BAB
I
PENDAHULUAN
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu, pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ
tubuh.
Organ utama dari sistem endokrin adalah :
Organ utama dari sistem endokrin adalah :
1.
Hipotalamus
2.
Kelenjar
hipofise
3.
Kelenjar tiroid
4.
Kelenjar
paratiroid
5.
Pulau-pulau Pankreas
6.
Kelenjar
adrenal
7.
Buah zakar
8.
Indung telur
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
SISTEM ENDOKRIN
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan
dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan
sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon disamping
itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon misalnya kelenjar
hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain.
Organ utama dari sistem endokrin adalah :
1.
Hipotalamus
2.
Kelenjar
hipofise
3.
Kelenjar tiroid
4.
Kelenjar
paratiroid
5.
Pulau-pulau pankreas
6.
Kelenjar
adrenal
7.
Skrotum
8.
Indung telur
Anatomi dan Fisiologi
Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon,
maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh
ujung-ujung saraf.
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan
endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada
permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus
intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya,
kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar
endokrin termasuk :
1. Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid,
serta timus
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2.
Menstimulasi urutan
perkembangan
3.
Mengkoordinasi sistem
reproduktif
4.
Memelihara lingkungan
internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
Peran hipotalamus dan kelenjar hipofise
Dua kelenjar endokrin
yang utama adalah hipotalamus dan hipofise. Aktivitas endokrin dikontrol secara
langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan sistem
persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area
lain dalam otak dan dari hormon dalam darah, neuron dalam hipotalamus
mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada
sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang mengatur pembentukan dan sekresi
hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar hipofise dihubungkan oleh infundibulum.
Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin dan kerja dari
masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap hormon yang mempengaruhi organ
dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya oksitosin,
yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi
uterus. Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut
hormon tropik. Kelenjar yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.
1. Struktur dan fungsi hipotalamus
Hipotalamus terletak di
batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak ketiga
(ventrikulus tertius). Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar
endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf.
Hormon yang dihasilkan hipotalamus sering disebut faktor R dan I mengontrol
sintesa dan sekresi hormon hipofise anterior sedangkan kontrol terhadap
hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf. Pembuluh darah kecil yang
membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut portal hipotalamik hipofise.
Hormon-hormon hipotalamus antara lain:a. ACTH : Adrenocortico Releasing
Hormonb. ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormonc. TRH : Tyroid Releasing
Hormpnd. TIH : Tyroid Inhibiting Hormone. GnRH : Gonadotropin Releasing
Hormonf. GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormong. PTRH : Paratyroid Releasing
Hormonh. PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormoni. PRH : Prolaktin Releasing
Hormonj. PIH : Prolaktin Inhibiting Hormonk. GRH : Growth Releasing Hormonl.
GIH : Growth Inhibiting Hormonm. MRH : Melanosit Releasing Hormonn. MIH :
Melanosit Inhibiting Hormon. Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol
sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh
kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf.
2. Struktur dan Fungsi Hipofise
Hipofise terletak di
sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan
diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior, merupakan
bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. Lobus
anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise
dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise
stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan
hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar
endokrin.
Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa, beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa. Kelenjar hipofisa disebut kelenjar penguasa karena hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya. Hipofisa mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.
Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon yang merangsang hipofisa, beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa. Kelenjar hipofisa disebut kelenjar penguasa karena hipofisa mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa hormon hipofisa memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormon oleh organ lainnya. Hipofisa mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, dimana kadar hormon endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisa untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.
Tidak semua kelenjar endokrin berada dibawah kendali hipofisa;
beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis. Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
beberapa diantaranya memberikan respon, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap konsentrasi zat-zat di dalam darah. Sel-sel penghasil insulin pada pankreas memberikan respon terhadap gula dan asam lemak, sel-sel paratiroid memberikan respon terhadap kalsium dan fosfat medulla adrenal (bagian dari kelenjar adrenal) memberikan respon terhadap perangsangan langsung dari sistem saraf parasimpatis. Banyak organ yang melepaskan hormon atau zat yang mirip hormon, tetapi biasanya tidak disebut sebagai bagian dari sistem endokrin. Beberapa organ ini menghasilkan zat-zat yang hanya beraksi di tempat pelepasannya, sedangkan yang lainnya tidak melepaskan produknya ke dalam aliran darah. Contohnya, otak menghasilkan berbagai hormon yang efeknya terutama terbatas pada sistem saraf.
HORMON
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri seksual. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energi. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi sel. Pada akhirnya hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri seksual. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energi. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Beberapa hormon hanya mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya mempengaruhi seluruh tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi kelenjar tiroid. Sedangkan hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid, tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan oleh sel-sel pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta lemak di seluruh tubuh.
PENGENDALIAN ENDOKRIN
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon
di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi
tubuh.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang di kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan akhirnya berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada di bawah kendali hipofisa.
Untuk mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-batas yang tepat. Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang di kontrol terlalu tinggi atau terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan akhirnya berhenti melepaskan hormon. Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada di bawah kendali hipofisa.
Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki
fungsi yang memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita
melibatkan peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap
bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya
mengalami turun-naik setiap bulannya. Faktor-faktor lainnya juga merangsang
pembentukan hormon. Prolaktin (hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa)
menyebabkan kelenjar susu di payudara menghasilkan susu. Isapan bayi pada
puting susu merangsang hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak prolaktin.
Isapan bayi juga meningkatkan pelepasan oksitosin yang menyebabkan mengkerutnya
saluran susu sehingga susu bisa dialirkan ke mulut bayi. Kelenjar semacam pulau
pakreas dan kelenjar paratiroid, tidak berada dibawah kendali hipofisa. Mereka
memiliki sistem sendiri untuk merasakan apakah tubuh memerlukan lebih banyak
atau lebih sedikit hormon. Misalnya kadar insulin meningkat segera setelah
makan karena tubuh harus mengolah gula dari makanan. Jika kadar insulin terlalu
tinggi, kadar gula darah akan turun sampai sangat rendah. Kadar hormon lainnya
bervariasi berdasarkan alasan yang kurang jelas. Kadar kortikosteroid dan
hormon pertumbuhan tertinggi ditemukan pada pagi hari dan terendah pada senja
hari. Alasan terjadinya hal ini belum sepenuhnya dimengerti. Hormon yang
menghasilkan fungsi aldosteron kelenjar adrenal membantu mengatur keseimbangan
garam dan air dengan cara menahan garam dan air serta membuang kalium.
Hormon antidiuretik kelenjar hifosa menyebabkan ginjal menahan air
bersama dengan aldosteron, membantu mengendalikan tekanan darah. Kortikosteroid Kelenjar adrenal Memiliki efek
yg luas di seluruh tubuh, terutama sebagai:
·
Anti peradangan
·
Mempertahankan
kadar gula darah, tekanan darah & kekuatan otot
·
Membantu
mengendalikan keseimbangan garam dan air. kortikotropin kelenjar hipofisa
mengendalikan pembentukan dan pelepasan hormon oleh korteks adrenal. Eritropoietin
Ginjal merangsang pembentukan sel darah merah. Estrogen indung telur mengendalikan perkembangan ciri seksual dan sistem reproduksi wanita. Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah. Hormon pertumbuhan Kelenjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan.
Ginjal merangsang pembentukan sel darah merah. Estrogen indung telur mengendalikan perkembangan ciri seksual dan sistem reproduksi wanita. Glukagon Pankreas Meningkatkan kadar gula darah. Hormon pertumbuhan Kelenjar hipofisa Mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan.
·
Meningkatkan
pembentukan protein insulin pankreas.
·
Menurunkan kadar
gula darah
·
Mempengaruhi
metabolisme glukosa, protein & lemak di seluruh tubuh.
·
Mengendalikan
fungsi reproduksi (pembentukan sperma & sementum, pematangan sel telur,
siklus menstruasi
·
Mengendalikan
ciri seksual pria & wanita (penyebaran rambut, pembentukan otot, tekstur
dan ketebalan kulit). Oksitosin Kelenjar hipofisa Menyebabkan kontraksi otot
rahim & saluran susu di payudara. Hormon paratiroid Kelenjar paratiroid
Mengendalikan pembentukan tulang
·
Mengendalikan pelepasan
kalsium dan fosfat. Progesteron Indung telur Mempersiapkan lapisan rahim untuk
penanaman sel telur yg telah dibuahi.
·
Mempersiapkan
kelenjar susu untuk menghasilkan susu
Polaktin Kelenjar hipofisa Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu. Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah. Hormon tiroid Kelenjar tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme
TSH (tyroid-stimulating hormone). Kelenjar hipofisa Merangsang pembentukan & pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid
Polaktin Kelenjar hipofisa Memulai & mempertahankan pembentukan susu di kelenjar susu. Renin & angiotensin Ginjal Mengendalikan tekanan darah. Hormon tiroid Kelenjar tiroid Mengatur pertumbuhan, pematangan & kecepatan metabolisme
TSH (tyroid-stimulating hormone). Kelenjar hipofisa Merangsang pembentukan & pelepasan hormon oleh kelenjar tiroid
B.
PERUBAHAN
SISTEM ENDOKRIN PADA IBU NIFAS
Setelah melahirkan, sistem endokrin kembali kepada kondisi seperti
sebelum hamil. Hormon kehamilan mulai menurun segera setelah plasenta keluar.
Turunnya estrogen dan progesteron menyebabkan peningkatan prolaktin dan
menstimulasi air susu. Perubahan fisioligis yang terjadi pada wanita setelah
melahirkan melibatkan perubahan yang progresif atau pembentukan
jaringan-jaringan baru. Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat
perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam
proses tersebut.
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :
Hormon yang berperan dalam sistem endokrin sebagai berikut :
a.
Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali kebentuk normal.
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali kebentuk normal.
b.
Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan menstruasi.
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan menstruasi.
c.
Estrogen dan
progesteron
Selama hamil volume darah normal
meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum
dan vulva, serta vagina.
d.
Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat
setelah persalinan. Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset
pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum. Penurunan hormone human plecenta
lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta enzyme insulinasi membalik
efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang
bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai kira-kira satu
minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan dengan pembekakan payudara
dan dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada
wanita yang tidak melahirkan tidak menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat
pada minggu ke 2 setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang
menyusui pada postpartum hari ke 17.
e.
Hormon hipofisis
dan fungsi ovarium
Waktu mulainya ovulasi dan
menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar proklatin
serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi karena
kadar hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, di
simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada
wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah
melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama
setiap kali menyusui dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita
yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan
menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang
dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita laktasi
sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu
dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama
anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
- Hormon Oksitosin
- Hormon prolaktin
- Hormon estrogen dan progesteron.
- Hormon plasenta
- Hormon hifofisis dan fungsi ovarium
Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
Hormon prolaktin
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH
dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap
rendah hingga ovulasi terjadi.
Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan
meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat
meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan
dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen)
menyebabkan kadar gula darah menurun
pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke-3 post partum.
Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Hipofisis dan fungsi ovarium akan
mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan
pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar