ISI SURVEI SINGKAT DI BAYAR!! http://www.indosurvei.com/exostan

Kamis, 03 Juli 2014

KEHAMILAN DI SERTAI PENYAKIT DM


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kehamilan disertai penyakit dibetes melitus
A.    Diabetes Melitus
Diabetes melitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidarat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain : estrogen, steroid, dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resopsi makanan maka terjadi hiperglikemi yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin.

B.     Diagnosis
Deteksi dini sangat diperlukan agar penderita DM dapat dikelola sebaik-baiknya. Terutama dilakukan pada ibu dengan faktor resiko berupa beberapa kali keguguran, riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab, riwayat melahirkan bayi dengan cacat bawaan, melahirkan bayi lebih dari 4000gr, riwayat PE dan polyhidramnion.
Juga terdapat riwayat ibu : umur ibu >30 tahun, tiwayat DM dalam keluarga, riwayat DM pada kehamilan sebelumnya, obesitas, riwayat BBL >4500gr dan infeksi saluran kemih berulang selama hamil.
C.    Klasifikasi
1.      Tidak tergantung insulin (TTI) – Non Insulin Dependent diabetes mellitus (NIDDN) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah.
2.      Tergantung insulin (TI) – insulin dependent diabetes mellitus yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam mengembalikan kadar gula darah.
D.    Komplikasi
1.      Maternal          : infeksi saluran kemih, hydramnion, hipertensi kronik, PE, kematian ibu
2.      Fetal                : abortus spontan, kelainan kongenital, insufisiensi plasenta, makrosomia, kematian intra uterin.
3.      Neonatal          :  prematuritas, kematian intra uterin, kematian neonatal, trauma lahir, hipoglikemia, hipomegnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, sindroma gawat nafas, polisitemia.
E.     Penatalaksanaan
Prinsipnya adalah mencapai sasaran normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah puasa <105mg/dl, 2 jam sesudah makan <120mg/dl, dan kadar HbA1c<6%. Selain itu juga menjaga agar tidak ada episode hipoglikemia, tidak ada ketonuria, dan pertumbuhan fetus normal.
Pantau kadar glukosa darah minimal 2 kali seminggu dan kadar Hb glikosila. Ajarkan pasien memantau gula darah sendiri di rumah dan anjurkan untuk kontrol 2-4 minggu sekali bahkan lebih sering lagi saat mendekati persalinan. Obat hipoglikemik oral tidak dapat dipakai saat hamil dan menyusui mengingat efek teratogenitas dan dikeluarkan melalui ASI, kenaikan BB pada trimester 1 diusahakan sebesar 1-2,5 kg dan selanjutnya 0,5 kg/minggu, total kenaikan BB sekitar10-12kg.    
F.     Penatalaksanaan Obstetric
Pantau ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan DJJ, dan secara khusus menggunakan USG dan KTG. Lakukan penilaian setiap akhir minggu sejak usia kehamilan 36 minggu. Adanya makrosomia pertumbuhan janin terhambat dan gawat janin merupakan indikasi SC. Janin sehat dapat dilahirkan pada umur kehamilan cukup waktu (40-42 minggu) dengan persalinan biasa.
Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK<38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan biasanya memerlukan insulin.
2.2  Kehamilan disertai penyakit jantung
A.    Etiologi
Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis mitral dengan insufisiensi mitral, stenosis aorta, insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan stenosis aorta, penyakit katupulmonal dan trikuspidal.
B.     Faktor predisposisi
Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung hipertensi dan superimposed preeklamsi atau eklamsi, aritmia jantung atau hipertrofi ventrikel kiri, riwayat dekompensasi cordis, anemia.
C.    Patofisiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Karena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan-perubahan itu terutama disebabkan karena :
1.      Hidrenia (hipervolemia), dimulai sejak usia kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32-36 minggu
2.      Uterus gravidus yang makin lama makin besar mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran
Volume plasma bertambah juga sebesar 22%. Besar dan saat terjadinya peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah, hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional (pencairan darah).
12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vaskuler ke dalam pembuluh darah, kemudian diikuti periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (penurunan volume plasma). Dua minggu pasca persalinan merupakan penyesuaian nilai volume seperti sebelum hamil.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit tidak. Oleh karena itu dalam kehamilan frekuensi denyut jantung meningkat dan nadi rata-rata 88x/m dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi lebih berat pada pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi dekompensasi cordis.
D.    Manifestasi klinis
Mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai bawah, hepato megali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan gejala gagal jantung kanan. Namun gejala dan tanda ini dapat pula terjadi pada wanita hamil normal. Biasanya terdapat riwayat penyakit jantung dari anamnesis atau dalam rekam medis.
Perlu diawasi saat-saat berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
1.      Antara minggu ke 12 dan 32. Terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu ke 28 dan 32 saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum.
2.      Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke dalam sirkulasi sistemik sebesar 15-20% dan ketika meneran pada partus kala II, saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
3.      Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obstruksi uterus yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.
4.      4-5 hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan embolipulmonal dari thrombus iliofemoral
E.     Pemeriksaan penunjang
Selain pemeriksaan laboratorium rutin juga dilakukan pemeriksaan :
1.      EKG untuk mengetahui kelainan irama dan gangguan konduksi, kardiomegali, tanda penyakit perikadium, iskemia, infark,. Bisa ditemukan tanda-tanda aritmia.
2.      Ekokardigrafi. Metode yang aman, cepat dan terpercaya untuk mengetahui kelainan fungsi dan anatomi dari bilik, katup, dan pericardium.
3.      Pemeriksaan radiologi dihindari dalam kehamilan, namun jika memang diperlukan dapat dilakukan dengan member pelindung di abdomen dan pelvis.
F.     Diagnosis
Burwell dan Metcalfe mengajukan  4 kriteria. Diagnosis ditegakkan bila ada satu kriteria:
·         Bising diastolic, presistolik, atau bising jantung terus menerus
·         Pembesaran jantung yang jelas
·         Bising sistolik yang nyaring, terutama bila disertai thrill
·         Aritmia berat
                  Pada wanita hamil yang tidak menunjukkan salah satu gejala tersebut jarang menderita penyakit jantung. Bila terdapat gejala dekompensasi jantung pasien harus digolongkan satu kelas lebih tinggi dan segera dirawat.
G.    Klasifikasi penyakit jantung dalam kehamilan
1.      Kelas I
·         Tanpa pembatasan kegiatan fisik
·         Tanpa gejala penyakit jantung pada kegiatan biasa
2.      Kelas II
·         Sedikit pembatasan kegiatan fisik
·         Saat istirahat tidak ada keluhan
·         Pada saat kegiatan fisik biasa timbul gejala isufisiensi jantung seperti : kele;ahan, jantung berdebar (palpitasi kordis), sesak nafas atau angina pectoris.
3.      Kelas III
·         Banyak pembatasan dalam kegiatan fisik
·         Saat istirahat tidak ada keluhan
·         Pada aktifitas fisik ringan sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung
4.      Kelas IV
·         Tidak mampu melakukan aktivitas fisik apapun
H.    Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi : gagal jantung kongestif, edema paru, kematian, abortus. Pada janin dapat terjadi : prematuritas, BBLR, hipoksia, gawat janin, APGAR score rendah, pertumbuhan janin terhambat.
I.       Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan kalisifikasinya yaitu :
1.      Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan
2.      Kelas II
Pengawasan kala I setiap 10-15 menit dan kala II setiap10 menit. Bila terjadi takikardi, takipnea, sesak nafas ( ancaman gagal jantung ), berikan digitalis berupa suntikan sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2 jam. Selain itu dapat diberi oksigen, morfin (10-15 mg), dan diuretic.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung 20 menit dan ibu tidak dapat dilarang meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau vacum dengan segera. Tidak boleh memakai ergometrin karena kontraksi uterus yang bersifat tonik akan menyebabkan pengembalian darah ke sirkulasi sistemik dalam jumlah besar.
3.      Kelas III
Dirawat di RS selama hamil terutama pada UK 28 minggu dapat diberikan diuretic.
4.      Kelas IV
Harus dirawat di RS. Kelas ini tidak boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selam hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutlak harus dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis, dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.

J.      Prognosis
Prognosis tergantung klasifkasi, usia, penyulit lain yang tidak berasal dari jantung, penatalaksanaan, dan kepatuhan pasien. Kelainan yang paling sering menyebabkan kematian adalah edema paru akut pada stenosis mitral. Prognosis hasil konsepsi lebih buruk akibat dismaturitas dan gawat janin waktu persalinan.
2.3  Kehamilan disertai penyakit pernapasan
A.    Pneumonia
Pneumonia dalam kehamilan merupakan penyebab kematian non obstetric yang terbesar setelah penyakit jantung. Oleh karena itu, pneumonia harus segera diketahui dalam kehamilan, segera dirawat dan diobati secara intensif untuk mencegah timbulnya kematian janin/ ibu, terjadinya abortus, persalinan premature atau kematian dalam kandungan. Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun zat kimia. Untuk keperluan diagnostic dan pengobatan perlu dilakukan pemeriksaa-pemeriksaan penunjang:
1.      Foto thoraks anterior, posterior dan lateral
2.      Pemeriksaan gas darah ( darah arterial )
3.      Sputum diambil dan diperiksa menurut pulasan gram dan di biak
4.      Darah diambil dan di biak
            Pada sebagian kasus, jenis-jenis penyakit pneumonia ini mungkin biasa dibedakan satu sama lain, tetapi hasil foto toraks bukanlah suatu pedoman yang bisa diandalkan untuk memperkirakan etiologi pneumonia.
            Pengobatan :
1.      Penderita diistirahatkan dalam keadaan berbaring
2.      Memberi oksigen
3.      Tidak memberikan obat-obatan yang sifatnya narkotik atau menahan batuk
4.      Diberi obat-obat antipiretika untuk menurunkan suhu badan penderita
5.      Koreksi kelainan elektrolit atau gas darah bila ada berilah antibiotika karena sering kali pneumonia yang disebabkan oleh virus atau zat kimia disertai pula oleh infeksi kuman-kuman

B.     Asma bronkiale
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.
            Komplikasi
                  Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin dan sering terjadi keguguran, partus premature, dan gangguan petumbuhan janin.
      Penatalaksanaan
1.      Mencegah timbulnya stress
2.      Menghindari factor resiko/pencetus yang sudah diketahui secara intensif
3.      Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacamnya yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan
4.      Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat local yang berbentuk inhalasi atau peroral seperti isoproterenol
a)      Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1 atau lebih dari obat di bawah ini
b)      Epinefrin yang telah dilarutkan (1:1000), 0,2-0,5 ml disuntikkan SC
c)      Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
d)     Oksigen
e)      Aminopilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infus glukosa 5%
f)       Hidrokortison 260-1000mg IV pelan-pelan atau per infus D10%
5.      Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat membuat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdapat infeksi. Usahakan persalinan secara spontan namun bila pasien berada dalam serangan, lakukan VE atau forsep.
6.      Dokter sebaiknya memilih obat yang tidak mempengaruhi ASI. Aminopilin dapat terkandung dalam ASI sehingga bayi mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan  tidur. Namun obat anti asma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam ASI sangat kecil.





BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Diabetes melitus pada kehamilan adalah intoleransi karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat (DM), terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. Definisi ini mencakup pasien yang sudah mengidap DM (tetapi belum terdeteksi) yang baru diketahui saat kehamilan ini dan yang benar-benar menderita DM akibat hamil. Ibu hamil dengan DM tidak perlu dirawat bila keadaan diabetesnya terkendali baik, namun harus selalu diperhatikan gerak janin (normalnya >20 kali/12 jam). Bila diperlukan terminasi kehamilan, lakukan amniosentesis dahulu untuk memastikan kematangan janin (bila UK<38 minggu). Kehamilan dengan DM yang berkomplikasi harus dirawat sejak UK 34 minggu dan biasanya memerlukan insulin. Penyakit jantung dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu kelas I tidak ada pembatasan aktifitas fisik, kelas II sedikit pembatasan kegiatan fisik, kelas III banyak pembatasan dalam kegiatan fisik, kelas IV tidak mampu melakukan aktifitas fisik apapun. Pneumonia dalam kehamilan merupakan penyebab kematian non obstetric yang terbesar setelah penyakit jantung. Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maupun zat kimia. Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya asma tidak sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai UK 24-36 minggu dan pada akhir kehamilan jarang terjadi serangan.
3.2  Saran
Tingkatkan pengetahuan tentang patologi dengan banyak membaca.







Tidak ada komentar: