BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan
kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan masalah besar di negara
berkembang termasuk indonesia. Sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur
disebabkan masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas di
negara miskin. WHO memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari
585.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin. (depkes, 2010).
Masalah
kematian dan kesakitan ibu di Indonesia masih merupakan masalah besar. Menurut survei demografi kesehatan indonesia
(SDKI) tahun 2002 angka kematian ibu (AKI) di indonesia sebesar 307/100.000
kelahiran hidup (KH). Sedangakan hasil SDKI pada tahun 2007 AKI 208/100.000 KH.
Dari pernyatan di
atas terdapat penurunan angka kejadian, namun angka tersebut masih jauh dari
MDGs yang harus dicapai dalam tahun 2015 yaitu AKI 102/100.000 KH dan bila
dibandingkan dengan negara lain di asia tenggara, angka kematian maternal ini
merupakan yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN.
Salah satu penyebab
kematian ibu adalah ketuban pecah dini (KPD). KPD yang terjadi pada kehamilan
merupakan masalah yang besar di bidang obstetrik, karena dapat menimbulkan
karena dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap morbiditas dan
mortalitas perinatal dan maternal.
Dari data yang
dilaporkan, didapatkan angka kejadian ketuban pecah dini di negara-negara maju
maupun negara berkembang berkisar 5% sampai dengan 25%. Ketuban pecah dini
merupakan penyebab utama yaitu 60-80 % morbiditas dan mortalitas neonatal di
seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian KPD sekitar 39,1 % pada tahun
2012. Sedangkan di Provinsi NTB angka kejadian KPD sekitar 16 %.
Dari
uraian diatas dianggap perlu tenaga kesehatan (bidan) untuk tetap meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya melalui pendidikan formal yaitu jenjang
pendidkan Diploma III (D.III) maupun pendidikan informal melalui
berbagai jenis seminar-seminar dan atau
pelatihan-pelatihan.
Dengan
tingkat pendidikan tersebut diharapkan bidan mampu memberikan pelayanan yang
logis serta sesuai standar yang pada akhirnya dapat menurunkan AKI dan AKB.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang di atas maka penyusunan laporan ini
bertujuan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan ketuban pecah dini dengan manajemen
pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melakukan pengkajian data dasar (data
obyektif dan subyektif)
b. Untuk melakukan identifikasi diagnosa
c. Untuk melakukan pelaksanaan
asuhan menyeluruh atau implementasi serta melakukan evaluasi.
C. Manfaat
1.
Bagi Puskesmas
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dan pelayanan
intranatal care khususnya melalui penerapan manajemen kebidanan, serta ikut
berpartisipasi dalam program pemerintah yaitu angka kematian ibu nol (AKINO).
2.
Bagi Institusi
Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu
pendidikan yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bahan analisa
untuk pendidikan
3.
Bagi Pembimbing
Meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa
sehingga dapat memberikan bimbingan secara profresional di lahan praktek, serta
dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam bidang kebidanan.
4.
Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dari asuhan kebidana
pada masa persalinan dan untuk menambah keterampilan dan pengetahuan mahasiswa
serta memberi peluang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori-teori yang
diperoleh dari pendidikan.
BAB II
TINJAUAN
TEORI
A.
KONSEP DASAR PERSALINAN
1.
Pengertian
a.
Persalinan
merupakan proses fisiologis normal yang diawali oleh kontraksi dengan frekuensi
lama serta nyeri yang meningkat, yang memungkinkan pendataran dan pembukaan
servik, sehingga janin dapat melintas melewati jalan lahir dan selamat
dilahirkan. (Atlas
tehnik kebidanan, 2002).
b.
Persalinan
adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan janin turun kedalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar
melalui jalan lahir. (Saifuddin, AB. 2002).
c.
Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Saifuddin, AB. 2002).
d.
Persalinan
normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau
sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter
kepala bayi, dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada persalinan
normal dapat berubah menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam
penilaian kondisi ibu dan janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin
proses persalinan. (Saifuddin, AB. 2002).
e. Persalinan adalah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri fisiologi, Universitas Padjajaran
Bandung).
f. Partus adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
g. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau
sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter
kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologik RSU Mataram,2001)
2.
Etiologi
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan
tidak diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun
masing-masing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa teori timbulnya persalinan
a. Penurunan Kadar Progesteron
Pada 1-2 rninggu sebelum
persalinan mulai teriadi penurunan kadar horrnone estrogeii dan progesterone.
Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahirn dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi rahim bila
kadar progesterone menurun.
b.
Teori oxitosin
Pada akhir kehamilan,otot uterus peka terhadap pengaruh
oxitocin, pada akhir kehamilan kadar oxitosin meningkat sehingga uterus
teransang timbullah kontraksi –kontraksi rahim.
c.
Teori placenta menjadi tua
Dengan semakin tuanya placenta, akan menyababkan
turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
d. Teori distensi rahim / Teori keregangan
rahim
Uterus dapat dikatakan sebagai
suatu kantong yang bila dipompa dan diberikan tekanan sampai batas tertentu
sampai akhirnya kehamilan uterus sangat tegang sehinnga berkontraksi timbullah
kontaksi rahim untuk mengeluarkan isinya
e.
Teori iritasi mekanik.
Di belakang serviks, terletak
ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser
dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi rahim.
f.
Induksi partus
Dengan jalan gagang laminaria,
amniotomi, oksitosin drip dan seksio caesarea.
Sedangkan menurut beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah :
a. Penurunan kadar hormon estrogen dan
progesterone
b.
Pengaruh prostaglandin
Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin,
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu-ibu hamil,
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
c.
Struktur uterus
d.
Sirkulasi uterus
e.
Pengaruh saraf dan nutrisi. (Wiknjosastro, 2005)
3.
Fisiologis persalinan
Sebab-sebab
terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan
dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan
estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin
meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar
menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot – otot uterus yang mengganggu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser
di belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi. (Wiknjosastro, 2005 hal 181)
4.
Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan
dibagi dalam 4 kala yaitu:
a. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan
oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :
1) His sudah teratur, frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit
2)
Penipisan dan pembukaan serviks
3) Keluar cairan dari vagina dalam
bentuk lendir bercampur darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
1) Fase laten
a) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaaan serviks secara bertahap.
b) Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4cm
c) Pada umumnya,fase laten
berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
d)
Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di
antara 20-30 detik. (Asuhan persalinan normal, 2007)
2) Fase aktif
a)
Frekuensi dan lama
kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
b)
Dari pembukaan 4cm hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata
1 cm/jam (nulipara/primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin. (Asuhan persalinan normal,
2007)
b. Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Wanita merasa hendak buang air
besar karena tekanan pada rektum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena
anus membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
pada vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala
II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam.
Tanda dan Gejala Kala II :
1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
2)
Perineum terlihat menonjol.
3) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum dan atau vaginanya.
4) Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum dan atau vaginanya.
5) Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat
emmbuka.
6) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c.
Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(Wiknjosastro, 2002).
Dimulai segera setelah bayi
lahir sampai dengan lahirnya placenta (± 30 menit). Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Tanda – Tanda Pelepasan Plasenta :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
2)
Tali pusat memanjang
3)
Semburan darah tiba – tiba
Manejemen aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah
terjadinya retensio plasenta
Tiga langkah manajemen aktif kala III :
1)
Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit
setelah bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
2)
Lakukan peregangan tali pusat terkendali
3)
Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah
plasenta lahir.
d. Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir,
kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan
kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus.
Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian
pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui
bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior (Manuaba,
1998).
Tanda dan gejala kala IV : bayi
dan plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 Jam Pertama
Pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi,
tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada
temua yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
Lamanya persalinan pada
primigravida dan multigravida :
|
Primigravida
|
Multigravida
|
Kala I
|
10 – 12 jam
|
6-8 jam
|
Kala II
|
1-1,5 jam
|
0,5-1 jam
|
Kala III
|
10 menit
|
10 menit
|
Kala IV
|
2 jam
|
2 jam
|
Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat observasi)
|
12-14 jam
|
8-10 jam
|
B. KETUBAN PECAH DINI
1.
Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban
secara spontan pada saat belum inpartu, bila diikuti satu jam kemudian tidak
timbul tanda-tanda awal persalinan. (Hanifa Wiknjosastro, 2006).
Ketuban pecah dini adalah keaadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur (Sarwono, 2008)
2.
Pathofisiologi
Faktor-faktor
yang memudahkan pecahnya selaput ketuban adalah:
a.
Koria amnionitis
Korioamnionitis adalah keadaan pada
perempuan hamil dimana korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi
bakteri. Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan janin,
bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis dan Menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh. (Sarwono, 2008)
b.
Inkompetensi serviks
Inkompetensi serviks
sering menyebabkan kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini
dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan
bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks
atau laserasi obstetrik. (varney, 2006)
c.
Kelainan letak
Kelainan letak,
misalnya sungsang sehingga Tidak ada bagian terendah
janin yang menutup PAP, yang dapat mengurangi tekanan terhadap selaput ketuban bagian bawah.
d.
Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan
terjadinya ketuban pecah dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual
saat hamil baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali seminggu dapat memicu
terjadinya KPD karena Menyebabkan
tekanan intra uterin mendadak meningkat.
3. Gejala klinis/Diagnosis
a.
Anamnemis
1)
Kapan
keluarnya cairan, warna dan bau
2)
Adakah
partikel-partikel di dalam cairan (lanugo dan verniks)
b. Inspeksi : keluar cairan pervaginam
c. Inspekulo : bila fundus uteri ditekan atau bagian terendah digoyangakan, keluar
cairan dari osteum uteri internum (OUI).
d. Pemeriksaan dalam :
1) Ada cairan dalam vagina
2) Selaput ketuban sudah pecah
e. Pemeriksaan laboratorium
1)
Dengan
lakmus, menunjukkan reaksi basa (perubahan menjadi warna biru).
2)
Mikroskopis,
tampak lanugo atau verniks kaseosa (tidak selalu dikerjakan).
Catatan :
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada KPD adalah :
a.
Saat
ketuban pecah ditentukan berdasarkan anamnesis diketahui pasti kapan ketuban
pecah
b.
Kalau
anamnesis tidak dapat memastikan kapan ketuban pecah, maka saat ketuban pecah adalah
saat penderita masuk rumah sakit (MRS)
c.
Kalau
berdasarkan anamnesis pasti bahwa ketuban sudah pecah lebih dari 12 jam, maka dikamar bersalin
dilakukan observasi selama 2 jam, bila setelah dua jam tidak terdapat
tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi kehamilan.
4.
Komplikasi
a. Infeksi intrauterin
b. Tali pusat menumbung
c. Konfresi tali pusat
d. Kelahiran prematur
e.
Amniotic Band Syndrome (Sindrom ditandai dengan kelainan bawaan
akibat ketuban pecah sejak hamil muda)
5.
Penatalaksanaan
a.
KPD dengan kehamilan aterm
1)
Diberikan
antibiotika profilaksis, ampisillin 4 x 500 mg selama 7 hari
2)
Dilakukan
pemeriksaan admission test bila
hasilnya patologis dilakukan terminasi kehamilan
3)
Observasi
temperatur rektal setiap 3 jam, bila ada kecendrungan meningkat lebih atau sama
dengan 37,6 0 C, segera lakukan terminasi kehamilan.
4)
Bila
temperatur rektal tidak meningkat, dilakukan observasi selama 12 jam. Setelah
12 jam bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi
5)
Batasi
pemeriksaan dalam, dilakukan hanya berdasarkan indikasi obstetrik
6)
Bila
dilakukan terminasi, lakukan evaluasi PS :
a)
Bila
PS lebih atau sama dengan 5, dilakukan induksi dengan oksitosin drip
b)
Bila
PS kurang dari 5, dilakukan pematangan servik
b.
KPD dengan kehamilan preterm
1)
Penanganan
dirawat di RS
a)
Diberikan
antibiotik : Ampisillin 4 x 500 mg selama 7 hari
b)
Untuk
meransang maturasi paru diberikan kortikosteroid (untuk umur kehamilan kurang
dari 35 minggu) : deksametason 5 mg setiap 6 jam (i.m)
2)
Observasi
di kamar bersalin
a) Tirah baring selama 24 jam, selanjutnya dirawat
di ruang obstetri
b) Dilakukan observasi temperatur rektal tiap
3 jam, bila ada kecendrungan terjadi peningkatan temperatur rektal lebih atau sama dengan 37,6 0 C, segera dilakukan terminasi
3)
Di
ruang obstetri
a) Temperatur rektal diperiksa setiap 6 jam
b) Dikerjakan pemeriksaan laboratorium :
leukosit dan laju endap darah (LED) setiap 3 hari
c.
Tata
cara perawatan konservatif
1) Dilakukan sampai janin viabel
2) Selama perawatan konservatif, tidak
dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam
3) Dalam observasi selama 1 minggu, dilakukan
pemeriksaan USG untuk menilai air ketuban
a) Bila air ketuban cukup, kehamilan
diteruskan
b) Bila air ketuban kurang
(oligohidramnion), dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan.
4) Pada perawatan konservatif, pasien
dipulangkan pada hari ke 7 dengan saran :
a)
Tidak
boleh koitus
b)
Tidak
boleh melakukan manipulasi vagina
c)
Segera
kembali ke RS bila ada keluar air lagi
d)
Bila
masih keluar air, perawatan konservatif dipertimbangkan dengan melihat hasil
pemeriksaan laboratorium. Bila terdapat leukositosis/peningkatan LED, lakukan
terminasi
6.
Terminasi kehamilan
a. Induksi persalinan dengan drip oksitosin
b. SC bila pra syarat drip oksitosin tidak
terpenuhi atau bila drip oksitosin gagal
c. Bila PS jelek, dilakukan pematangan dan
induksi persalinan.
Yang dimaksud terminasi adalah:
a. Induksi persalinan dengan oksitosin drip 5
U dalam 500 cc D 5% dimulai 8 tetes.
b. Seksio sesarea bila syarat oksitosin drip
tidak terpenuhi atau oksitosin drip gagal.
c. Induksi persalinan dinyatakan gagal bila
dengan 2 botol (@ 5 U dalam 500 cc D
5%) belum ada tanda-tanda awal persalinan atau bila 12 jam belum keluar dari
fase laten dengan tetesan maksimal.
Indikasi untuk tindakan &
rujukan segera jika ada tanda dan gejala infeksi:
a.
Tanda & gejala:
1) Nadi cepat (110 x/mnt atau lebih)
2)
Temperatur tubuh > 380C
3)
Menggigil
4)
Air ketuban atau cairan berbau
b.
Rencana asuhan:
1)
Baringkan ibu miring ke kiri
2)
Pasang infus RL/garam
fisiologis 125 ml/jam
3)
Berikan Ampicillin 2 gr atau
Amoxicillin 2 gr per oral
4)
Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan asuhan kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir
5) Dampingi ibu ke tempat rujukan.
C.
KONSEP
MANAJEMEN KEBIDANAN SOAP
Manajemen Kebidanan adalah
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pendokumentasian SOAP
S =
Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
O =
Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik
klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
focus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
A = Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi :
a.
Diagnosa/masalah.
b.
Antisipasi diagnosa/masalah
potensial.
c.
Perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter, konsultasi/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2,
3, dan 4 Varney.
P = Pelaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (1) dan
Evaluasi perencanaan (E) berdasarkan assesmen sebagai langkah 5, 6, dan 7
Varney.
Beberapa alasan penggunaan
SOAP dalam pendokumentasian :
1.
Pembuatan grafik metode SOAP
merupakan perkembangan informasi yang sistematis yang mengorganisi penemuan dan
konklusi anda menjadi suatu rencana.
2.
Metode ini merupakan intisari
dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
BAB III
TINJAUAN
KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ N ”
DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI PUSKESMAS SELONG
TANGGAL 5 FEBRUARI 2013
Hari/Tanggal : Selasa, 5 Feruari 2013
Waktu : 09.00 WITA
Tempat : Ruang bersalin
A.
DATA SUBYEKTIF (S)
Biodata
|
Istri
|
Suami
|
Nama
|
Ny. “N”
|
Tn. “M”
|
Umur
|
29 tahun
|
32 tahun
|
Agama
|
Islam
|
Islam
|
Suku
|
Sasak
|
Sasak
|
Pendidikan
|
SMA
|
SMA
|
Pekerjaan
|
IRT
|
Swasta
|
Alamat
|
Seruni
|
|
1.
Keluhan utama
Keluar air dan sakit perut
hilang timbul seperti mau melahirkan.
2. Riwayat perjalanan penyakit
Hamil 9 bulan dengan keluhan sakit
perut menjalar ke pinggang sejak
tanggal 5 Februari 2013 pukul 06.00 wita disertai
keluar air sedikit-sedikit sejak tanggal 5 Februari
2013 pukul 02.00 Wita. Pengeluaran
darah dan lendir tidak ada dan gerakan janin masih dirasakan.
3.
Riwayat Menstruasi
a.
Menarche : 14 tahun
b.
Lama haid : 7 hari
c.
Siklus haid :
28 hari
d.
Jumlah darah :
2 kali ganti pembalut
e.
Fluor albus : Tidak ada
f.
Disminorhea : Tidak ada
4.
Riwayat Kehamilan, Persalinan,
dan Nifas yang lalu
No
|
Umur
kehamilan
|
Tempat persalinan
|
Jenis persalinan
|
Penolong persalinan
|
Riwayat penyakit
|
JK
|
BBL (gram)
|
Umur/ Ket
|
||
Hamil
|
Bersalin
|
Nifas
|
||||||||
1
2
3
|
9 Bulan
9 Bulan
ini
|
PKM
PKM
|
normal
normal
|
Bidan
Bidan
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
♂
♂
|
2500
2800
|
7 Thn/H
4 Thn/H
|
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
a.
Hamil ke :
3 (tiga)
b.
HPHT :
12-05-12
c.
Umur Kehamilan : 9 bulan
d.
Gerakan janin : Sejak
umur kehamilan 4 bulan
e.
ANC : 8 kali di Puskesmas
f.
TT :
2 kali (lengkap)
g.
Riwayat KB yang lalu :
KB Suntik 3 bulan
h.
Rencana KB : Belum
direncanakan
i.
Obat yang dikonsumsi : Tablet tambah darah
5.
Riwayat Kesehatan yang Lalu/
Penyakit yang Pernah Diderita
a.
Penyakit Kardiovaskuler : Tidak pernah
b.
Penyakit Hipertensi : Tidak pernah
c.
Penyakit diabetes : Tidak pernah
d.
Penyakit hepatitis : Tidak pernah periksa laboratorium
e.
Penyakit kelamin/ HIV/ AIDS : Tidak pernah periksa laboraturium
f.
Penyakit malaria : Tidak pernah
g.
Penyakit campak : Tidak pernah
h.
Penyakit TBC : Tidak pernah
i.
Penyakit ginjal : Tidak pernah
j.
Penyakit asma : Tidak pernah
1.
Riwayat Kembar : Tidak ada
6.
Riwayat Sosial Budaya
a.
Status perkawinan : Nikah 1 kali, selama 8 tahun.
b.
Dukungan keluarga : Keluarga sangat mendukung kehamilan
ini
c.
Respon ibu dan keluarga : Ibu senang dengan kehamilannya.
d.
Pengambilan keputusan : Suami
e.
Kebiasaan Hidup Sehat : Ibu tidak merokok ataupun minum minuman
keras
f.
Nutrisi
1)
Komposisi : nasi, lauk pauk, sayur
2)
Makan terakhir : tanggal 05-02-2013, pukul 07.30 Wita
g.
Eliminasi
1)
BAB terakhir : tanggal 05-02-2013, pukul 05.00 Wita
2)
BAK Terakhir : tanggal 05-02-2014, pukul 08.00 Wita
B.
DATA OBYEKTIF (O)
1.
Pemeriksaan Umum
a.
Keadaan umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmetis
c.
TB/ BB : 154 cm/ 55 kg
d.
LILA : 25 cm
e.
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Suhu : 37 oC
- Nadi : 82 x/menit
- Respirasi : 22 x/menit
2.
Pemeriksaan Obstetrik
a.
Pemeriksaan luar
- Inspeksi : tidak ada
luka bekas operasi, linea nigra,
striae albikan
- Palpasi :
Leopold I : TFU 30 cm, teraba lunak, tidak melenting (bokong) pada Fundus
Leopold II : Teraba keras seperti
papan (punggung
kanan)
Leopold III : Teraba
bulat, keras, melenting (presentasi kepala)
Leopold IV : Kepala masuk PAP 3/5 bagian
- PBBJ :
2945 gram
-
Auskultasi : DJJ (+) frekuensi 136 kali/menit
- His 2x dalam 10 menit lamanya 25 detik
b.
Pemeriksaan dalam
Tanggal 5
Februari 2013 pukul 09.00 wita
VT Ø 1 cm, eff 25 %, ket (-), teraba kepala, Penurunan
kepala HI , tidak teraba bagian terkecil janin/tali pusat.
C.
ANALISA (A)
1.
Diagnosa
Ibu : G3P2A0H2, Hamil 38-39 minggu keadaan ibu baik dengan KPD
Janin : Tunggal,
Hidup, Intrauterin, presentasi kepala, Keadaan janin baik
2.
Masalah : Kecemasan
Dasar : Ibu mengeluh keluar
air dari jalan lahir sejak 8 jam yang lalu
3.
Kebutuhan : Penjelasan tentang kecemasan ibu
D.
PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal : 5 Februari
2013
Waktu : 09.00 wita
1.
Menjelaskan
pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan yaitu keadaan ibu dan janin baik namun oleh karena ketuban sudah keluar selama
6 jam ibu akan di observasi
sampai pukul 14.00 wita. Bila tidak ada kemajuan proses persalinan , ibu harus segera dibawa ke RSUD dr. Soedjono Selong untuk mendapatkan perawatan selanjutnya.
Ibu mengerti dengan keadaannya.
2.
Memfasilitasi ibu
untuk inform consent. Inform consent di tanda tangani.
3.
Menganjurkan
ibu atau keluarga untuk memberi makanan yang lunak atau minuman yang
manis-manis seperti air gula sehingga dapat menambah tenaga ibu. Ibu bersedia melakukan semua yang telah dianjurkan.
4.
Memberikan
ibu injeksi antibiotik ( ampisillin 1 gr
iv), yang sebelumnya dilakukan
skin test terlebih dahulu dengan reaksi (–)
pada pukul 09.15 wita.
5.
Menganjurkan ibu untuk istirahat selama dilakukan observasi lanjut.
6.
Mempersiapkan
hal-hal yang di butuhkan untuk merujuk yaitu BAKSOKU dan alat resusitasi bayi untuk persiapan jika sewaktu-waktu ibu harus segera dirujuk.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada
kasus Ny “N” didapatkan keluhan yaitu keluar air sedikit-sedikit sejak pukul
02.00 wita. Setelah
dilakukan anamnesa dan pemeriksaan
fisik ginekologi didapatkan gejala klinis yang mengarah pada KPD. Berdasarkan gambaran klinis yang didapatkan itu
kemudian ditegakkan diagnosanya menjadi ketuban pecah dini (KPD). Pada
kasus ini dilakukan pemberian antibiotik ampicillin 1 gr iv untuk mencegah terjadinya infeksi, lalu dilakukan
persiapan untuk merujuk.
Asuhan kebidanan pada Ny. ‘N’ sudah sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Anamnese di lahan telah dilakukan sesuai dengan
pedoman dan telah mencakup seluruh aspek yang di butuhkan sebagai data dasar
dalam asuhan kebidanan.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Penyusun telah melakukan
pengkajian pada pasien dengan KPD untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat
2.
Pada kasus ini diberikan atau intervensi tindakan
segera, karena merupakan kasus yang patologis
3.
Penyusun dapat membuat rencana
asuhan yang menyeluruh sesuai dengan diagnosa.
4.
Asuhan kebidanan
dilaksanakan berdasarkan kebutuhan.
5.
Evaluasi asuhan kebidanan yang
dilakukan telah sesuai dengan konsep.
B. SARAN
1.
Bagi
Puskesmas
Diharapkan untuk tetap mempertahankan mutu
pelayanan kebidanan yang berkualitas pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
asuhan pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan kesehatan pada ibu dan
anak serta mengurangi angka mortalitas dan morbiditas khususnya di provinsi
NTB.
2.
Bagi Institusi
Diharapkan
mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan yang telah
diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bahan analisa untuk pendidikan.
3.
Bagi Pembimbing
Diharapkan untuk
tetap meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa sehingga dapat
memberikan bimbingan secara profesional di lahan praktek, serta dapat
mengaplikasikan pengetahuannya dalam bidang kebidanan pada mahasiswa.
4. Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk dapat melakukan pengkajian pada ibu dengan kasus KPD dengan manajemen SOAP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar