BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Partus kasep merupakan salah satu penyebab kematian
ibu dan bayi baru lahir. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih
dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai anak lahir.
Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten ( primi :
20 jam, multi : 14 jam ). Fase aktif ( primi : 1,2 cm per jam, multi 1.5 cm per
jam ) atau kala pengeluaran ( primi : 2 jam, multi : 1 jam ), maka akan timbul
kemungkinan partus kasep.
Partus kasep sering dianggap sama dengan partus lama.
Partus kasep adalah suatu keadaan dari persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi pada ibu dan anak. Sedangkan pertus
lama adalah partus lebih dari 24 jam (perpanjangan kurve friedmann). Partus
lama ada 3 hal yaitu :
1. Prolonged
laten phase pada primi >20 jam pada multi >14jam
2. Protraction
disorder perpanjangan waktu dilatasi serviks, dan perpanjangan waktu penurunan
bagian terbawah janin.
3. Arrest
disorder secondary arrest of dilatation (tidak adanya dilatasi servix yang
progresif pada fase aktif arrest of descent (terjadi kegagalan penurunan untuk
satu jam lebih biasanya partus lama akan menjadi partus kasep dimana ada
komplikasi pada ibu (meteorismus, exhausted, dehidrasi, dll) dan anak (fetal
distress, IUFD)
Jika partus lama tidak segera ditangani akan menjadi
partus kasep yang akan menimbulkan komplikasi bagi ibu dan bayi baru lahir yg
lebih berbahaya.
B.
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
partus kasep?
2.
Askeb pada persalinan dengan
partus kasep?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Partus kasep adalah suatu keadaan dari suatu
persalinan yang mengalami kemacetan dan berlangsung lama sehingga timbul
komplikasi ibu maupun anak. Partus kasep merupakan satu fase akhir dari suatu
persalinan yang telah berlangsung lama dan tidak mengalami kemajuan sehingga
timbul komplikasi pada ibu, janin atau keduanya. Persalinan normal
rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung dari awal pembukaan
sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase laten (pada
primipara 20 jam, multipara 14 jam) dan fase aktif (pada primipara 1,2 cm per
jam dan 1,5 cm perjam pada multipara) atau kala pengeluaran (primipara 2 jam
dan multipara 1 jam), maka kemungkinan dapat terjadi partus kasep.
B. ETIOLOGI
Penyebab
partus kasep multikompleks, yang berhubungan dengan pengawasan pada waktu hamil
dan penatalaksanaan pertolongan persalinan. Penyebab kemacetan dapat
terjadi karena :
1. Faktor Kekuatan Ibu
a.
Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat
diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai
dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke
seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian
mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his
dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya,
lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum.
Adapun
jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:
1)
Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu
daripada bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi
berlangsung terlalu lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas
janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika
setelah belangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia
uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung
lama (hingga menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder
jarang ditemukan.
2)
His yang terlalu kuat
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai
dalam waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari
tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar
his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya
dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan
dalam tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat.
3)
Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas,
tengah dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi
antara kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini,
maka tonus otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus
menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky
uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis.
b.
Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan
perut, yang biasanya dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan
mengejan disebabkan oleh :
1) Otot dinding
perut lemah
2) Distasis
recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3) Refleks
mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
4) Kelelahan
(otot dinding perut menjadi lemah)
2. Faktor Janin
Dapat disebabkan oleh janin yang besar, adanya malposisi dan malpresentasi,
kelainan letak bagian janin, distosia bahu, malformasi dan kehamilan ganda.
Letak : Defleksi
·
Presentasi Puncak Kepala
Pada persalinan normal, saat
melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan flexi dalam keadaan tertentu
flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi puncak kepala disebut
juga presentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya ringan, sehingga
ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi puncak kepala
lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto oxipito
dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.
·
Presentasi Muka
Merupakan akibat kelainan Sikap (
Habitus ) berupa defleksi kepala maksimum. ada presentasi muka terjadi
hiperekstensi maksimum kepala sehingga oksiput menempel dengan punggung janin
dengan demikian maka yang merupakan presentasi (bagian terendah) janin dan
sekaligus denominator adalah mentum. Dalam orientasinya dengan simfisis pubis,
maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior. Pada
janin aterm dengan presentasi muka mento-posterior, proses persalinan terganggu
akibat bregma (dahi) tertahan oleh bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan
ini, gerakan fleksi kepala agar persalinan pervaginam dapat berlangsung
terhalang, maka persalinan muka spontan per vaginam tidak mungkin terjadi.
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung bila dagu berputar ke anterior.
Bila dagu berada di anterior, persalinan kepala per vaginam masih dapat
berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi kepala. Pada sejumlah kasus
presentasi muka dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada
persalinan lanjut sehingga dapat terjadi persalinan spontan per vaginam atau
menggunakan ekstraksi cunam.
·
Presentasi Dahi
Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus
) berupa gangguan defleksi moderate. Presentasi yang sangat jarang. Diagnosa
ditegakkan bila VT pada PAP meraba orbital ridge dan ubun-ubun besar. Kecuali
pada kepala yang kecil atau panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang
diikuti dengan persalinam pervaginam tak mungkin terjadi.
Posisi
Oksiput Posterior Persisten
Satu bentuk
kelainan putar paksi dalam ( internal rotation ) pada proses persalinan. Pada
10% kehamilan, kepala masuk PAP dengan oksiput berada pada segmen posterior
panggul. Sebagian besar keadaan ini terjadi pada arsitektur panggul yang
normal, namun sebagian kecil terjadi pada bentuk android. Diagnosa ditegakkan
melalui palpasi abdomen dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu
dan dilokasi tersebut DJJ terdengar paling keras. Pada persalinan aktif,
pemeriksaan VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan terabanya
occiput dan ubun-ubun besar .
Letak tulang ubun – ubun
Ø Positio
occiput pubica (anterior)
Oksiput berada dekat simfisis
Ø Positio
occiput sacralis (posterior)
Oksiput berada dekat sakrum.
·
Letak sungsang
Letak sungsang adalah letak
memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah ( Presentasi Bokong).
Angka kejadian : ± 3 % dari seluruh angka kelahiran.
·
Letak Lintang
Sumbu panjang janin tegak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu. Kadang-kadang sudut yang ada tidak tegak lurus
sehingga terjadi letak oblique yang sering bersifat sementara oleh karena akan
berubah menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (“unstable lie”)Pada
letak lintang, bahu biasanya berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan
kepala berada pada fossa iliaca. Deskripsi letak lintang : akromial kiri atau
kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior
3. Faktor Jalan Lahir
Jalan lahir
dibagi atas bagian tulang yang terdiri atas tulang-tulang panggul dengan
sendi-sendinya dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan
ligamen-ligamen. Dengan demikian distosia akibat jalan lahir dapat dibagi
atas:
a.
Distosia karena kelainan panggul
Kelainan panggul dapat disebabkan oleh; gangguan pertumbuhan, penyakit
tulang dan sendi (rachitis, neoplasma, fraktur, dll), penyakit kolumna
vertebralis (kyphosis, scoliosis,dll), kelainan ekstremitas inferior (coxitis,
fraktur, dll). Kelainan panggul dapat menyebabkan kesempitan
panggul. Kesempitan panggul dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu;
kesempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah
panggul. Pintu atas panggul dikatakan sempit bila konjugata vera < 10
cm, atau diameter transversa < 12 cm. Kesempitan pintu
atas panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama karena adanya gangguan
pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan
bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban sangat
menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak dapat
menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Selain itu
persalinan yang lama juga disebabkan karena adanya moulage kepala yang hebat
sehingga dapat melewati pintu atas panggul ,dan ini memerlukan waktu yang lama.
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan
diameter sagitalis posterior ≤13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter
antar spina ≤ 9 cm. Pada panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan
posisi oksipitalis posterior persisten atau presentasi kepala dalam
posisi lintang tetap (transverse arrest).
Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii
≤8 cm dan diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm
(N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran
janin ukuran biasa.
b.
Distosia karena kelainan jalan lahir lunak
Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena
kelainan jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan
tersebut terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus.
Kelainan pada vulva yang dapat menyebabkan distosia
antara lain; edema yang biasanya diakibatkan oleh persalinan yang lama
dengan penderita yang dibiarkan meneran terus menerus, stenosis pada
vulva yang terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus
sehingga menimbulkan parut, dan tumor. Sedangkan kelainan vagina yang
menyebabkan distosia antara lain; stenosis vulva, septum vagina dan tumor
vagina.
Distosia servikalis dan uteri dapat disebabkan
oleh dysfunctional uterine action atau dapat juga disebabkan
oleh jaringan parut pada serviks uteri dan dengan adanya tumor.
Mioma pada serviks atau segmen bawah uterus dapat
menghalangi persalinan. Mioma yang terletak di dalam jalan lahir atau
berlanjut ke jalan lahir pada awal kehamilan, dapat terdorong ke atas ketika
uterus membesar sehingga obstruksi terhadap persalinan pervaginam tidak terdapat
lagi.
Mioma uteri selama masa kehamilan ukurannya akan
semakin bertambah yang terjadi akibat stimulasi hormon estrogen.
Kemungkinan dilakukannya seksio sesaria akan bertambah besar, khususnya bila
suatu mioma uteri terletak pda segmen bawah rahim. Demikian pula, risiko
malposisi serta persalinan prematur akan meningkat bila terdapat mioma lebih
dari satu dan risiko retensio plasenta bertambah besar bila terdapat tumor pada
segmen bawah rahim.
4. Faktor penolong
Diakibatkan pertolongan yang salah dalam manajemen persalinan yaitu :
a. Salah pimpin
b. Manipulasi
(Kristeler)
c. Pemberian
uterotonika yang kurang pada tempatnya
5. Faktor psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang
luar biasa bagi seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan
dari aspek fisik satu sama lain. Bagi wanita kebanyakan proses persalinan
membuat mereka takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan inilah yang dapat
menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal yang baik,
diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat
menikmati proses kelahiran bayinya.
C. PATOFISIOLOGI
Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih
dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi
perpanjangan dari fase laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi
1,2 cm per jam, multi 1,5 cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan
multi 1 jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Partus yang
lama, apabila tidak segera diakhiri, akan menimbulkan:
1.
Kelelahan ibu
Karena mengejan terus, sedangkan intake kalori
biasanya kurang.
2.
Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam
basa/elektrolit karena intake cairan kurang.
3.
Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama,
sehingga terjadi infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi
penolong yang kurang steril.
4.
Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya
disproporsi kepala panggul juga manipulasi dan dorongan dari penolong.
5.
Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia
dalam rahim.
D. GEJALA
KLINIS
Tanda-tanda
kelelahan dan dehidrasi
1. Dehidrasi:
nadi cepat dan lemah
2. Meteorimus
3. Febris
4. His hilang
atau melemah
Tanda-tanda
infeksi intra uterin
1.
Keluar air ketuban berwarna keruh kehijauan dan berbau
kadang bercampur mekonium
2.
Suhu rectal > 37,6° C
Tanda-tanda
rahim robek (rupture uteri)
1. Perdarahan
melalui ostium uteri eksternum
2. His
hilang
3. Bagian
anak mudah diraba dari luar
4. Periksa
dalam: bagian terendah janin mudah didorong ke atas
5. Robekan
dapat meluas sampai serviks dan vagina
Tanda-tanda
gawat janin.
1.
Air ketuban bercampur mekonium
2.
Denyut jantung janin takikardi/bradikardi/ireguler
3.
Gerak anak berkurnag atau hiperaktif ( gerakan yang
convulsive)
E. DIAGNOSA
Cara
pemeriksaan dan diagnose :
Keadaan umum
ibu:
1. Dehidrasi
2. Panas
3. Meteorismus
4. Syok
5. Anemia
6. Oligouria
Palpasi:
1.
His lemah atau hilang
2.
Gerak janin tidak ada
3.
Janin mudah diraba
Auskultasi:
1.
Denyut Jantung Janin:
2.
Takikardi/bradikardi
3.
Ireguler
4.
Negative (bila anak sudah mati)
Pemeriksaan
dalam
1.
Keluar air ketuban berwarna keruh dan berbau bercampur
mekonium
2.
Bagian terendah anak sukar di gerakkan bila rahim
belum robek, tetapi mudah di dorong bila rahim sudah robek, diseratai keluarnya
darah.
3.
Suhu rectal ≥37,6˚ C
F. DIAGNOSA
BANDING
Diagnosa
Banding
1. Kehamilan/persalinan
dengan infeksi ekstra genital
2. Selisih
rectal dan aksiler tidak lebih dari 0.5˚ C
3. Ketuban
biasanya masih utuh
G. PENATALAKSANAAN
1. Memperbaiki
keadaan umum ibu
1.
Puasa karena mungkin akan dilakukan tindakan dalam
narkose
2.
Pasang kateter menetap
3.
Pemberian oksigen
4.
Pemberian cairan, kalori dan elektrolit: yaitu glukosa
5% atau 10% atau garam fisiologis sebanyak 1 liter dalam waktu yang singkat
kemudian dilanjutkan dengan tetesan yang biasa
5.
Untuk koreksi asidosis diberikan Bicarbonas Natricus
7% sebanyak 50 ml
2.
Pemberian sedativa
Maksudnya adalah untuk memberikan ketenangan, mengurangi kelelahan,
dan mengurangi rasa nyeri. Preparat yang diberikan adalah pethidine 50 mg
iv.
3.
Koreksi terhadap infeksi:
1.
Antibiotik ; Ampicillin 3 x 1 gram iv
2.
ATS 1500 iu
3.
Kortikosteroid 1-3 mg/kg BB untuk syok septik dan anti
stress
4.
Menyelesaikan Persalinan
Setelah keadaan umum ibu diperbaiki barulah dipikirkan untuk menyelesaikan
persalinan, apabila tidak ada indikasi yang memaksa untuk melakukan tindakan
obstetri, maka sebaiknya tindakan tersebut ditunda. Sedapat mungkin
penyelesaian persalinan dilakukan pervaginam oleh karena tindakan perabdominam
akan menyebarkan infeksi di dalam robngga perut. Akan tetapi apabila
tindakan pervaginam tidak mungkin dilakukan maka sebaiknya dilakukan seksio
sesaria ekstraperitoneal atau seksio sesaria histerektomi, dan apabila kedua
hal tersebut tidak mungkin maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria
transperitonealis produnda3.
H. KOMPLIKASI
Ibu
1. Infeksi
sampai sepsis
2. asidosis
sampai gangguan elektrolit
3. Dehidrasi,
syok, kegagalan fungsi organ
4. Robekan
jalan lahir
5. Fistula buli-buli,
vagina, rahim, rektum
Anak
1.
gawat janin sampai meninggal
2.
Lahir dengan asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan
cacat otak menetap.
3.
Trauma persalinan
4.
Patah tulang dada, lengan, kaki, kepala karena
pertolongan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Partus kasep
adalah suatu keadaan dari suatu persalinan yang mengalami kemacetan dan
berlangsung lama sehingga timbul komplikasi ibu maupun anak. Persalinan normal
rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung awal pembukaan sampai
lahirnya anak.
Apabila
terjadi perpanjangan dari fase laten (primi: 20 jam, multi: 14 jam) fase aktif
(primi: 1,2 cm per jam, multi 1 ½ cm per jam) atau kala pengeluaran (primi: 2
jam, multi: 1jam), maka kemungkinan akan timbul partus kasep.
Penyebab kemacetan dapat karena:
1. Faktor
panggul : Kesempitan panggul
2. Faktor anak : Kelainan anak
3. Faktor
tenaga : Hipotonia
4. Faktor
penolong : Pimpinan yang salah
Partus yang lama apabila tidak
segera diakhiri akan menimbulkan:
1. Kelelahan
pada ibu
2.
Dehidrasi, dan gangguan keseimbangan asam
basa/elektrolit
3.
Infeksi
4.
Perlukaan jalan lahir.
5.
Gawat janin sampai kematian karena asfiksia dalam
rahim
PENATALAKSANAAN
1.
Perbaiki keadaan umum ibu
Rehidrasi : dekstroset 5-10%, 500 cc dalam 1-2 jam pertama, selanjutnya
tergantung produksi urine
2.
Pemberian antibiotic :
Penisilin prokain 1 juta IU intramuscular
Streptomycin 1 gr intramuscular
3.
Observasi 1 jam, kecuali bila keadaan mengharuskan
untuk segera bertindak
4.
Mengakhiri persalinan dan Dapat dilakukan partus
spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep manual aid. Pada letak sungsang,
embriotomi jika janin meninggal dan section cesaria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar