BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses fisiologis yang
memungkinkan serangkain perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan
janinnya melalui jala lahir. Persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks
yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontaksi rahim teratur yang
terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.
Peran dari penolong persalinan adalah selain
menangani persalinan yang normal tetapi
jugamengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu atau janin. Bila di ambil keputusan untuk melakukan campur tangan, hal ini
harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Setiap campur tangan bukan saja membawa
keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus.
Penanganan yang bagus dapat berupa “observasi yang cermat”. Seorang bidan harus
mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan.
Oleh
karena itu, profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan.
Profesionalisme, kerja keras dan kesungguhan akan memberikan kekuatan dan modal
utama bagi pengabdian profesi bidan karena bidan akan melaksanakan pelayanan
dan asuhan yang komprehensip kepada individu, keluarga, komunitas, dan
masyarakat. Bidan merupakan profesional yang terampil dan dipersyaratkan untuk
menggunakan rentang keterampilan yang luas dalam suatu lingkungan yang
fleksibel.
Pembelajaran di lahan praktek merupakan suatu rangkaian proses aplikasi pembelajaran dari
teori yang telah didapat dari institusi sehingga menambah wawasan dan
pengalaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pada nantinya serta
memberikan pengalaman nyata.
Berdasarkan atas teori
dan praktik yang sudah didapat saya mencoba mengaplikasikan dalam praktik asuhan
kebidanan di lahan yaitu keterampilan asuhan persalinan normal pada Ny. “F”.
1.2. TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
1.
Mengaplikasikan teori
dan praktik yang didapat dari
instuti pendidikan ke
lahan praktek sehingga lebih mengerti dan memahami.
2.
Mampu memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
teori dan praktik yang diterima.
3.
Mengetahui kesenjangan
antara teori dengan kasus yang didapat dilahan praktik.
4. Memberikan pelayanan yang
komprehensip bagi pasien.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian data pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
2. Menginterpretasikan data dasar pada Ny. “F” dengan
persalinan normal.
3. Mengidentifikasi masalah potensial pada Ny. “F”
dengan persalinan normal.
4. Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada Ny. “F”
dengan persalinan normal.
5. Menyusun rencana asuhan pada Ny. “F” dengan
persalinan normal.
6. Melaksanakan rencana asuhan pada Ny. “F” dengan
persalinan normal.
7. Melakukan evaluasi hasil pelaksanaan tindakan pada
Ny. “F” dengan persalinan normal.
1.3. Manfaat
1.3.1.Bagi Mahasiswa
1.
Mendapat gambaran dan
pengalaman secara nyata tentang penerapan proses asuhan kebidanan komprehensif
terhadap klien dengan persalinan normal puskesmas meninting
2.
Melatih keterampilan
asuhn persalinan normal
3.
Dapat mengoptimalkan
evaluasi serta kemampuan mahasiswa dan mengaplikasikan teori dan keterampilan
yang dimilki sesuai dengan standar kompetensi
4.
Mengenal tingkat
kemampuan-kemampuan diri sesuai dengan tujuan dan kompetensi pendidikan
kebidanan yang ditetapkan
5. Memenuhi
salah satu pencapaian target semester III program Diploma III akademi kebidanan
Stikes Yarsi Mataram.
1.3.1 Bagi
Pembimbing
Dapat memberikan bimbingan pada
mahasiswa tentang perkembangan pengetahuan baik yang menyangkut di pendidikan
ataupun di lahan prektek.
1.3.2 Bagi
Puskesmas
- Memberikan
fasilitas kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kematian dan
kesakitan ibu.
- Bidan di
puskesmas dapat memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
1.3.3 Bagi Ibu
Agar mendapatkan pelayanan kebidanan
secara menyeluruh sehingga persalinan yang aman dan nyaman berjalan dengan
lancar.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Persalinan
2.1.1.Pengertian
1. Persalinan merupakan proses fisiologis
normal yang diawali oleh kontraksi dengan frekuensi lama serta nyeri yang
meningkat, yang memungkinkan pendataran dan pembukaan servik, sehingga janin
dapat melintas melewati jalan lahir dan selamat dilahirkan
(Atlas tehnik kebidanan, 2002. hal. 21).
2. Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya servik,dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses
dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
(Saifuddin, AB. 2002, hal. 100).
3. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu,
lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin.
(Saifuddin, AB. 2002, hal. 100).
4. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan
cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang
kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul ibu, serta dengan tenaga
ibu sendiri.pada persalinan normal dapat berubah menjadi persalinan patologi
apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan janin atau juga akibat
kesalahan dalam memimpin proses persalinan. (Saifuddin, AB. 2002, hal. 450).
5. Persalinan adalah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri fisiologi, Universitas Padjajaran
Bandung).
6. Partus adalah suatu proses pengeluaran
hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
7. Persalinan normal adalah proses
pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau
sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter
kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologik RSU Mataram,2001,
hal:41)
Persalinan Berdasarkan Teknik :
a. Persalinan Spontan
Persalinan
yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
b. Persalinan Buatan
Persalinan
yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya : extracsi denga forceps, atau
dilakukan operasi Section Caesare
c.
Persalinan
Anjuran
Persalinan
yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak
sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan.
Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
a.
Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 25 minggu
atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b.
Partus
Immaturu : Pengeluaran buah
kehamilan antara 25 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999
gram.
c.
Partus
Prematurus : Pengeluaran buah
kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara
4000 gram dan 2499 gram.
d.
Partus
Maturs atau Aterm : Pengeluaran
buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat badan bayi diatas
2500 gram
e.
Partus
Postmaturus (serotinus) :
Pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan
yang ditafsirkan.
(Asuhan Kebidanan II, Persalinan 2009)
2.1.2.Etiologi
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan
tidak diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun
masing-masing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa teori timbulnya persalinan
a. Penurunan Kadar Progesteron
Pada 1-2 rninggu sebelum
persalinan mulai teriadi penurunan kadar horrnone estrogeii dan progesterone.
Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahirn dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi rahim bila
kadar progesterone menurun.
b.
Teori oxitosin
Pada akhir kehamilan,otot uterus peka terhadap pengaruh
oxitocin, pada akhir kehamilan kadar oxitosin meningkat sehingga uterus
teransang timbullah kontraksi –kontraksi rahim.
c.
Teori placenta menjadi tua
Dengan semakin tuanya placenta, akan menyababkan
turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh
darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
d. Teori distensi rahim / Teori keregangan
rahim
Uterus dapat dikatakan sebagai
suatu kantong yang bila dipompa dan diberikan tekanan sampai batas tertentu sampai
akhirnya kehamilan uterus sangat tegang sehinnga berkontraksi timbullah
kontaksi rahim untuk mengeluarkan isinya
e.
Teori iritasi mekanik.
Di belakang serviks, terletak
ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser
dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi rahim.
f.
Induksi partus
Dengan jalan gagang laminaria,
amniotomi, oksitosin drip dan seksio caesarea. (Mochtar, 1998).
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2005 hal 181) beberapa
teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah :
1. Penurunan kadar hormon estrogen dan
progesterone
2.
Pengaruh prostaglandin
Prostaglandin yang
dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin,
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu-ibu hamil,
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3.
Struktur uterus
4.
Sirkulasi uterus
5.
Pengaruh saraf dan nutrisi.
2.1.3.Fisiologis persalinan
Sebab-sebab
terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan
dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari
berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan
estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya
kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin
meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar
menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot – otot uterus yang mengganggu
sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser
di belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi. (Wiknjosastro, 2005 hal 181)
2.1.4.Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan
dibagi dalam 4 kala yaitu:
1.
Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan
oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :
a. His sudah teratur, frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit
b.
Penipisan dan pembukaan serviks
c. Keluar cairan dari vagina dalam
bentuk lendir bercampur darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
a.
Fase laten
Ø
Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaaan
serviks secara bertahap.
Ø Berlangsung hingga serviks membuka
kurang dari 4cm
Ø Pada umumnya,fase laten
berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Ø Kontraksi mulai
teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
(Asuhan persalinan normal, 2007)
Prosedur dan diagnostik :
Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya: (Saifuddin AB. Buku acuan nasional pelayanan
maternal dan neonatal.2002) maka:
1)
Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam
seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat kehamilan; riwayat
medik; riwayat social; terakhir kali makan dan minum; masalah yang pernah ada
2)
Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu;
kandung kemih.
3)
Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi;
penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung janin.
4)
Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan
serviks; selaput ketuban penurunan dan molase; anggota tubuh janin yang sudah teraba.
5)
Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan
lain-lain; darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
6)
Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat
energi; kebutuhan dan dukungan.
b.
Fase aktif
Ø Frekuensi
dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Ø Dari pembukaan 4cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam (nulipara/primipara) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Ø Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(Asuhan
persalinan normal, 2007)
Pemantauan
Kala 1 Fase Aktif Persalinan :
Penggunaan
Partograf
Partograf adalah alat bantu
yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan
persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara
dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf untuk mencatat atau memantau :
1) Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½
jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap
pemeriksaan dalam).
2) Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya
kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan
kepala (setiap 4 jam).
3) Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan
darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein (
setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.
2.
Kala II (Kala
Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Wanita merasa hendak buang air
besar karena tekanan pada rektum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena
anus membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak
pada vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala
II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam.
Tanda dan Gejala Kala II :
a. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan
dengan terjadinya kontraksi.
b.
Perineum terlihat menonjol.
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum dan atau vaginanya.
d. Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan
pada rectum dan atau vaginanya.
e. Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat
emmbuka.
f. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3. Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai
setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban
(Wiknjosastro, 2002).
Dimulai segera setelah bayi
lahir sampai dengan lahirnya placenta (± 30 menit). Setelah
bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit
kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif
plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Tanda – Tanda
Pelepasan Plasenta :
o
Perubahan
bentuk dan tinggi fundus.
o
Tali pusat memanjang
o
Semburan darah tiba – tiba
Manejemen
aktif kala III :
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah
terjadinya retensio plasenta
Tiga langkah manajemen aktif kala III :
1.
Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit
setelah bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
2.
Lakukan peregangan tali pusat terkendali
3.
Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah
plasenta lahir.
4.
Kala IV (2 jam post
partum)
Setelah plasenta lahir,
kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan
kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus.
Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian
pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui
bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior (Manuaba,
1998).
Tanda dan gejala kala IV : bayi
dan plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 Jam Pertama Pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi,
tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada
temua yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
Lamanya persalinan pada
primigravida dan multigravida :
|
Primigravida
|
Multigravida
|
Kala I
|
10 – 12 jam
|
6-8 jam
|
Kala II
|
1-1,5 jam
|
0,5-1 jam
|
Kala III
|
10 menit
|
10 menit
|
Kala IV
|
2 jam
|
2 jam
|
Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat observasi)
|
12-14 jam
|
8-10 jam
|
2.1.5.Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1.
Power : His dan tenaga mengejan
Kekuatan yang mendorong janin
dalam persalinan adalah his, kontraksi otot–otot perut, kontraksi diafragma,
dan aksi dari ligament.
a.
His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi
ritmis otot polos dinding uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana
tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari
“pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
-
Kontraksi
simetris
-
Fundus
dominan
-
Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
His memiliki sifat :
-
Involutir
-
Intermiten
-
Terasa
sakit
-
Terkoordinasi
-
Serta
kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
Perubahan – perubahan akibat his:
-
Pada
uterus dan servik : uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air
ketuban dan tekanan intrauteri naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar
(affecement) dan terbuka (dilatasi).
-
Pada
ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi uterus. Juga ada kenaikan nadi
dan tekanan darah.
-
Pada
janin : pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenta kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat kurang jelas didengar krena
adanya iskemia fisiologis, jika benar- benar terjadi hipoksia janin yang agak
lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan
denyut jantung janin diatas 160 per menit, tidak teratur.
Pembagian dan sifatnya :
-
His
palsu atau pendahuluan: His tidak kuat, tidak teratur, Dilatasi servik tidak
terjadi.
-
His
pembukaan kala I: His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan lengkap 10,
mulai makin teratur dan sakit.
-
His
pengeluaran atau his mengejan (kala II): Sangat kuat, teratur, simetris,
terkoordinasi dan lama, his untuk mengeluarkan janin koordinasi bersama antara
: his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament
-
His
pelepasan uri (kala III): Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta.
-
His
pengiring (kala IV): Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan
rahim dalam beberapa jam atau hari.
b. Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang
kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan
ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang
diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat
kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai
puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti
instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias
dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus
dilakukan :
Mulai
trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam
melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat
diperlukan saat persalinan tiba
Usahakan
jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh.
Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.
Jangan panik.
Ikuti saja instruksi dengan baik. Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau
karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak
efisien karena bayi malah jadi lebih susah lahir.
Harus
disesar bila :
Meski sangat
ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga
harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat
ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan Power
Sangat
mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya
dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan
mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.
2.
Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir
dibagi atas :
-
Bagian
keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
-
Bagian
lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament.
Ukuran ukuran panggul:
a. Alat pengukur ukuran panggul :
Pita meter jangka panggul :
martin, oseander, Collin, dan baudelokue pelvimetri klinis dengan periksa dalam
pelvimetri rongenologis
b. Ukuran – ukuran panggul :
-
Distansia
spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior 24 -26 cm
-
Distansia
kristarum : jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan kiri 28 -30 cm
-
Konjungata
eksterna : 18 -20 cm
-
Lingkaran
panggul :80 -100 cm
-
Conjugate
diagonalis : 12,5 cm
-
Distansia
tuberum : 10,5 cm
c. Ukuran dalam panggul :
·
Pintu
atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh promontorim, linea
innuminata dan pinggir atas simpisis pubis.
-
Konjugata
vera : dengan periksa dalam di peroleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm
-
Konjugata
tranversa : 12-13 cm
-
Konjugata
oblingua : 13 cm
-
Konjugata
obstetrika adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium
·
Ruang
tengah panggul :
-
Bidang
terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
-
Bidang
tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
-
Jarak
antara spina isciadika 11 cm
·
Pintu
bawah panggul(outlet) :
-
Ukuran
anterior-posterior 10-12 cm
-
Ukuran
melintang 10,5 cm
-
Arcus
pubis membentuk sudut 90o lebih, padalaki-laki kurang dari 80o.
3.
Passanger
Passenger terdiri dari:
a.
Janin
Selama janin dan plasenta
berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic
dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal
antara lain :
-
Kelainan
bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
-
Kelainan
pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan
kelainan oksiput
-
Selain
letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap
(kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan
bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
-
Bentuk
kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih
mudah lahir
-
Persendian
kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan
kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
-
Letak
persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk
putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia. Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b. Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab
terlepasnya plasenta adalah
-
Waktu
bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan
alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus
uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba
ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus
mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan
persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka
plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding
rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan
plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak
lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam
pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak
lahir.
-
Ditempat yang lepas terjadi
perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini
membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma
tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam
4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga
selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh
kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu
plasenta lahir.
c.
Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam
pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai
‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja,
air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan
suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas
organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai
memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian
meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin.
Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh
ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat
volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau
gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang
tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal,
diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu,
ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan
kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban
pecah dini :
-
Infeksi, contohnya
korioamonitis
-
Trauma,
contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
-
Inkompeten serviks.
-
Kelainan letak atau presentase
janin.
-
Peningkatan tekanan
intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah
dini :
-
Keluarnya cairan jernih dari
vagina.
-
Inspekulo : keluar cairan dari
orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
-
Adannya perubahan kertas lakmus
merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
-
Periksa dalam vagina : ketuban
negative.
Pemeriksaan penunjang
ketuban pecah dini :
-
USG
-
Leukosit dan suhu badan ( 37,5
derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
-
Pemantauan kesejahteraan janin.
-
Pemeriksaan labolatorium,
contoh : TORCH
4.
Personality (kepribadian)
Yang diperhatikan kesiapan ibu
dalam menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses kehamilan
5.
Provider (penolong)
Dokter atau bidan yang
merupakan tenaga terlatih dalam bidang kesehatan . (Wiknjosastro, 2005)
2.1.6.Mekanisme persalinan
1) Pengertian
Denominator atau petunjuk
adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
2)
Mekanisme persalinan letak
belakang kepala
a.
Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan
lingkaran terbesar (diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala
janin mulai turun pada umur kehamilan kira – kira 36 minggu, sedangkan pada
multigravida pada kira – kira 38 minggu, kadang – kadang baru pada permulaan
partus. (Wiknjosastro, 2005, Hal. 129).
Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila
engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga
posisinya seolah – olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement
sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi
melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat
lonjong..
Seharusnya pada waktu kepala
masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut
Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau
kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis:
·
Asynclitismus
anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser mendekati promontorium.
·
Asynclitismus
posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati symphisis.
b.
Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.
Faktor – factor yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan
langsung fundus uteri padabokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi
badan janin.
c.
Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum
sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil à suboksipito bregmatikus (9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala
terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan
jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak
menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah
depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk
jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
UUK memutar kedepan kebawah
symfisis bersama dengan majunya kepala. Ini terjadi
bila kepala sudah sampai di Hodge III.
e.
Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya
kepala lewat perineum. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah :
lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada
waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai
titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir
ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala
menyesuaikan kembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
Setelah kepala lahir, maka
kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangka torsi pada
leher yangt terjadi karena putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadhikum. Gerakan ini disebabkan karena ukuran
bahu(diameter bisacromial) menempatkan diri dalam diameter antroposterior dari pintu bawah panggul.
g. Expulsi : lahirnya seluruh badan
bayi.
Setelah putaran paksi
luar, bahu depan bayi sampaii kebawah symfisis dan menjadi hipomoklion untuk
kelahiran bahu belakang. Kemudian disusul bahu depan menyusul dan selanjutnya
seluruh badan bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Kala III (Pengeluaran Uri )
Cara plasenta
terlepas
1) Tali pusat memanjang, terasa adanya
pelepasan plasenta
2)
Semburan darah tiba-tiba
3) Fundus berkontraksi sehingga berbentuk
bulat keras
Kala IV
Kala IV ialah masa 1 jam
setelah pelacenta lahir.
Dalam kala IV ini pasien masih
membutuhkan pengawasan yang intensif untuk mencegah perdarahan dan antimia
uteri. Maka dalam kala IV
pasien belum bisa dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh
bidan.
Yang perlu diawasi selama 2
jam post partum adalah 1 jam pertama yang dipantau setiap 15 menit seperti :
tekanan darah, nadi, suhu (setiap 1 jam), TFU, kandung kemih dan, perdarahan.
Untuk 1 jam ke dua yang dipantau setiap30 menit yaitu : tekanan darah, nadi, suhu (setiap 1 jam),
TFU, kandung kemih dan, perdarahan.
(Obstetei
Fisiologi, Pajajaran)
2.1.7.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala persalinan
yaitu :
Kala I
1) His sudah teratur dan frekuensi minimal 2
kali dalam 10 menit
2)
Penipisan dan pembukaan servik
3) Keluar cairan dari vagina dalam
bentuk lendir bercampur darah.
Kala II
1)
Ibu ingin meneran/mengejan
2)
Perineum menonjol
3)
Vulva dan anus membuka
4)
Meningkatnya pengeluaran lendir
5) Kepala telah turun pada dasar panggul
Kala III
1)
Tali
pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
2)
Semburan darah tiba-tiba
Kala IV
Tingginya fundus uteri sepusat atau 1 jari dibawah pusat
(Asuhan Persalinan
Normal, 2002 hal : 3-2)
2.1.8.Prosedur Diagnostik
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :
(Saifuddin, AB.
2002 hal : 106)
1)
Tanyakan :
a)
Permulaan timbulnya
kontraksi
b) Pengeluaran
pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban
c)
Riwayat kehamilan
d)
Riwayat medik
e)
Riwayat sosial
f)
Terakhir kali makan dan minum
g)
Masalah yang pernah ada
2)
Pemeriksaan Umum :
a)
Tanda vital, BB, TB. Oedema
b)
Kondisi puting susu
c)
Kandung kemih
3)
Pemeriksaan Abdomen :
a)
Bekas luka operasi
b)
Tinggi Fundus Uteri
c)
Kontraksi
d)
Penurunan Kepala
e)
Letak janin
f)
Besar janin
g)
Denyut jantung janin
4)
Pemeriksaan vagina :
a)
Pembukaan dan penipisan
servik
b)
Selaput ketuban penurunan dan molase
c)
Anggota tubuh janin yang sudah
teraba
5)
Pemeriksaan Penunjang :
a)
Urine : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan
lain-lain
b) Darah :
Hb, BT/CT, dan lain-lain.
2.1.9.Asuhan dalam persalinan
Tujuan Asuhan Persalinan :
Mengupayakan kelangsungan hidup dan
mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai
upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip
keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Asuhan persalinan normal, 2004, hal. 133)
Kala I
1)
Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk
mendampingi ibu selama proses persalinan
2)
Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok, berbaring
miring, merangkak dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering juga
mempersingkat waktu persalinan
3)
Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan
memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Apabila dehidrasi
terjadi dapat memperlambat atau membuat
kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
4)
Keleluasaan
ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau
lebih sering jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat
mengakibatkan :
a)
Memperlambat penurunan bagian
terendah janin dan mungkin menyebabkan partus macet
b)
Menyebabkan ibu merasa tidak
nyaman
c)
Meningkatkan
resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
d) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
e)
Meningkatkan
resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
5)
Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan
dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan
prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi penolong persalinan terhadap
resiko infeksi
6)
Pantau
kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai partograf
(Asuhan Persalinan Normal, 2004, hal : 2-5)
Kala II
1)
Berikan terus dukungan pada ibu
2)
Menjaga kebersihan ibu
3)
Memberikan dukungan mental
untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
4)
Mengatur posisi ibu
5)
Menjaga kandung kemih tetap
kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
6)
Berikan cukup minum terutama
minuman yang manis
7)
Ibu dibimbing mengedan selama
his dan anjurkan ibu untuk mengambil nafas diantara kontraksi
8)
Perikda DJJ setiap selesai
kontraksi
9)
Minta
ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
10) Letakkan satu tangan dikepala bayi agar
defleksi tidak terlalu cepat
11) Tahan perineum dengan satu tangan yang
lain
12) Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa
dari lendir dan darah
13)
Periksa adanya lilitan tali
pusat
14) Biarkan kepala bayi mengadakan putaran
paksi luar dengan sendirinya
15) Tempatkan kedua tangan pada posisi
biperietal bayi
16) Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah
untuk melahirkan bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
17) Sangga kepala dan leher bayi dengan satu
tangan kemudian dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya
lahir.
18) Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan
sambil nilai pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama
Kala III
1)
Pastikan
tidak ada bayi yang kedua
2)
Berikan
oksitosin 10 IU dalam segera setelah bayi lahir.
3)
Lakukan pemotongan tali pusat
4)
Pastikan bayi tetap hangat
5)
Lalukan
penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali pusat sementara
tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus.
6)
Jika
plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat kebawah
lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu
tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati
sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan lahir
7)
Segera
setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri untuk
menimbulkan kontraksi
8)
Lakukan
pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
9)
Periksa
jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga perineum. Lakukan
perbaikan/penjahitan jika diperlukan
Kala IV
1)
Bersihkan ibu sampai ibu merasa
nyaman
2)
Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah
dehidrasi
3)
Berikan
bayinya pada ibu untuk disusui
4)
Periksa
kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.
5)
Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a)
Bagaimana
memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
b)
Tanda
bahaya bagi ibu dan bayi.
6)
Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3
jam pertama
2.1.10. Prognosa dan Komplikasi
a.
Prognosa
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinannormal,
namun sekitar 10-15% diantaranya mengalami masalah selama proses persalinan dan
kadang-kadang sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi. (Waspodo D, 2002)
b.
Komplikasi
·
Distosia
atau persalinan yang sulit akibat dari :
Ø Kelainan tenaga atau his
Ø Kelainan janin (kelainan dalam letak atau
bentuk janin)
Ø Kelainan jalan lahir
·
Perdarahan
saat dan setelah persalinan
·
Retensio
plasenta
·
Inversio
uteri
·
Perlukaan
vulva, vagina dan serviks
·
Ruptura
uteri
·
Emboli
air ketuban
·
Hematoma
obstetric
(Hanifa Winkjosastro,2002)
18 Penapisan Persalinan :
1)
Riwayat bedah sesar
2)
Perdarahan pervagina
3)
Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu)
4) ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
5) Ketuban pecah disertai dengan mekanium
yang kental
6) Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
usia kehamilan kurang dari 7 minggu
7)
Ikterus
8)
Anemia berat
9)
Tanda/gejala infeksi
10)
Preklamsi/hipertensi dalam
kehamilan.
11)
TFU 40 atau lebih
12)
Gawat janin
13) Primi dalam fase aktif kala I persalinan
dalam kepala janin masih 5/5.
14)
Persentase bukan belakang
kepala
15)
Presentase ganda (majemuk)
16)
Kehamilan ganda atau gemili
17)
Tali pusat menumbung
18)
Syok
(Asuhan persalinan
normal, 2007).
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah
merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori,
penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
PROSES
PENATALAKSANAAN KEBIDANAN TERDIRI DARI 7 LANGKAH
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
2. Mengidentifikasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosa / masalah
3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, konsultasi, kolaborasi dan tenaga kesehatan lain serta rujukan
berdasarkan kondisi pasien.
5. Menyusun rencana asuhan secara tepat dan
rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Penatalaksanaan langsung asuhan secara
efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keaktifan asuhan yang
diberikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek
asuhan yang tidak efektif.
Berdasarkan langkah-langkah
tersebut berarti proses manajemen kebidanan merupakan langkah yang sistematis.
Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan
pemecahan masalah yang sistematis, rasional, dan efektif, terhindar dari
tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik bagi
klien. Penjelasan dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney.
Langkah I
Tahap Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikomunikasikan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tahap
ini merupakan langkah awal yang menentukan langkah selanjutnya, sehingga
kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses
interpretasi yang benar atau tidak pada langkah selanjutnya, dalam pendekatan
ini harus komperhensif dapat meliputi dua data subyektif, obyektif dan hasil
pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.
Langkah II
Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang dikumpulkan.
Data yang sudah dikumpulkan di interpretasikan
sehingga kita dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan
karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil pengkajian.
Langkah III
Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
dan Mengantisipasi Penanganannya
Pada langkah ini bidan melakukan
identifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasikan langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah
ini peting sekali dalam melakukan asuhan kebidanan yang aman.
Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran
uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab
pembesaran perut yang berlebihan tersebut misalnya polyhidramnion. Besar pada
kehamilan, ibu dengan diabetes atau kehamilan kembar.
Pada persalinan bayi besar besar bidan
sebaiknya juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga
kebutuhan resustasi.
Persiapan yang sederhana adalah
anamnese dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,
pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera
memberi pengobatan jika terjadi infeksi saluran kencing.
Pada langkah ini bidan dituntut untuk
mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah/ diagnosa
potensial tidak terjadi.
Langkah ke IV
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera,
Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan
Kondisi Pasien
Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama-sama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien.
Langkah keempat mencerminkan
kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, jadi manajemen kebidanan bukan
hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal, tatapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan
terus menerus misal pada persalinan.
Pada langkah ini bidan harus mampu
mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan
kolaborasi yang tepat dalam manajemen asuhan klien.
Dalam melakukan tindakan segera harus
sesuai dengan perioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah bidan
merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi masalah/diagnosa
potensial pada langkah sebelumnya bidan juga harus mampu merumuskan tindakan
segera/emergensi yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam
rumusan ini termasuk tindakan segera yang dilakukan secara mandiri, secara
kolaborasi atau bersifat rujukan.
Langkah ke V
Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan
asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan tidak hanya meliputi
yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap wanita tersebut seperti yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan tentang sosial ekonomi atau
psikologi (yang mencakup semua aspek kesehatan). Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien. Semua keputusan yang
dikembangkan dalam asuhan harus rasional dan benar-benar valid berdasarka teori
yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan oleh
klien.
Langkah VI
Pelaksanaan Asuhan yaang Efisien dan Menyeluruh
Pada langkah ini asuhan menyeluruh
seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan
aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia
tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misanya
memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan
dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap
terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.manajemen yang
efisien akan menyangkut waktu biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Langkah VII
Evaluasi
Pada langkah ini melakukan evaluasi
efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan dan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaan.
Ada kemungkinan bahwasebagian tindakan
efektif sedangkan sebagian lagi tidak efektif. Mengingat proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melaluimanajemen untuk
mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakuakn
penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “F”
DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI PUSKESMAS KARANG TALIWANG
TANGGAL 12 FEBRUARI 2012
I.
PENGKAJIAN DATA DASAR
Hari/Tanggal pengkajian : Minggu, 12 Februari 2012
Waktu pengkajian :
16.30 WITA
Tempat :
Puskesmas Karang Taliwang
A. DATA SUBYEKTIF
1.
|
|
Identitas
Alamat
: Batu Layar
Tanggal masuk : 12-02- 2012, pukul: 16.25 wita.
2. Keluhan Utama
Ibu
mengatakan hamil 9 bulan, mengeluh sakit pingang menjalar ke perut bagian bawah.
Ada pengeluaran lendir bercampur
darah, gerakan janin masih
dirasakan.
3. Riwayat Perjalanan Keluhan Utama
Ibu hamil 9 bulan mengatakan
sakit pinggang menjalar keperut sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 06.00 wita disertai pengeluaran lendir campur darah dan air ketuban pecah pukul 16.20 wita warna jernih, pergerakan
janin masih dirasakan aktif sampai sekarang.
4.
Riwayat
Kehamilan Sekarang
Hamil
HPHT
HTP
Umur kehamilan
Imunisasi TT
TT1
TT2
ANC
Tanda bahaya / penyulit
Obat yang dikonsumsi
Riwayat KB
Rencana KB
|
: Kedua
: 16-05-2011
: 23-02-2012
: ibu mengatakan hamil 9 bulan
: 2x (lengkap)
: 21-07-2011
: 24-08-2011
: 9x di Puskesmas
: tidak ada
: Tablet darah (Fe)
:
Suntik 3 bulan
: Suntik 3 bulan
|
5. Riwayat Menstruasi
·
Menarche : 14 tahun
·
Siklus : 28 hari
·
Jumlah : 2x ganti pembalut /
hari
·
Lama : 7 hari
·
Flour
albus : Tidak ada
·
Disminorhea : Tidak ada
6.
Riwayat
Persalinan Serta Nifas Yang Lalu
Hamil ke
|
Tempat
Persalinan
|
Umur Kehamilan
|
Jenis
Persalinan
|
Penolong
Persalinan
|
Riwayat
Penyakit
|
JK
|
BBL (gr)
|
Umur
|
Ket.
|
||
Hamil
|
Bersalin
|
Nifas
|
|||||||||
I
ini
|
Puskesmas
-
|
9bln
-
|
normal
-
|
Bidan
-
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
♀
-
|
3200
-
|
3 thn
-
|
Hidup
-
|
7. Riwayat Kesehatan/ Penyulit yang diderita sekarang dan dulu
·
Penyakit
kardiovaskuler : Tidak Pernah
·
Hipertensi : Tidak Pernah
·
Diabetes
melitus : Tidak Pernah
·
Hepatitis : Belum pernah
melekukan tes lab
·
HIV/AIDS : Belum pernah
melekukan tes lab
·
Malaria : Tidak Pernah
·
Campak : Tidak Pernah
·
TBC : Tidak Pernah
·
Anemia
berat : Tidak Pernah
·
Penyakit
ginjal : Tidak Pernah
·
Gangguan
mental : Tidak Pernah
·
Asma Brachial :
Tidak Pernah
8.
Riwayat
Biopsikososial
·
Komunikasi
Non Verbal : Lancar
Verbal : Bahasa Indonesia
·
Pengambilan
keputusan dalam keluarga : Suami
·
Hubungan
dengan keluarga :
Baik
·
Hubungan
dengan orang lain :
Baik
·
Dukungan
keluarga : Keluarga sangat mendukung dan mengharapkan
kehamilan ini
·
Beban
kerja : Ibu hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga
biasa seperti menyapu,
menyuci, dan memasak.
9.
Riwayat
Biologis
a.
Nutrisi
·
Makan
Makan terakhir
: Tanggal 12-02- 2012 pukul 16.15 Wita
Komposisi : Nasi, sayur,
lauk pauk
Porsi : 1 piring
·
Minum
Minum terakhir
: Tanggal 12-02-
2012 pukul 16.15
Wita
Komposisi : Air putih
Porsi :
1 gelas
b.
Pola eliminasi
·
BAB
BAB terakhir : Tanggal 12-02-2012 pukul 15.30 Wita
·
BAK
BAK terakhir: Tanggal 12-02-2012 pukul 16.00 Wita
c.
Pola istirahat
·
Istirahat terakhir : Tanggal 12-02-2012
pukul 16.00 Wita
Lama : ± 2 jam
2.
DATA OBYEKTIF
1) Pemeriksaan Umum
·
Keadaan
Umum : Baik
·
Kesadaran : Composmentis
·
Emosi : Stabil
·
BB saat ini : 64 kg
·
TB : 159 cm
·
LILA : 27 cm
2) Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
·
TD : 120/80 mmHg
·
Nadi : 80 x/menit
·
Suhu : 36,5ºC
·
Respirasi :
22 x/menit
3) Pemeriksaan Fisik
a.
Muka
Simetris,
tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedoma
b.
Mata
Konjungtiva
tidak pucat dan skelera tidak ikterus
c.
Abdomen
Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi,
linea nigra, striae livid.
Palpasi
Leopold I : TFU setinggi px (30 cm) teraba bokong (
lebar, lunak, tidak melenting) pada fundus
Leopold II :
Teraba punggung (datar, keras) kanan
Leopold
III : Presentasi kepala ( bulat, keras,
melenting)
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian
TBJ : 2945 gr
His : (+) 3 x dalam 10 menit, lamanya 45
detik
Auskultasi :
DJJ (+), irama 11-12-12, frekuensi 136 x/ menit
d.
Ekstremitas
Tidak
ada oedema, kuku tidak pucat, tidak ada varises, reflek patella +/+
e.
Pemeriksaan
Genitalia
Pemeriksaan dalam tanggal 12-02-2012 pukul 16.30
wita
VT Ø 8 cm, eff 70 %, selaput ketuban (-) warna jernih,
teraba kepala, denuminator UUK di kanan depan, penurunan kepala di HII, tidak
teraba bagian kecil janin/ tali pusat.
f.
Pemeriksaan
penunjang
Tanggal 16-01-2012
HB :
11, 2 gr %
Red : (-)
Goldar : A
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
A.
Diagnosa
G2 P1 A0 H1, UK 38-39 minggu, tunggal, hidup, intra uterin,
presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan inpartu kala I fase aktif.
Dasar
Dasar Subyektif :
- Ibu mengatakan hamil kedua dan tidak pernah keguguran.
- Ibu mengatakan hamil 9 bulan
- Ibu mengatakaan HPHT tanggal 16-05-2011
- Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar
keperut sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 06.00 wita, disertai pengeluaran lendir campur darah dan pengeluaran air ketuban sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 16.20 wita
- Ibu mengatakan pergerakan bayi masih dirasakan.
Dasar Obyektif :
- Keadaan umum ibu, kesadarannya
composmetis, tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu : 36,5 oC
(aksila), nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit.
- TFU 30 cm (setengah Pusat Px), teraba bokong di fundus yaitu teraba bulat, lunak, tidak
melenting. Teraba punggung kanan yaitu taraba keras,
datar seperti papan di bagian kanan ibu.Teraba Kepala yaitu bulat, keras,
melenting, Kepala masuk PAP 3/5 bagian (kepala sudah
tidak dapat digoyangkan), PBBJ: 2945 gr
- DJJ (+),
frekuensi : 136x/menit, His 3x dalam 10 menit lamanya 45 detik
- VT Ø 8 cm eff 75 %, ketuban (-) warna jernih, teraba
kepala, denominator UKK di kanan
depan, penurunan kepala HII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
B. Masalah
Gangguan rasa nyaman.
C. Kebutuhan
-
Penjelasan
tentang gangguan rasa nyaman yang dirasakan
III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
Tidak ada
IV.
KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri :
Tidak ada
Kolaborasi :
Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
Rujukan : Tidak ada
V.
RENCANA ASUHAN
1.
Jelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2.
Jelaskan
ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
3.
Anjurkan
ibu untuk jalan atau miring kiri
4.
Jelaskan pada
keluarga tentang pentingnya dukungan bagi ibu/ dukungan moril
5.
Siapkan
ruangan yang bersih, nyaman dan cukup cahaya
6.
Siapkan alat partus
7.
Siapkan alat heating
set
8.
Siapkan alat dan tempat
resusitasi
9.
Siapkan perlengkapan
ibu
10. Siapkan
pakaian dan perlengkapan bayi
11. Anjurkan
ibu untuk makan dan mium
12. Observasi dan pantau kemajuan persalinan dengan partograf
VI.
PELAKSANAAN (
Tanggal 12 Februari 2012 pukul 16.30 Wita)
1.
Menjelaskan pada ibu
hasil pemeriksaan bahwa pembukaan belum lengkap, keadaan janin baik
2.
Menjelaskan
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu adalah proses yang normal terjadi pada
saat persalinan, karena rasa sakit (kontraksi) yang dirasakan ibu akan membentu
proses lahirnya/ keluarnya bayi. Ibu bisa mengurangi rasa sakitnya dengan
menarik nafas panjang lewat hidung kemudian melepaskannya perlahan-lahan lewat
mulut, serta menganjurkan keluarga yang menemaninya untuk memijat dan menggosok
pinggangnya untuk mengurangi rasa sakit.
3.
Menganjurkan ibu untuk
jalan atau tidur miring kiri.
4.
Menjelaskan pada
keluarga tentang pentingnya dukungan bagi ibu berupa dukungan moril dengan
meyakinkan pada ibu dan menjelaskan ibu mengenai proses dan kemajuan persalinan
serta mendengarkan keluhan ibu. Menghadirkan orang terdekat bagi ibu seperti
suami dan kerabat lainnya.
5.
Menyiapkan ruangan yang
bersih, nyaman dan penyinaran yang cukup.
6.
Menyiapkan alat partus,
yaitu : klem ½ kocher, 1 gunting episiotomy, 2 klem, 1 gunting tali pusat,
kasa, oxytocin, ergometrin, 2 handscone, bengkok,benang tali pusat.
7.
Menyiapkan heating set,
yaitu : naldpuder, 1 pinset sirurgis, 1 pinset anatomis, 1 gunting benang, jarum
jahit, benang catgut, duh, kasa, betadine, 1 pasang handscon.
8.
Menyiapkan peralatan dan tempat resusitasi, yaitu : meja datar, 3
kain, lampu 60 watt, balon isap lender, deley, VTP (Ventilasi Tekanan Positif),
oksigen (02) 50 liter.
9.
Menyiapkan
perlengkapan ibu, yaitu : pembalut, kain dan selimut ibu, serta makanan dan
minuman manis.
10.
Menyiapkan
pakaian dan perlengkapan bayi, yaitu kain, lampin, baju, sarung tangan dan
sarung kaki dalam satu rangkaian.
11. Menganjurkan
dan memberikan ibu makan dan minum agar memiliki tenaga
yang cukup, anjurkan keluarga untuk mendukung/ memotivasi dan membantu ibu
untuk makan dan minum.
12. Mengobservasi
dan pantau kemajuan persalinan pada partograf, yaitu: DJJ tiap 1 jam untuk fase
laten (tiap 30 menit untuk fase aktif), VT setiap 4 jam, tekanan darah setiap 4
jam, suhu setiap 2 jam dan catat pada partograf.
Tabel
observasi kesejahteraan ibu dan janin
TGL/
Jam
|
HIS
|
DJJ
|
TANDA
VITAL
|
PENGELUARAN
|
KELUHAN
|
KETERANGAN
|
||||||
|
Frek
|
lama
|
Ints
|
+/-
|
Frek
|
TD
|
N
|
S
|
R
|
PERVAGINAM
|
|
|
12-02-12
Jam 16.30
Wita
|
4x
|
45”
|
kuat
|
+
|
136x/m
|
120/80
|
80
|
36,5 oC
|
22
|
Blood slym
|
Sakit
pinggang menjalar perut
Bagian bawah
|
VT Æ 8 cm, eff
75%,
ketuban (-) jernih, denuminator UUK di kanan depan,
kepala ↓ HII, tidak teraba bagian kecil janin/tali
pusat.
|
16.35
Wita
|
5x
|
45’
|
Kuat
|
+
|
140x/m
|
|
80
|
|
22
|
Blood slym
|
Sakit pinggang menjalar keperut bagian
bawah dan seperti ingin BAB
|
VT Æ 10 cm, eff
100%,
ketuban (-) jernih, denuminator UUK di depan, kepala ↓ HIII, tidak
teraba bagian kecil janin/tali pusat.
|
VII.
EVALUASI (Tanggal 12
Februari Pukul 16.35 Wita)
1.
Ibu mengatakan
sakit perut semakin kuat dan sering
2.
Ibu mengatakan ingin meneran seperti mau BAB
3.
Keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmetis, TD: 120/80
mmHg, N: 80x/menit,
S; 36,50C (aksila), RR: 22x/menit.
4.
Nampak adanya tanda
dan gejala kala II yaitu adanya dorongan untuk meneran, tekanan pada rektum dan
anus, perineum menonjol, vulva dan vagina membuka.
5.
VT Ø 10 cm, eff 100%
ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di depan, penurunan kepala
H III, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
PERSALINAN KALA II (Pukul 16.35 wita)
I. Pengumpulan
Data
- Data
Subyektif
1. Ibu mengatakan ingin mengedan seperti
ingin BAB
2. Ibu merasakan sakit perut dan pinggang yang
semakin kuat
B. Data Obyektif
1. Keadaan
umum ibu baik, kesadaran composmetis.
2. TD:
120/80 mmHg, N: 80x/menit, S; 36,50C
(aksila), RR: 22x/menit.
3. His semakin kuat 5x dalam 10 menit selama 45
detik. DJJ (+), irama 12-12-11
, frekuensi 140 x/menit.
4. Dorongan
meneran, tekanan anus, perineum menonjol kepala nampak di vulva.
5. VT
Ø 10 cm, eff 100% ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di
depan, penurunan kepala H III, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
II.
INTERPRESTASI DATA DASAR
A.
Diagnosa
G2P1 A0
H1,
UK 38-39 minggu , tunggal, hidup, intrauterin,
presentasi kepala, keadaan umum ibu dan
janin baik dengan inpartu kala II.
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan ingin mengedan seperti
ingin BAB
2. Ibu merasakan sakit perut dan pinggang
yang semakin kuat
Data
Obyektif
1.
Keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmetis.
2.
TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S; 36,50C
(aksila), RR: 22x/menit
His semakin kuat 5x dalam 10 menit selama 45
detik. DJJ (+), frekuensi 140 x/menit.
3.
Dorongan meneran,
tekanan anus, perineum menonjol, kepala nampak di vulva.
4.
VT Ø 10 cm, eff 100%
ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di depan, penurunan kepala
HIII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
B. Masalah
: Ketidak nyamanan
Dasar :
|
Ibu mengalami sakit perut yang semakin kuat, ibu
ingin BAB dan mengedan
|
C. Kebutuhan : Penjelasan mengenai sakit perut yang dirasakan ibu
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA
DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri :
Tidak ada
Kolaborasi :
Tidak ada
Rujukan :
Tidak ada
V. RENCANA ASUHAN
1.
Beritahu ibu hasil
pemeriksaan
2.
Jelaskan pada ibu
ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
3.
Jelaskan pada
keluarga untuk memberi dukungan moril
4.
Atur posisi
persiapan persalinan
5.
Persiapkan penolong
6.
Ajarkan ibu tehnik
mengedan yang bena
7.
Tolong persalinan
sesuai APN
VI. PELAKSANAAN (Tanggal 12 Februari 2012 Pukul 16.35)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan umum ibu baik. Keadaan janin ibu baik, posisi normal dan bunyi
jantung teratur, dan memberitahu ibu bahwa sebentar lagi akan melahirkan karena
pembukaan sudah lengkap. Sakit pinggang sampai ke perut bagian bawah masih
terjadi karena kepala bayi ibu terus turun pada jalan lahir, sehingga ibu akan
mengalami sakit pinggang dan perut bagian bawah.
2. Menjelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh
ibu adalah proses yang normal terjadi pada saat persalinan, kontraksi uterus
atau rasa sakit yang dirasakan ibu itu akan membantu proses keluarnya bayi.
Semakin kuat dan seringnya rasa sakit akan mempercepat proses kelahiran.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi
dukungan moril dan meminta keluarga untuk menemani selama proses persalinan.
4. Mengatur ibu pada posisi persalinan yaitu
dengan posisi setengah duduk dengan meninggikan tempat tidur dibagian kepala
5. Penolong mempersiapkan diri dan pastikan
alat partus lengkap, kemudian membuka satu buah spuit 3 cc kedalam partus set
dan mematahkan ampul oksitosin 10 IU. Penolong persalinan memakai
celemek/schort, mencuci tangan dan keringkan, lalu menggunakan sarung tangan
kemudian menggunakan tekhnik satu tangan mengambil spuit 3 cc, tangan kiri
memegang ampul oksitosin dan disedot kemudian diletakkan kembali kedalam partus
set.
6. Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas yang panjang jika datang his dan mengejan
kebawah seperti seorang yang buang air besar yang keras. Kedua tangan
dimasukkan ke paha sampai kesiku tangan kemudian tarik paha ke samping, dan
dagu ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan tidak menutup mata saat mengedan dan
menutup mulutnya. Dan salah satu keluarga membantu ibu dalam posisi setengah
duduk. Pada his yang kuat ibu disuruh mengejan seperti yang telah di ajarkan.
Bila his hilang ibu di istitahatkan dan diberi makan atau minum untuk sumber
tenaga.
7. Memimpin persalinan. Pada saat kepala bayi
pada diameter 5-6 cm, handuk/kain dipasang diatas perut dan duck bersih
dipasang dibawah bokong ibu. Penolong memakai sarung tangan pada saat kepala di
suboksiput bregmatika berada dibawah simpysis. Tangan kanan melindungi perinium
dialasi duck bersih, tangan kiri menahan
puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat. Pada saat kepala
lahir ibu disuruh meniup kemudian bersihkan muka janin, lendir dan darah
menggunakan kasa steri. Penolong memeriksa apakah apakah ada lilitan tali
pusat, ternyata tidak ada, lalu menunggu kepala bayi mengadakan putaran paksi
luar sesuai dengan arah punggung bayi
yaitu punggung kanan kemudian kedua tangan penolong berada dalam posisi
biparietal. Kepala bayi ditarik perlahan-lahan ke bawah untuk untuk melahirkan
bahu depan dan ditarik ke atas untuk menarik bahu belakang. Setelah itu
penolong menyangga kepala, leher, dan bahu bayi bagian posterior dengan posisi
ibu jari pada leher dan bagian bawah kepala dan keempat jari lainnya pada bahu
dan punggung bayi, sementara tangan kiri dengan jempol di dada menyusuri bagian
anterior sampai pada tungkai bawah dan menyelipkan jari telunjuk tangan kiri di
antara lutut janin. Setelah keseluruhan badan bayi lahir, pegang bayi bertumpu
pada tangan kanan, kemudian dilakukan penilain bayi. Kemudian bayi di letakkan di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih
rendah dari badan bayi pada kain kering yang sudah disiapkan, bayi segera
dikeringkan, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.
VII. EVALUASI (tanggal 12 februari 2012, pukul 16.40 wita)
1. Bayi lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
2. Nilai apgar bayi baru lahir pada 1 menit
pertama yaitu 7.
No
|
Aspek penilaian
|
1 menit pertama
|
nilai
|
1
|
Appearance
|
Kulit
merah, ekstermitas biru
|
1
|
2
|
Pulse rate
|
≥100
x/menit
|
2
|
3
|
Grimance
|
Menyeringai
|
1
|
4
|
Activity
|
Sedikit
fleksi
|
1
|
5
|
Respiration
|
Teratur
|
2
|
Jumlah
|
|
7
|
3. Ibu tampak lelah setelah melakukan
persalinan.
PERSALINAN KALA III (Pukul 16.40wita)
II.
PENGUMPULAN DATA
A.
Data subyektif
Ibu mengatakan perut mules setelah bayi lahir
B.
Data obyektif
1.
Bayi
lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
2.
Nilai
apgar bayi baru lahir pada 1 menit pertama yaitu 7.
No
|
Aspek penilaian
|
1 menit pertama
|
Nilai
|
1
|
Appearance
|
Kulit
merah, ekstermitas biru
|
1
|
2
|
Pulse rate
|
≥100
x/menit
|
2
|
3
|
Grimance
|
Menyeringai
|
1
|
4
|
Activity
|
Sedikit
fleksi
|
1
|
5
|
Respiration
|
Teratur
|
2
|
Jumlah
|
|
7
|
3.
Ibu
tampak lelah setelah melakukan persalinan.
III.
INTERPRETASI DATA DASAR
A.
Diagnosa : P2A0H2 keadaan umum ibu dan bayi baik dengan kala III.
Dasar
Subyektif : Ibu mengatakan perutnya
masih mules
Dasar
Obyektif :
1.
Keadaan umum ibu dan
bayi baik, kesadaran ibu composmentis.
2.
Bayi
lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
3.
Nilai
apgar bayi baru lahir pada 1 menit pertama yaitu 7.
B.
Masalah : Ketidaknyamanan
Dasar :
Ibu mengatakan perutnya mules.
Kebutuhan : Penjelasan tentang ketidaknyamanan yang
dialami.
IV.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
Tidak ada
V.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN
SEGERA
Mandiri :
Tidak ada
Kolaborasi : Tidak ada
Rujukan :
Tidak ada
VI.
RENCANA ASUHAN
1.
Jelaskan
pada ibu tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan.
2.
Jelaskan
tentang ketidaknyaman yang di alami.
3.
Berikan
dukungan moril pada ibu dan anjurkan keluarga untuk tetap menemani ibu.
4.
Periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak adanya bayi ke dua dalam uterus.
5.
Lakukan
Manajemen aktif kala III
VII.
PELAKSANAAN ASUHAN (pukul 16.41 wita)
1.
Menjelaskan pada ibu
bahwa proses persalinan berjalan dengan baik dan tinggal menunggu kelahiran
plasenta, di mana ibu akan merasakan perut mules karena proses kelahiran
plasenta tersebut. Menginformasikan pada ibu bahwa keadaan bayinya baik dan harus segera disusui yang
jugs akan membantu ibu mempercepat kelahiran plasenta serta mencegah terjadinya
perdarahan pada ibu.
2.
Menjelaskan
pada ibu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakannya merupakan hal yang normal karena rahim berkontraksi untuk
mengembalikan rahim ke bentuk semula
serta dapat mencegah terjadinya perdarahan.
3.
Memberikan dukungan
moril pada ibu dan menganjurkan keluarga untuk tetap menemani ibu.
4.
Penolong memeriksa
kembali uterus untuk memastikan tidak adanya bayi ke dua dalam uterus dan tidak
ada bayi ke dua.
5.
Melakukan manajemen
aktif kala III yaitu :
·
Penolong
memberitahu ibu bahwa akan di suntikan oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik. Penolong menyuntikan oksitosin 10 unit IM 1/3 paha atas bagian distal lateral segera
setelah bayi lahir
·
Penolong menjepit tali
pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Penolong mendorong isi pusat
bayi ke arah distal (ibu) menjepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari
klem pertama. Penolong memotong dan mengikatkan tali pusat, yaitu dengan satu
tangan penolong memegang tali pusat yang telah di jepit dan melakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Penolong mengikat tali
pusat dengan benang steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya. Penolong melepaskan klem dan masukan ke dalam
wadah yang telah di sediakan. Nilai APGAR SCORE
pada 5 menit kedua.
Tabel Penilaian APGAR SCORE 5 menit kedua.
5 menit kedua
|
Nilai
|
Kulit
merah,ekstremitas biru
|
1
|
≥100
x/menit
|
2
|
Menangis
kuat
|
2
|
Gerakan
aktif
|
2
|
Teratur
|
2
|
|
9
|
·
Posisikan bayi untuk
IMD yaitu dengan posisi tengkurap di dada ibu dimana kepala bayi berada di
antara payudara ibu. Kemudian selimuti bayi hingga menutup kepala bayi.
·
Penolong melakukan
peregangan tali pusat terkendali. penolong memindahkan klem pada tali pusat
hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. Penolong meletakan tangan kiri di atas kain pada perut ibu di
tepi atas simfisis untuk mendeteksi
adanya kontraksi, tangan kanan penolong memegang tali pusat. Setelah
berkontraksi penolong menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan kiri
mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso kranial) secara hati- hati
untuk mencegah inversion uteri. Tunggu tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu
semburan darah secara tiba-tiba, perubahan pada fundus, tali pusat terlihat
memanjang, meminta ibu meneran sedikit sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar dengan tempat tidur ke arah atas, mengikuti kurve jalan
lahir. Jika plasenta sudah tampak di vulva, penolong melahirkan plasenta secara hati-hati dengan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mencegah tertinggalnya selaput
plasenta. Setelah plasenta lahir semua, tangan kiri penolong melakukan masase
pada uterus 15 kali dan tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta.
·
Penolong memeriksa
plasenta setelah lahir apakah selaput korion, amnion dan kortiledonnya lengkap.
·
Penolong melakukan
masage untuk memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan, kemudian cek jumlah perdarahan. Ternyata perdarahan ± 100 cc.
VIII.
EVALUASI 12 februari (pukul 16.50 wita)
1.
Keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis.
2.
Plasenta lahir lengkap
(selaput korion, amnion dan kotiledonnya lengkap).
3.
TFU: 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
KALA IV (pukul 16.50 wita)
I.
PENGUMPULAN DATA DASAR
A.
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan sangat lelah dan kecapean
2. Ibu merasa sakit atau tidaknyaman
B.
Data Obyektif
1.
Keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis.
2.
Plasenta lahir lngkap (selaput
korion, amnion dan kotiledonnya lengkap).
3.
TFU: 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
II.
INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa
: P2A0H2, keadaan umum
ibu dan bayi baik dengan Kala IV
Dasar :
Data
subjektif : Tidak ada
Data
objektif :
-
Keadaan umum ibu baik,
kesadaran composmentis.
-
Plasenta lahir lengkap
(selaput korion, amnion dan kortiledonnya lengkap).
-
TFU: 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
Masalah : Ketidaknyamanan
Dasar : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Kebutuhan : Penjelasan
tentang ketidaknyamanan yang dialami.
III.
IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
POTENSIAL
Tidak ada
IV.
KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri :
Tidak ada.
Kolaborasi :
Tidak ada
Rujukan :
Tidak ada
V.
RENCANA ASUHAN
1.
Jelaskan
pada ibu tentang rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami
2.
Cek
robekan.
3.
Lakukan massage yang ke
dua
4.
Siapkan
alat heating
5.
Lakukan
heating
6.
Ajarkan ibu cara
massase sendiri
7.
Bersihkan
badan ibu dari cairan, darah, dan kotoran lainnya, mengganti kain dan pakaian dan pasang pembalut
8.
Antropometri Bayi
9.
Beri
bayi tetes mata antibiotic prolaksis
10. Injeksi
Vitamin K pada bayi
11.
Lakukan pengawasan kala IV
VI.
PELAKSANAAN ASUHAN 12 februari
(Pukul 16.50 Wita)
1.
Menjelaskan pada
ibu bahwa rasa mules yang dirasakan merupakan hal yang normal karena rahim
berkontraksi untuk mengembalikan rahim ke bentuk semula serta dapat mencegah
terjadinya perdarahan.
2.
Penolong mengecek adanya robekan jalan lahir, ternyata
tidak ada robekan jalan lahir.
3.
Melakukan
masasse yang ke dua yaitu menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan
bagian – bagian palmar jari sambil mengajarkan ibu masage sendiri agar
kontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan.
4.
Mengajarkan ibu
cara massase sendiri agar kontraksi uterus baik.
5.
Membersihkan
badan ibu dari cairan, darah dan kotoran lainnya, mengganti kain dan pakain ibu
yang kotor dengan yang bersih. Kemudian memasang pembalut
6.
Melakukan
penimbangan/pengukuran serta pemeriksaan fisik pada bayi, yaitu: BB: 3200
gr, PB: 50
cm, LIKA: 32 cm, LIDA: 31 cm, LILA: 11 cm, dan hasil pemeriksaan fisik bayi normal atau tidak
ada kelainan, anus (+).
7.
Memberi salep mata
antibiotic prolaksis.(oksitetrasiclin)
8.
Memberikan injeksi
vitamin K1 pada bayi dibagian paha kiri setelah lahir sebanyak 0,1 cc.
9.
Melakukan pengawasan kala IV yaitu mengobservasi
TD, N, S, RR, CUT, kandung kemih, pengeluaran darah dalam 1 jam pertama tiap 15 menit dan
1 jam ke 2 tiap 30 menit.
Tabel
pemantauan kala IV
Jam ke
|
Waktu
|
Tekanan darah
|
Nadi
|
Suhu
|
TFU
|
CUT
|
Kandung kemih
|
Perdarahan
|
1
|
17.05
17.20
17.35
17. 50
|
120/80
120/80
120/80
120/80
|
82
80
84
88
|
36,7
|
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
|
Baik
Baik
Baik
Baik
|
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong
|
|
2
|
18.20
18.50
|
120/80
120/80
|
88
88
|
36,5
|
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
|
Baik
Baik
|
Kosong
Kosong
|
± 50 cc
|
VII.
EVALUASI 12 februari (Pukul 18.50 Wita)
1.
Keadaan
umum ibu baik, kesadaran composmentis
2.
Masage
yang kedua sudah dilakukan
3.
Telah
dilakukan heating karena tidak ada
robekan jalan lahir.
4.
Bayi
telah ditimbang dengan BB: 3200 gr, PB: 50 cm, LIKA: 32 cm, LIDA: 31 cm,
LILA: 11 cm.
5.
Telah
diberikan salep mata pada bayi.
6.
Bayi
telah diinjeksi vitamin K pada paha kiri anterolateral.
7.
Telah
dilakukan pengawasan Kala IV di mana hasil yang diperoleh adalah k/u ibu baik, kesadaran composmetis, tekanan
darah: 120/80 mmHg, nadi:
88x/menit, suhu:
36,5oC, TFU dua jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong,
jumlah perdarahan ± 50 cc.
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama menjalani masa bersalin, ibu
mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi perubahan fisik
dimana terjadi perubahan yang merupakan proses lahirnya bayi sehingga apa yang
dirasakan oleh ibu sepertio sakit pinggang menjalar ke perut, keluarnya lendir
bercampur darah, pecahnya ketuban, dsb.
a.
Kala I :
Kala I pada ny”F” berlangsung sangat
cepat hanya I jam hal ini tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan dal;am
teori multigravida di katakan memerlikan waktu lebih cepat daripada
primigravida.
b.
Kala II
Dalam teori multigravida di katakan
membutuhkan waktu ± i jam namun di lapangan kami menemukan kala II pada
multigravida hanya berlangsung lima menit
c.
Kala III
Pada kala III sesuai dengan teori yaitu
berlangsung 5-15 menit pada ny “F” dan pada ny “F” berlangsung 10 menit
d.
Kala IV
Pemantauan 2 jam post partum
berlangsung secara normal kami mendapatkan kontraksi uterus baik, TFU 2 jari
bawah pusat, nadi dan tekanan darah ibu normal serta jumlah perdarahan sampai
akhir evaluasi ± 50 cc.
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
a.
Adapun tujuan
asuhan masa bersalin untuk tercapainya inpartu normal dan untuk deteksi awal
adanya komplikasi pada ibu dan bayi
b.
Dalam mengkaji
kesehatan ibu bersalin dilakukan melalui 7 langkah varney yaitu : pengumpulan
data, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa masalah potensial,
identifikasi kebutuhan segera, rencana asuhan menyeluruh, pelaksanaan, evaluasi
dan dokumentasi.
B.
SARAN
1.
Bagi Mahasiswa,
diharapkan dalam melakukan observasi masa bersalin dan dipantau secara seksama
keadaan TTV, TFU, kontraksi uterus dan DJJ.
2.
Bagi para bidan,
agar dapat memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
3.
Untuk lahan
praktik, agar dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Simpkin, P. &
ancheta, R. (2000). The labor progress handbook. Blackwell science. Oxpord.
Baston, H. 2001.
blood pressure measurement : midwifery
basic. The practicing midwifery, 19-20.
Varney. 1997. Varney’s Midwifery . Jones and Bartllet Publisher. Sudbury.
Massachustts : USA.
Bennet,V.R
dan Brown,L.K, 1996, myles text book for midwifes, edisi 12, churcil
livingstone, London.
PUSDIKNAKES, WHO, JHPIEGO.
2003. Asuhan Kebidanan Postpartum.
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Huliana,
Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara. UK
Wiknjosastro,
Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan
Bina Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar