempit. Tetapi pada dasarnya jika tinggi badan kurang dari 145 cm pun, jika
ukuran kepala dan tubuh bayi kecil, misalnya seperti pada bayi lahir prematur
dengan usia kehamilan 6-7 bulan, maka persalinan normal masih dimungkinkan.
Sebaliknya, jika tinggi badan lebih dari 145 cm pun, jika ada kondisi-kondisi
tertentu, bisa saja memiliki kendala untuk melahirkan normal. Kendala-kendala
tersebut antara lain:
1.
Ukuran kepala
bayi. Jika ukuran kepala dan badan terlampau besar melebihi ukuran jalan lahir
(panggul) ibu, walaupun ibu tergolong tinggi tetap saja Anda harus melahirkan
melalui bedah sesar.
2.
Kelainan
panggul, tipe panggul ginekoid (panggul normal wanita) dapat melahirkan secara
vaginal sedangkan tipe panggul lain tidak dapat seperti panggul yang tidak
simetris, dan android (panggul pria)
3.
Kelainan letak
bayi, jika posisi bayi tidak sesuai seperti yang diharapkan tentu akan
menyulitkan persalinan.
Mengukur panggul
Waktu paling tepat untuk mengukur panggul adalah saat kehamilan
berusia 36 minggu. Pada saat itu, dokter dapat menentukan kemungkinan Anda
untuk dapat melahirkan secara normal. Pengukuran terutama menyangkut diameter
maupun luas masing-masing pintu panggul. Semakin luas panggul Anda, teorinya
semakin mudah pula bayi keluar. Sebaliknya, semakin sempit panggulnya, maka makin
besar kemungkinan timbulnya kesulitan dalam persalinan.
Pemeriksaan dilakukan meliputi :
Pemeriksaan dilakukan meliputi :
1.
Pemeriksaan
Secara Klinis. Teknisnya dokter akan memasukkan dua jarinya (jari telunjuk dan
tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh bagian tulang belakang/promontorium.
Setelah itu, dokter akan menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga
promontorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah
panggul. Jarak minimal antara tulang kemaluan dengan promontorium adalah 11 cm.
Panggul tengah di ukur dengan cara memeriksa spina ischiadika atau tonjolan
tulang panggul yang teraba menonjol atau tidak, dan sudut tulang kemaluan lebih
dari 90 derajat dan intertuberosum lebih dari 8 cm untuk mengetahui panggul
bawah luas.
2.
Pemeriksaan
Radiologi/ rontgen. Dilakukan dengan cara memotret panggul ibu, menggunakan
alat rontgen. Hasil foto kemudian dianalisa untuk mengetahui ukuran panggul.
Mulai dari pintu atas panggul, pintu tengah panggul, dan pintu bawah panggul.
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis
melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala
dan panggul. Kondisi panggul sempit dikenal pula dengan sebutan Cephalopelvic
Disproportion (CPD). Berdasarkan data American College of Nurse Midwives
(ACNM), CPD ditemukan pada 1 dari 250 kehamilan. CPD terjadi jika kepala bayi
atau ukuran tubuh bayi lebih besar daripada luas panggul ibu. Sehingga dalam
proses persalinan, bayi tidak mungkin dapat melewati panggul ibu, Jika telah
diketahui adanya kondisi CPD, maka jalan paling aman untuk melahirkan adalah
melalui bedah cesar.
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1.
Kesempitan
pintu atas panggul
2.
kesempitan
panggul tengah
3.
kesempitan
pintu bawah panggul
1.
Kesempitan pintu
atas panggul
Pintu
atas panggul dianggap sempit jika konjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau
diameter transversa kurang dari 12 cm. kesempitan pada konjugata vera (panggul
picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan pada semua ukuran
(panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit kemungkinan lebih
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka dalam hal ini serviks
uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat mengakibatkan inersia
uteri serta lambannnya pendataran dan pembukaan serviks. Apabila pada panggul
sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh kepala janin,
ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula terjadinya
prolapsus funikali.
2.
Kesempitan
panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak
berkonvergensi, foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak
menonjol ke dalam, dapat diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan
rintangan bagi lewatnya kepala janin. Apabila ukurannya kurang dari 9,5 cm,
perlu kita waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apalagi bila
diameter sagitalis posterior juga pendek. Pada panggul tengah yang sempit,
lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi
kepala dalam posisi lintang tetap.
3.
Kesempitan
pintu bawah panggul
Pintu
bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar, tetapi terdiri atas segitiga
depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia
tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil daripada biasa, maka
sudut arkus pubis mengecil pula(kurang dari 80°). Agar kepala janin dapat
lahir, diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah
panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan per
vaginaan dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum.
Prognosis
Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dibiarkan
berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi
ibu dan janin.
Bahaya bagi ibu :
Bahaya bagi ibu :
·
Partus lama
seringkali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan
dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.
·
Dengan his yang
kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan
segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik. Keadaan ini
terkenal dengan nama rupture uteri mengancam; apalagi jika tidak segera diambil
tindakan untuk mengurangi regangan maka akan timbul rupture uteri (robek
uterus).
·
Dengan
persalinan tidak maju karena disproporsi sefalipelvik, jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul. Hal
itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan
kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi
fistula vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula
rektovaginalis.
Bahaya bagi janin :
·
Partus lama
dapat meningkatkan kematian perinatal,apalgi jika ditambah dengan infeksi
intrapartum.
·
Prolapsus
funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan
harus diusahakan kelahirannya dengan segera apabila ia masih hidup.
·
Dengan adanya
disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan pada panggul
dengan mengadakan moulage. Moulage dapat dialami oleh kepala janin tanpa akibat
ynag jelek sampai batas-batas tertentu, akan tetapi apabila batas-batas
tersebut terlampaui, terjadi sobekan padatentorium serebelli dan perdarahan
intracranial
·
tekanan oleh
promontorium terkadang oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan
pada jaringan di atas tulang kepala janin, selain itu dapat pula menimbulkan
fraktur pada os parietalis.
PENANGANAN
1. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni
sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder, yakni
sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. seksio sesarea elektif
direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena
kesempitan panggul yang cukup berat, atau karena terdapat disproporsi
sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada
kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi,
seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak dapat diperbaiki,
kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit
jantung dll. Seksio sesarea dilakukan karena persalinan percobaan dianggap
gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum
dipenuhi.
2. Persalinan percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti
pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul
dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah
dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan
persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini merupakan suatu test
terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin; kedua
faktor ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa
waktu.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesarea elektif; keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontra indikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalina percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada kesempitan dalam beberapa bidang.
3. Simfisiotomi
Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri
dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas.
Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea.
Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih
hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap
terlalu berbahaya.
4. Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin
sudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dan
kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat
dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Passage merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin
terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin
dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal.
1.
Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
d.
Os. Coxae
• Os illium
• Os. Ischium
• Os. Pubis
• Os illium
• Os. Ischium
• Os. Pubis
e.
Os. Sacrum = promotorium
f.
Os. Coccygis
2.
Bagian lunak : otot-otot,
jaringan dan ligamen-ligamen,
Pintu panggul terdiri dari :
1. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
3. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
4. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
Jenis Panggul
Berdasarkan pada ciri-ciri bentuk pintu atas panggul, ada 4 bentuk
pokok jenis panggul :
(1) Ginekoid : paling ideal, panggul perempuan, diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat : 45%
(2) Android : panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa dekat dengan sacrum. segitiga : 15%
(3) Antropoid : agak lonjong seperti telur, diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa.
(4) Platipeloid : picak, diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior, menyempit arah muka belakang : 5%
(1) Ginekoid : paling ideal, panggul perempuan, diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat : 45%
(2) Android : panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa dekat dengan sacrum. segitiga : 15%
(3) Antropoid : agak lonjong seperti telur, diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa.
(4) Platipeloid : picak, diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior, menyempit arah muka belakang : 5%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar