ISI SURVEI SINGKAT DI BAYAR!! http://www.indosurvei.com/exostan

Kamis, 03 Juli 2014

RETENSIO URINE ASKEB

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah tertentu adalah Angka Kematian Ibu melahirkan dan Angka Kematian Bayi. Sebagaimana diketahui  bahwa pengertian  AKI adalah jumlah kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu 1 tahun. Makin besar angka ini  menunjukkan bahwa makin besar  masalah kesehatan disuatu wilayah tertentu ( DIKES NTB, 2005).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan bahwa secara nasional AKI di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Hasil survey tersebut tidak memberi informasi tentang AKI untuk setiap Propinsi yang ada di Indonesia. Selain itu SDKI tersebut juga menyajikan bahwa AKB untuk Indonesia adalah 34/1000 kelahiran hidup, dan untuk Propinsi NTB adalah 72/1000 kelahiran hidup lebih rendah dari hasil SDKI 2002 yaitu 74/1000 kelahiran hidup. Disebutkan juga Angka Kematian Neonatal untuk Indonesia adalah 20/1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Neonatal di NTB adalah 34/1000 Kelahiran Hidup. Kematian Neonatal berhubungan dengan kondisi ibu saat hamil dan melahirkan (DIKES NTB, 2005).
Retensio urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut maupun kronis. Retensio urine merupakan suatu keadaan darurat yang paling sering ditemukan dan dapat terjadi kapan saja. Bilamana retensio urine tidak ditangani sebagaimana mestinya akan mengakibatkan terjadinya penyulit yang memperberat morbiditas penderita. Dampak dari seorang ibu setelah melahirkan biasanya mengalami retensio urine atau sulit berkemih yang biasanya disebabkan oleh trauma kandung kemih dan nyeri pada persyarafan kandung kemih.
Perubahan fisiologis pada kandung kemih yang terjadi saat kehamilan berlangsung merupakan predisposisi terjadinya retensi urine satu jam pertama sampai beberapa hari post partum. Perubahan ini juga dapat memberikan gejala dan kondisi patologis yang mungkin memberikan dampak pada perkembangan fetus dan ibu. Residu urine setelah berkemih normalnya kurang atau sama dengan 50 ml, jika residu urine ini lebih dari 200 ml dikatakan abnormal dan dapat juga dikatakan retensi urine.
Insiden terjadinya retensi urine post partum berkisar 1,7% sampai 17,9%. Insiden retensio akut pada wanita sekitar 0,07% per 1000 populasi wanita, dimana lebih dari setengahnya terjadi setelah pembedahan atau post partum. Penelitian di Amerika tahun 2001 mencatat kejadian retensio urine post partum 1,7% sampai 17,9%, dan pada tahun 2007 tercatat kejadian retensio urine post partum di laporkan 14,8% dan 25,7%. Dalam kemampuan berkemih pasca operasi, retensio urine dialami oleh 15,0% penderita mengalami histerektomi vaginalis, dibandingkan 4,8% pasca histerektomi total abdominalis, sedangkan penderita yang menjalani histerektomi vaginalis dengan kolporafia 29% mengalami retensio urine. Angka kejadian retensio urine di Ruang nifas RSUD Kota Mataram dari bulan Mei sampai bulan Juli sebanyak 10 kasus.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. “S” dengan Nifas normal + Retensio urine di RSUD Kota Mataram dengan menggunakan manajemen SOAP.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Subyektif  pada Ny. “S’ dengan nifas normal + Retensio urine di RSUD Kota Mataram.
2.    Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada Ny. “S’ dengan nifas normal + Retensio urine di RSUD Kota Mataram.
3.    Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi analisa dan diagnosa pada Ny. “S’ dengan nifas normal + Retensio urine di RSUD Kota Mataram.
4.    Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan yang menyeluruh pada Ny. “S’ dengan nifas normal + Retensio urine di RSUD Kota Mataram.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi lahan
Dapat memberikan bimbingan pada mahasiswa tentang perkembangan pengetahuan baik yang menyangkut di pendidikan ataupun di lahan praktek.
1.3.2  Bagi Institusi
Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bahan analisa untuk pendidikan pada kasus Retensio urine.
1.3.4  Bagi Pembimbing
Dapat menembah kemampuan dan pengalaman pembimbing dalam memberikan bimbingan pada mahasiswa dalam mengelola dan memanajemen kasus Retensio Urine.
1.3.5  Bagi mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam mengelola dan memanajemen kasus pathologi khususnya Retensio urine.





















BAB 2
TINJUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Retensio Urine
1.        Pengertian
Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan. Gejala yang ada meliputi tidak adanya kemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali. Retensio urine dapat terjadi secara akut maupun kronik.
Retensio urine akut dapat didefinisikan sebagai rasa nyeri mendadak yang timbul akibat tidak bisa berkemih selama 24 jam, membutuhkan pertolongan kateter dengan reduksi urine keluar kurang 50% dari kapasitas sistometer. Kandung kemih yang normal kosong secara sempurna, pada retensio urine kronik terjadi kegagalan pengosongan kandung kemih. Retensio urine adalah tidak bisa berkemih selama 24 jam yang membutuhkan pertolongan kateter, karena tidak dapat mengeluarkan urine lebih dari 50% kapasitas kandung kemih pada saat berkemih. Biasanya berkemih spontan harus sudah terlaksana dalam 6 jam sesudah melahirkan. Apabila setelah 6 jam pasien tidak dapat berkemih dinamakan retensio urine post partum (Winkjosastro, 2007).
2.        Etiologi
Secara umum, retensio urine post partum dapat disebabkan oleh trauma intra partum, reflek kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang, peradangan, psikogenik dan umur yang tua (Winkjosastro, 2007).
3.        Patofisiologi
Kegagalan pengosongan kandung kemih disebabkan oleh karena menurunnya kontraktilitas kandung kemih, meningkatnya tahanan keluar, atau keduanya. Kontraktilitas otot kandung kemih dihasilkan karena adanya perubahan sementara atau permanen mekanisme neuomuskular yang diperlukan untuk menimbulkan dan mempertahankan kontraksi detrusor normal atau bisa karena mekanisme refleks sekunder terhadap rangsang nyeri khususnya di area pelvis dan perineum. Penyebab non neurogenik termasuk kerusakan fungsi otot kandung kemih yang bisa disebabkan karena peregangan berlebih, infeksi atau fibrosis.
Pada keadaan post partum, kapasitas kandung kemih meningkat, tonus menurun, kurang sensitif terhadap tekanan intra vesikal, serta cepatnya pengisian kandung kemih karena penggunaan oksitosin yang anti diuretik, menyebabkan peregangan kandung kemih secara berlebihan. Kapasitas kandung kemih bertahan sekitar 200 cc.
Retensio urine post partum dapat terjadi akibat edema periurethra, laserari obstetrik, atau desensitifitas vesika urinaria oleh anestesi epidural. Pada persalinan dengan tindakan bedah obstetri sering di jumpai retensio urine post partum. Luka pada daerah perineum yang luas, hematoma, trauma saluran kemih bagian bawah, dan rasa sakit akan mengakibatkan retensio uri. Rasa nyeri yang hebat pada perlukaan jalan lahir akan mengakibatkan otot dasar panggul mengadakan kontraksi juga sfingter uretra eksterna sehingga pasien tidak sadar menahan proses berkemih.
Edema uretra dan trigonum yang disertai ekstravasasi darah di sub mukosa dinding kandung kemih menyebabkan retensio urine. Hal ini bisa disebabkan karena penekanan kepala janin pada dasar panggul terutama partus kala II yang terlalu lama. Lama persalinan lebih dari atau sama dengan 800 menit berhubungan dengan retensio urine post partum. Hal lain yang menjadi penyebab edema uretra dan trigonom adalah trauma kateteritasi yang berulang-ulang dan kasar, dan infeksi saluran kemih yang akan menimbulkan kontraksi otot detrusor yang tidak adekuat. Pemakaian anastesi dan analgesik pada persalinan seksio sesaria dapat menyebabkan terganggunya kontrol persyarafan kandung kemih dan uretra.
4.        Diagnosa
Diagnosa retensio post partum umumnya mudah ditegakkan  dari anamnesis. Sesuai dengan definisinya yaitu ketidak mampuan berkemih secara spontan dalam 24 jam post partum dengan atau tanpa rasa nyeri di suprasimpisis atau keinginan berkemih dengan atau tanpa disertai kegelisaan tapi tidak dapat berkemih secara sepontan sehingga memerlukan upaya untuk mengatasi gangguan.
Pemeriksaan klinik pada pasien dengan retensio urin akan memberikan informasi adanya massa yang keras atau tidak keras pada sekitar pelvis dengan perkusi yang pekak. Vesika urinaria mungkin dapat teraba transabdominal jika isinya berkisar antara 150-300 cc. Pemeriksaan bimanual biasanya dapat meraba vesika urinaria bila terisi lebih dari 200 cc.
Pemeriksaan spesimen urin porsi tengah dilakukan secara mikroskopik, kultur dan sensitifitas, mengingat infeksi traktus urinarius dapat mengakibatkan retensio urine akut. Infeksi traktus urinarius yang berulang dapat merupakan komplikasi dari gangguan miksi yang lama dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan manajemen aktif guna menghindari kerusakan lebih lanjut pada traktus urinarius bagian atas.
Residu urin adalah sisa volume urin dalam kandung kemih setelah penderita berkemih setelah penderita berkemih spontan. Pada pasien post partum spontan dan seksio sesarea, setelah kateter di lepas, bila setelah 4 jam tidak dapat berkemih spontan, dilakukan pengukuran volume residu urin, retensio urin terjadi bila volume residu > 200 cc
5.        Penatalaksanaan
Terapi yang tepat untuk pasien dengan retensio urine akut tidak hanya untuk mengurangi gejala tetapi juga untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada fungsi vesika urinaria. Peregangan yang berlebihan pada vesika urinaria dapat menyebabkan dilatasi dari traktus urogenitalia bagian atas yang selanjutnya dapat mempengaruhi fungsi ginjal. Karena itu tujuan utama kasus ini adalah membuat drainase vesika urinaria. Tindakan drainase mungkin dapat diawali dengan pemasangan kateter transurethral. Kateter harus ditinggalkan sampai pasien bisa buang air kecil spontan. Pada beberapa pasien dengan retensio urine akut mungkin hanya membutuhkan pemasangan kateter satu kali, tetapi pada pasien lain (khususnya post operasi) membutuhkan pemasangan kateter dalam jangka waktu yang lama.
Untuk menghilangkan gejala overdistensi vesika urinaria biasanya kateter dipasang dan ditinggal selama paling sedikit 24 jam untuk mengosongkan vesika urinaria. Jika kateter sudah dilepas harus segera di nilai apakah pasien sudah buang air kecil secara spontan. Bila pasien tidak bisa buang air kecil secara spontan setelah 4 jam, kateter harus dipasang kembali dan volume residu urin harus di ukur. Apabila volume residu urin > 200 cc atau 100 cc pada post operasi ginekologi, kateter harus di pasang kembali.
Pada retensio urine digunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kontraksi kandung kemih dan yang menurunkan resistensi uretra.
a.       Obat yang kerjanya di sistem saraf parasimpatis
Biasanya digunakan obat kolinergik, yaitu obat-obatan yang kerjanya menyerupai asetilkolin. Asetilkolin sendiri tidak digunakan dalam klinik mengingat efeknya difus/non spesifik dan sangat cepat di metabolisir sehingga efeknya sangat pendek. Obat kolinergik bekerja di ganglion atau di organ akhir (end organ) tetapi lebih banyak di sinaps organ akhir, yaitu yang disebut dengan efek muskarinik. Obat–obatan tersebut antara lain : betenekhol, karbakhol, metakholin dan furtretonium. 
b.      Obat yang bekerja pada sistem saraf simpatis
Obat yang menghambat (antagonis) reseptor ẞ diperlukan untuk menimbulkan kontraksi kandung kemih, sedangkan obat antagonis α di pergunakan untuk menimbulkan relaksasi uretra. Yang telah digunakan secara klinis adalah antagonis α, yaitu fenoksibemzamin. Penghambat reseptor ẞ belum tersedia penggunaannya dalam klinik.
c.       Obat yang bekerja langsung pada otot polos
Beberapa obat yang telah di coba adalah : barium klorida, histamin, ergotamin dan polipeptida aktif, akan tetapi belum dapat digunakan secara klinis karena efeknya tidak spesifik.
Prostagladin telah terbukti dapat mempengaruhi kerja otot-otot detrusor. Desmond menyatakan bahwa pengaruh prostaglandin terhadap kandung kemih adalah meningkatkan sensitifitas kandung kemih, meningkatkan tonus dan kontraktilitas otot detrusor, dan juga dapat dipergunakan untuk mengembalikan otot-otot ini jika terganggu kemampuannya dalam menanggapi stimulusi berkemih normal.
Selama pemasanggan kateter menetap ini  pasien disuruh minum banyak kurang dari 3000 ml selama 24 jam, mobilisasi dan di periksa urinalisis. Selanjutnya di lakukan kateter buka tutup tiap 4 jam kecuali jika ada perasaan Pasien ingin berkemih kateter dibuka. Apabila tidak ada rasa ingin berkemih selama 6 jam maka keteter di buka dan di ukur volumenya. Proses buka tutup kateter ini dilakukan selama 24  jam dan pasien tetap minum banyak berkisar 3000 ml/24 jam. Setelah itu kateter di lepas dan pasien minum biasa 50-100 ml/jam. Diharapkan dalam waktu 6 jam pasien dapat berkemih spontan. Bila tidak bisa pasien dikateter intemitten untuk mengetahui volume urin sisa. Bila volume urin sisa kurang dari 200 ml pasien boleh pulang. Tetapi apabila volume urin sisa lebih dari 200 ml dan kurang dari 500 ml maka dilakukan katetrisasi intermitten pasien disuruh minum biasa (50-100 ml/jam) (Winkjosastro, 2007).
2.2     Konsep Pendokumentasian SOAP
Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Asuhan yang telah diberikan harus dicatat secara benar, jelas, singkat, logis dalam suatu metode pendokumentasian.
Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah diberikan pada seorang klien, yang didalamnya tersirat proses berfikif yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah dalam proses menajemen kebidanan (Varney, 2005).
Menurut Hellen Varney, alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7  langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP yaitu :
S = SUBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I Varney
O = OBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney


A = ASSESMENT
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data objektif dalam suatu identifikasi :
1.      Diagnosa/masalah
2.      Antisipasi diagnosa/masalah potensial
3.      Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.
P = PLANNING
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.

  




















BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “S” DENGAN NIFAS
NORMAL HARI PERTAMA + RETENSIO URINE
DI RUANG NIFAS RSUD KOTA MATARAM
TANGGAL 15 JUNI 2013

Tanggal masuk ruang nifas : 15 Juni 2013   Pukul 13.00 WITA
Tanggal Pengkajian              : 15 Juni 2013
Waktu                                                : 15.00 WITA
Tempat                                   : Ruang Nifas

3.1 DATA SUBYEKTIF (S)
Biodata
Istri
Suami
Nama
Ny. “S”
Tn. “R”
Umur
40 tahun
32 tahun
Agama
Islam
Islam
Suku
Sasak
Sasak
Pendidikan
SMA
SMA
Pekerjaan
IRT
Swasta
Alamat
Selagalas


1.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan belum bisa BAK sejak melahirkan
2.      Riwayat keluhan utama
Ibu melahirkan normal di RSUD Kota Mataram tanggal 15 juni 2013 pukul 08.40 wita dengan BB : 4100 gram, PB : 51 cm, LIKA : 35 cm, LIDA : 34 cm, LILA : 12 cm, Jenis kelamin laki-laki, terdapat robekan perineum derajat dua dan sudah dilakukan heating. Pukul 10.45 wita keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, S : 36,6 °C, Cut (+), TFU 2 jari bawah pusat, lochea ±10 cc, ibu belum bisa BAK. Pukul 13.00 wita ibu di pindahkan ke ruang nifas, keadaan umum ibu baik, TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,5 °C, cut (+), TFU 1 jari bawah pusat, Lochea ± 5 cc. Ibu mengatakan belum bisa BAK sejak jam 10.00 wita, kemudian dilakukan konsultasi dengan dokter obgin lalu dilakukan  advice dokter yaitu melakukan cek residu urine dan diperoleh nilai residu urine sebesar 1300 cc. Setelah itu dilakukan advice dokter yaitu memasang infus DC dan dipertahankan selama 1 x 24 jam serta diberikan terapi gastrul 2x1, nonflamin 2x1, Neurosanbe 1x1 dan injeksi zibac 1 gr/iv.

3.      Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Hamil  ke
UK
Jenis
Persali
nan
Tempat
Peno
long
Penyulit
BBL
JK
Usia
Ket
H
B
N
I
9 bln
  Normal
PKM
 Bidan
-
-
-
3600
13 th
Hidup
2
9 bln
  Normal
PKM
 Bidan
-
-
-
4000
7  th
Hidup
3
9 bln
Normal
RS
Bidan
-
-
-
3600
5,5 th
Hidup
 ini
9 bln
Normal
RS
Bidan
-
-
-
4100
1 hari
Hidup

4.      Riwayat Kehamilan Sekarang
a.         Hamil ke                                 : 4 (empat)
b.        HPHT                                    : 06-09-12
c.         Umur Kehamilan                    :  9 bulan
d.        Gerakan janin                         : Sejak umur kehamilan 4 bulan
e.         ANC                                     : 8 kali di Puskesmas
f.         TT                                           : 2 kali (lengkap)
g.        Riwayat KB yang lalu           : IUD ± 4 tahun
h.        Rencana KB                           : IUD
i.          Obat yang dikonsumsi           : Tablet tambah darah (Fe)
5.      Riwayat persalinan
Tanggal persalinan      : 15 Juni 2013  pukul 08.40 wita
Jenis persalinan           : Spontan
TFU                             : 2 jari bawah pusat
Kontraksi uterus          : Baik
Laserasi perineum       : Derajat dua
Keadaan bayi
BB       : 4100 gram
PB       : 51 cm
LILA   : 12 cm
LIKA  : 35 cm
LIDA  : 34 cm
JK        : laki-laki
6.        Riwayat Kesehatan yang Lalu/ Penyakit yang Pernah Diderita
a.        Penyakit Kardiovaskuler              : Tidak pernah
b.       Penyakit Hipertensi                      : Tidak pernah
c.        Penyakit diabetes                         : Tidak pernah
d.       Penyakit hepatitis                         : Tidak pernah
e.        Penyakit kelamin/ HIV/ AIDS    : Tidak pernah periksa laboraturium
f.        Penyakit malaria                           : Tidak pernah
g.       Penyakit campak                          : Tidak pernah
h.       Penyakit TBC                              : Tidak pernah
i.         Penyakit ginjal                             : Tidak pernah
j.         Penyakit asma                              : Tidak pernah
k.       Riwayat Kembar                          : Tidak ada
7.      Riwayat biopsikososial
Ket
Saat hamil
Saat nifas
Nutrisi
Makan
Komposisi : Nasi, Lauk pauk, sayur
Porsi : ½ -1 piring
Frekuensi : 3 x sehari
Makanan pantangan :
Tidak ada
Minum
Komposisi : air putih
Frekuensi : 7-8 gls/hari
Minuman pantangan :
Tidak ada
Makan
Komposisi : Nasi, Lauk pauk, sayur
Porsi : 1 piring
Frekuensi : 3 x sehari
Makanan pantangan :
Tidak ada
Minum
Komposisi : air putih
Frekuensi : 8-10 gls/hari
Minuman pantangan :
Tidak ada
Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 5-6 x sehari
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : -
Warna : kuning jernih
Masalah : retensio urine
Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 2x seminggu
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : 2x seminggu
Istirahat dan tidur
Siang : 1-2 jam
Malam : 7-8 jam
Masalah : tidak ada
Siang : 2 jam
Malam : 8 jam
Masalah : tidak ada

3.2  DATA OBYEKTIF (O)
1.      Pemeriksaan umum
a.         Keadaan umum    : Baik
b.        Kesadaran                        : Composmentis
c.         Tekanan Darah     : 110/80 mmHg
d.        Pernafasan            : 22 x/menit
e.         Nadi                     : 82 x/menit
f.         Suhu                     : 36,5 ºC
g.        Berat Badan         : 60 kg
h.        Tinggi Badan       : 153 cm
i.          LILA                    : 26 cm
2.       Pemeriksaan fisik
a.         Kepala dan Rambut        
Inspeksi               : Bersih, warna rambut hitam, tidak ada ketombe,  distribusi merata,
Palpasi                  : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
b.        Muka                               
Inspeksi                : Simetris, tidak pucat, tidak terdapat cloasma gravidarum,
Palpasi                  : Tidak ada oedema pada tulang frontale, zigomaticum dan    mandibula.
c.         Mata                     : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus.
d.        Mulut dan gigi     : Bibir tidak kering dan tidak pecah-pecah, bibir tidak pucat, mulut bersih, gusi tidak berdarah, tidak ada caries, tidak ada gigi berlubang.
e.       Leher                               
Inspeksi                : Tidak ada kelainan
Palpasi                  :Tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan thyroid
f.       Payudara                         
Inspeksi                : Simetris, puting susu menonjol, terdapat pengeluaran ASI, tidak terdapat retraksi/ dimpling,
Palpasi                  : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
g.      Abdomen             : Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat
h.      Vagina                  : Lochea rubra (+), luka jahitan masih basah.
i.        Ekstremitas          : Tidak ada oedema, kuku bersih dan tidak pucat, tidak ada varises,  tidak ada tanda hofman
3.      Pemeriksaan Penunjang   Tanggal 15 Juni 2013
HB                  : 11,0 gr%
WBC               : 80,0 L 10³/mm³
RBC                : 4,80 10³/mm³
PLT                 : 274 L 10³/mm³
GDS                : 95 mg/dl
HBs Ag           : (-)




3.3  ANALISA  (A )
1.      Diagnosa : P4A0H4 post partum hari  pertama dengan retensio urine
2.      Masalah potensial : infeksi saluran kemih

3.4  PENATALAKSANAAN   (P)
Tanggal          : 15 Juni 2013
Waktu                        : 15.00 WITA
1.      Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan umum ibu baik, TD: 110/80 mmHg, Nadi : 82x/ menit, Respirasi: 22x/ menit, Suhu: 36,5°C, Lochea ± 10 cc. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan keadaan dirinya.
2.      Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu mengalami retensio urine yaitu ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih atau buang air kecil secara spontan. Ibu mengerti dengan apa yang di sampaikan. Kemudian dilakukan penandatanganan inform consent dan persetujuan tindakan medik.
3.      Melakukan advice dokter yaitu memasang kateter tetap dalam 24 jam dan memasang infus RL serta memberikan injeksi zibac 1 gr/iv setelah dilakukan skin test.
4.      Memberikan obat-obatan yaitu Gastrul 2x1, nonflamin 3x1 dan Neurosanbe 1x1.
5.      Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih minimal 8 gelas/hari.
6.      Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini.
7.      Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh tubuh bayi (kepala dan tubuh berada pada satu garis lurus), perut bayi menempel pada perut ibu, muka bayi menghadap ke perut ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu, dan mulut bayi menghisap sampai bagian hitam disekitar puting ibu agar puting ibu tidak lecet.



CATATAN PERKEMBANGAN HARI PERTAMA
Tanggal 16 Juni 2013 Pukul 08.00 WITA
(S)  SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
(O)  OBJEKTIF
Keadaan umum baik,  TTV : TD: 100/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 36,5°C, RR: 22x/menit, cut (+), TFU 2 jari bawah pusat, Lochea ± 5 cc, UT 200 cc,  
(A) ANALISA
P4A0H4 post partum normal hari ke 2 dengan retensio urine
(P)    PENATALAKSANAAN
Tanggal          : 16 Juni 2013
Jam                 : 08.00 Wita
1.        Memberitahu ibu hasil pemeriksan yang di dapat bahwa keadaan ibu baik, TD: 100/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 36,5°C, RR: 22x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, Lochea ± 5 cc, UT ± 300 cc.
2.        Melakukan advice dokter yaitu bleeder training (buka tutup kateter setiap 4 jam) dari tanggal 16 juni 2013 pukul 16.30 wita sampai dengan tanggal 17 juni 2013 pukul 16.30 wita.
Tanggal 16 juni 2013
Pukul 16.30 wita mulai bleeder training / 4 jam
Pukul 20.00 wita injeksi zibac 1 gr/iv
Pukul 20.30 wita buka klem UT 200 cc
Tanggal 17 juni 2013
Pukul 00.30 wita buka klem UT 150 cc
Pukul 04.30 wita buka klem UT 250 cc
Pukul 06.00 wita injeksi zibac 1 gr/iv
Pukul 08.30 wita buka  klem UT 200 cc
Pukul 12.30 wita buka klem UT 300 cc
Pukul 16.30 up DC
3.        Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih dan minum obat yang diberikan.
4.        Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan mandi 2-3 x/hari, mengosok gigi dengan teratur, puting susu dibersihkan dengan air yang telah dimasak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi, sering mengganti pembalut minimal 2x/hari atau ganti pembalut bila sudah penuh, membersihkan vulva dari arah depan ke belakang.
5.        Menjelaskan pada ibu pentingnya mobilisasi dini, seperti duduk, berdiri dan berjalan-jalan dengan tujuan untuk mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah kehamilan dan persalinan dan untuk mempercepat proses pengecilan dari rahim serta dalam upaya proses mempercepat penyembuhan luka jahitan dan memperlancar peredaran darah.
6.        Ibu mengerti dengan semua yang telah dijelaskan dan akan melakukan semua yang telah dianjurkan.
7.        Pukul 19.30 wita ibu bisa BAK sendiri kemudian dilakukan cek residu urine dengan hasil ± 200 cc.
8.        Advice dokter pasien boleh pulang.
















CATATAN PERKEMBANGAN HARI KEDUA
Tanggal 18 Juni 2013 Pukul 08.00 WITA
(S)  SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan BAK lancar
(O)  OBJEKTIF
Keadaan umum baik,  TTV : TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 36,8°C, RR: 22x/menit, cut (+), TFU 2 jari bawah pusat, Lochea ± 5 cc
(A)  ANALISA
P4A0H4 post partum normal hari ke 3 dengan retensio urine
(P)  PENATALAKSANAAN
Tanggal          : 18 Juni 2013
Jam                 : 08.00 wita
1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksan yang di dapat bahwa keadaan ibu baik, TD: 110/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, suhu: 36,8°C, RR: 22x/menit, TFU 2 jari bawah pusat, Lochea ± 5 cc.
2.      Menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih dan minum obat yang diberikan.
3.      Memberikan konseling terhadap ibu tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas yaitu darah banyak keluar dari vagina, lochea atau cairan berbau busuk, demam tinggi, tekanan darah tinggi disertai dengan mual muntah, nyeri ulu hati, penglihatan kabur dan pusing berlebihan.
4.      Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi tanggal 25 juni 2013 di Puskesmas terdekat atau segera ke tenaga kesehatan apabila mengalami keluhan yang dirasakan.
5.      Pukul 10.00 wita infus dilepaskan dan ibu diperbolehkan pulang.




BAB 4
PEMBAHASAN

Retensio urine adalah ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih secara spontan. Gejala yang ada meliputi tidak adanya kemampuan sensasi untuk mengosongkan kandung kemih ketika buang air kecil, nyeri abdomen bawah atau tidak bisa berkemih sama sekali. Retensio urine dapat terjadi secara akut maupun kronik.
            Pada Kasus Ny “S” berdasarkan pengkajian kasus yang dilakukan, ibu mengeluh tidak bisa BAK secara spontan. Pada kasus ini dapat ditemukan beberapa kemungkinan penyebab yakni trauma intra partum, reflek kejang sfingter uretra, hipotonia selama hamil dan nifas, ibu dalam posisi tidur terlentang, peradangan, psikogenik dan umur yang tua.
            Pada pemeriksaan objektif tidak ditemukan kelainan pada keadaan umum dan keadaan fisik ibu namun pada pemeriksaan residu urine didapatkan volume residu urine sebesar 1300 cc. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut ditegakkan diagnosa retensio urine
            Pada kasus ini dilakukan tindakan pemasangan kateter tetap dan pemberian terapi obat-obatan seperti gastrul, nonflamin dan Zibac serta dilakukan bleeder training ( buka tutup kateter setiap 4 jam ).
            Pada kasus dengan retensio urine, tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan di lahan karena karena penanganan yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada.





BAB 5
PENUTUP

5.1   KESIMPULAN
1.      Penyusun telah melakukan pengkajian data subjektif pada pasien dengan retensio urine untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat.
2.      Penyusun telah melakukan pengkajian data objektif untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat.
3.      Penyusun dapat mengidentifikasi analisa dan diagnosa.
4.      Penyusun dapat memberikan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan diagnosa.
5.2   SARAN
1.    Bagi RSUD Kota Mataram
Diharapkan untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang berkualitas pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan asuhan pada bayi baru lahir sehingga dapat meningkatkan kesehatan pada ibu dan anak serta mengurangi angka mortalitas dan morbiditas khususnya di provinsi NTB.
2.    Bagi Institusi
Diharapkan mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan yang telah diperoleh di bangku kuliah serta sebagai bahan analisa untuk pendidikan.
3.    Bagi Pembimbing
Diharapkan untuk tetap meningkatkan kualitas bimbingan terhadap mahasiswa sehingga dapat memberikan bimbingan secara profesional di lahan praktek, serta dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam bidang kebidanan pada mahasiswa.
4.  Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk dapat melakukan pengkajian pada ibu dengan retensio urine dengan manajemen SOAP.


Tidak ada komentar: