ISI SURVEI SINGKAT DI BAYAR!! http://www.indosurvei.com/exostan

Selasa, 01 Juli 2014

OBSERVASI INC PLK II

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan proses fisiologis yang memungkinkan serangkain perubahan besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jala lahir. Persalinan didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontaksi rahim teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.
Peran dari penolong persalinan adalah selain menangani persalinan yang normal tetapi  jugamengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila di ambil keputusan untuk melakukan campur tangan, hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Setiap campur tangan bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus. Penanganan yang bagus dapat berupa “observasi yang cermat”. Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses persalinan.
Oleh karena itu, profesi bidan bukanlah profesi yang mengemban tugas ringan. Profesionalisme, kerja keras dan kesungguhan akan memberikan kekuatan dan modal utama bagi pengabdian profesi bidan karena bidan akan melaksanakan pelayanan dan asuhan yang komprehensip kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat. Bidan merupakan profesional yang terampil dan dipersyaratkan untuk menggunakan rentang keterampilan yang luas dalam suatu lingkungan yang fleksibel.
Pembelajaran di lahan  praktek merupakan suatu  rangkaian proses aplikasi pembelajaran dari teori yang telah didapat dari institusi sehingga menambah wawasan dan pengalaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat pada nantinya serta memberikan pengalaman nyata.
Berdasarkan atas teori dan praktik yang sudah didapat saya mencoba mengaplikasikan dalam praktik asuhan kebidanan di lahan yaitu keterampilan asuhan persalinan normal pada Ny. “F”.
1.2. TUJUAN
1.2.1.    Tujuan Umum
1.    Mengaplikasikan teori dan praktik yang didapat dari instuti pendidikan ke lahan praktek sehingga lebih mengerti dan memahami.
2.    Mampu  memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan teori dan praktik yang diterima.
3.    Mengetahui kesenjangan antara teori dengan kasus yang didapat dilahan praktik.
4.      Memberikan pelayanan yang komprehensip bagi pasien.
1.2.2.     Tujuan Khusus
1.    Melakukan pengkajian data pada Ny.  “F” dengan persalinan normal.
2.    Menginterpretasikan data dasar pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
3.    Mengidentifikasi masalah potensial pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
4.    Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
5.    Menyusun rencana asuhan pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
6.    Melaksanakan rencana asuhan pada Ny. “F” dengan persalinan normal.
7.    Melakukan evaluasi hasil pelaksanaan tindakan pada Ny. “F” dengan persalinan normal.




1.3.   Manfaat

1.3.1.Bagi Mahasiswa
1.      Mendapat gambaran dan pengalaman secara nyata tentang penerapan proses asuhan kebidanan komprehensif terhadap klien dengan persalinan normal puskesmas meninting
2.      Melatih keterampilan asuhn persalinan normal
3.      Dapat mengoptimalkan evaluasi serta kemampuan mahasiswa dan mengaplikasikan teori dan keterampilan yang dimilki sesuai dengan standar kompetensi
4.      Mengenal tingkat kemampuan-kemampuan diri sesuai dengan tujuan dan kompetensi pendidikan kebidanan yang ditetapkan
5.       Memenuhi salah satu pencapaian target semester III program Diploma III akademi kebidanan Stikes Yarsi Mataram.
1.3.1  Bagi Pembimbing
Dapat memberikan bimbingan pada mahasiswa tentang perkembangan pengetahuan baik yang menyangkut di pendidikan ataupun di lahan prektek.

1.3.2  Bagi Puskesmas
    • Memberikan fasilitas kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kematian dan kesakitan ibu.
    • Bidan di puskesmas dapat memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.

1.3.3  Bagi Ibu
Agar mendapatkan pelayanan kebidanan secara menyeluruh sehingga persalinan yang aman dan nyaman berjalan dengan lancar.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Konsep Dasar Persalinan

2.1.1.Pengertian
1.      Persalinan merupakan proses fisiologis normal yang diawali oleh kontraksi dengan frekuensi lama serta nyeri yang meningkat, yang memungkinkan pendataran dan pembukaan servik, sehingga janin dapat melintas melewati jalan lahir dan selamat dilahirkan
(Atlas tehnik kebidanan, 2002. hal. 21).
2.      Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
(Saifuddin, AB. 2002, hal. 100).
3.      Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi  belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Saifuddin, AB. 2002, hal. 100).
4.      Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia   kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada persalinan normal dapat berubah menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu dan janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin proses persalinan. (Saifuddin, AB. 2002, hal. 450).
5.      Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Obstetri fisiologi, Universitas Padjajaran Bandung).
6.      Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar.
7.      Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu sendiri.
(Standar Pelayanan Medik SMF Obstetri dan Ginekologik RSU Mataram,2001, hal:41)

Persalinan Berdasarkan Teknik :
a.       Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir
b.      Persalinan Buatan
Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya : extracsi denga forceps, atau dilakukan operasi Section Caesare
c.       Persalinan Anjuran
Persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak mulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
Persalinan Berdasarkan Umur Kehamilan
a.       Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 25 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b.      Partus Immaturu : Pengeluaran buah kehamilan antara 25 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
c.       Partus Prematurus : Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 4000 gram dan 2499 gram.
d.      Partus Maturs atau Aterm : Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu dengan berat badan bayi diatas 2500 gram
e.       Partus Postmaturus (serotinus) : Pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yang ditafsirkan.
(Asuhan Kebidanan II, Persalinan 2009)

2.1.2.Etiologi
Sampai sekarang sebab-sebab mulai timbulnya persalinan tidak diketahui dengan jelas, banyak teori yang dikemukakan, namun masing-masing teori ini mempunyai kelemahan-kelemahan. Beberapa teori timbulnya persalinan
a.       Penurunan Kadar Progesteron
Pada 1-2 rninggu sebelum persalinan mulai teriadi penurunan kadar horrnone estrogeii dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahirn dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi rahim bila kadar progesterone menurun.
b.      Teori oxitosin
Pada akhir kehamilan,otot uterus peka terhadap pengaruh oxitocin, pada akhir kehamilan kadar oxitosin meningkat sehingga uterus teransang timbullah kontraksi –kontraksi rahim.
c.       Teori placenta menjadi tua
Dengan semakin tuanya placenta, akan menyababkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
d.      Teori distensi rahim / Teori keregangan rahim
Uterus dapat dikatakan sebagai suatu kantong yang bila dipompa dan diberikan tekanan sampai batas tertentu sampai akhirnya kehamilan uterus sangat tegang sehinnga berkontraksi timbullah kontaksi rahim untuk mengeluarkan isinya
e.       Teori iritasi mekanik.
Di belakang serviks, terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan. Misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi rahim.
f.       Induksi partus
Dengan jalan gagang laminaria, amniotomi, oksitosin drip dan seksio caesarea. (Mochtar, 1998).
Sedangkan menurut (Wiknjosastro, 2005 hal 181) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah :
1.      Penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone
2.      Pengaruh prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin, yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu-ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3.      Struktur uterus
4.      Sirkulasi uterus
5.      Pengaruh saraf dan nutrisi.

2.1.3.Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot – otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi myometrium. Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot – otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta  berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabbkan uterus berkontraksi. (Wiknjosastro, 2005 hal 181) 
2.1.4.Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1.      Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan oleh his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :
a.       His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
b.      Penipisan dan pembukaan serviks
c.       Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
Kala I dibagi dalam 2 fase:
a.      Fase laten
Ø  Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaaan serviks secara bertahap.
Ø  Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm
Ø  Pada umumnya,fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Ø  Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih di antara 20-30 detik
(Asuhan persalinan normal, 2007)

Prosedur dan diagnostik :

Untuk menentukan apakah persalinan sudah pada waktunya: (Saifuddin AB. Buku acuan nasional pelayanan maternal dan neonatal.2002) maka:
1)      Tanyakan riwayat persalinan :
Permulaan timbulnya kontraksi; pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban; riwayat kehamilan; riwayat medik; riwayat social; terakhir kali makan dan minum; masalah yang pernah ada
2)      Pemeriksaan Umum :
Tanda vital, BB, TB, Oedema; kondisi puting susu; kandung kemih.
3)      Pemeriksaan Abdomen :
Bekas luka operasi; tinggi fundus uteri; kontraksi; penurunan kepala; letak janin; besar janin; denyut jantung janin.
4)      Pemeriksaan vagina :
Pembukaan dan penipisan serviks; selaput ketuban penurunan dan molase; anggota tubuh janin  yang sudah teraba.
5)      Pemeriksaan Penunjang :
Urine: warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain; darah: Hb, BT/CT, dan lain-lain.
6)      Perubahan psikososial
Perubahan prilaku; tingkat energi; kebutuhan dan dukungan.

b.      Fase aktif
Ø  Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Ø  Dari pembukaan 4cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm/jam (nulipara/primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).
Ø  Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(Asuhan persalinan normal, 2007)

Pemantauan Kala 1 Fase Aktif Persalinan :

Penggunaan Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a.       Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b.      Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama.
Halaman depan partograf  untuk mencatat atau memantau :
1)      Kesejahteraan janin
Denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam).
2)      Kemajuan persalinan
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam).
3)      Kesejahteraan ibu
Nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum.

2.      Kala II (Kala Pengeluaran)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Wanita merasa hendak buang air besar karena tekanan pada rektum. Perinium menonjol dan menjadi besar karena anus membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak pada vulva pada waktu his.
Pada primigravida kala II berlangsung 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam.

Tanda dan Gejala Kala II :
a.       Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b.      Perineum terlihat menonjol.
c.       Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
d.      Ibu meraakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
e.       Vulva-vagina dan sfingkter ani terlihat emmbuka.
f.       Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
3.      Kala III (Kala uri)
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban (Wiknjosastro, 2002).
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai dengan lahirnya placenta (± 30 menit). Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri sepusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan plasenta keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (dorsokranial).
Penatalaksanaan aktif pada kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pascapersalinan.
Tanda – Tanda Pelepasan Plasenta :
o   Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
o   Tali pusat memanjang
o   Semburan darah tiba – tiba

Manejemen aktif kala III :

Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, serta mencegah terjadinya retensio plasenta

Tiga langkah manajemen aktif kala III :
1.      Berikan oksitosin 10 unit IM dalam waktu dua menit setelah bayi lahir, dan setelah dipastikan kehamilan tunggal.
2.      Lakukan peregangan tali pusat terkendali
3.      Segera lakukan massage pada fundus uteri setelah plasenta lahir.
4.      Kala IV (2 jam post partum)
Setelah plasenta lahir, kontraksi rahim tetap kuat dengan amplitudo 60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup rapat  dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah post partum. Kekuatan his dapat dirasakan ibu saat menyusui bayinya karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise posterior (Manuaba, 1998).
Tanda dan gejala kala IV : bayi dan plasenta telah lahir, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat.
Selama 2 Jam Pertama Pascapersalinan :
Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV. Jika ada temua yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
Lamanya persalinan pada primigravida dan multigravida :

Primigravida
Multigravida
Kala I
10 – 12 jam
6-8 jam
Kala II
1-1,5 jam
0,5-1 jam
Kala III
10 menit
10 menit
Kala IV
2 jam
2 jam
Jumlah (tanpa memasukkan kala IV yang bersifat observasi)
12-14 jam
8-10  jam
2.1.5.Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
1.      Power : His dan tenaga mengejan
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot–otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament.
a.      His (kontraksi uterus)
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang di mulai dari daerah fundus uteri dimana tuba falopi memasuki dinding uterus, awal gelombang tersebut didapat dari “pacemaker” yang terdapat dari dinding uterus daerah tersebut.
Pada waktu kontraksi, otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna memiliki sifat :
-        Kontraksi simetris
-        Fundus dominan
-        Relaksasi
Pada waktu berkontraksi, otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi menebal dan lebih pendek. Kafum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong amnion ke arah segmen bawah rahim dan cervik.
His memiliki sifat :
-        Involutir
-        Intermiten
-        Terasa sakit
-        Terkoordinasi
-        Serta kadang dipengaruhi oleh fisik, kimia, psikis.
Perubahan – perubahan akibat his:
-        Pada uterus dan servik : uterus teraba keras / padat karena˜ kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauteri naik serta menyebabkan servik menjadi mendatar (affecement) dan terbuka (dilatasi).
-        Pada ibu : rasa nyeri karena iskemia rahim dan˜ kontraksi uterus. Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
-        Pada janin : pertukaran oksigen pada sirkulasi utero – plasenta kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat kurang jelas didengar krena adanya iskemia fisiologis, jika benar- benar terjadi hipoksia janin yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas 160 per menit, tidak teratur.
Pembagian dan sifatnya :
-        His palsu atau pendahuluan: His tidak kuat, tidak teratur, Dilatasi servik tidak terjadi.
-        His pembukaan kala I: His pembukaan servik sampai terjadi pembukaan lengkap 10, mulai makin teratur dan sakit.
-        His pengeluaran atau his mengejan (kala II): Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama, his untuk mengeluarkan janin koordinasi bersama antara : his kontraksi otot perut, kontraksi diafragma dan ligament
-        His pelepasan uri (kala III): Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
-        His pengiring (kala IV): Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang) pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.
b.      Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir) dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan lancer, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan mendorong bayi cepat keluar.
Yang pegang kendali atau yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mebgejan sekuat mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan mengejan sekuat mungkin. Bila ibu mengikuti instruksi dengan baik, pecahnya pembuluh darah disekitar mata dan wajah bias dihindari. Begitu juga resiko berkurangnya suplai oksigen kejanin
Yang harus dilakukan :
Mulai trimester dua sempatkan mengikuti senam hamil. Ini akan sangat membantu dalam melemaskan otot panggul, menguatkan nafas, mengejan, dan sebagainya yang amat diperlukan saat persalinan tiba
Usahakan jangan tegang, tetapi tetaplah relaks dengan melemaskan seluruh otot tubuh. Ketegangan hanya akan menyulitkan di saat ibu harus mengejan.
Jangan panik. Ikuti saja instruksi dengan baik. Kepanikan hanya akan membuat segalanya kacau karena dorongan jadi tidak teratur sementara tenaga terhambur sia-sia dan tidak efisien karena bayi malah jadi lebih susah lahir.
Harus disesar bila :
Meski sangat ingin ,banyak ibu hamil yang tidak bisa menjalani persalinan normal hingga harus di bantu dengan operasi sesar. Ada beberapa alas an medis yang membuat ibu terpaksa menjalani operasi sesar.
Kelainan Power
Sangat mungkin ibu hamil tidak memiliki cukup power untuk mengejan. Ini biasanya dialami oleh ibu-ibu hamil yang sakit jantung atau asma yang membuat kemampuan mengejannya sedemikian lemah. Bisa juga akibat pengaruh dari penyakit lain.

2.      Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir dibagi atas :
-        Bagian keras tulang – tulang panggul ( rangka panggul )
-        Bagian lunak : otot –otot, jaringan – jaringan, ligamen – ligament.
Ukuran ukuran panggul:
a.       Alat pengukur ukuran panggul :
Pita meter jangka panggul : martin, oseander, Collin, dan baudelokue pelvimetri klinis dengan periksa dalam pelvimetri rongenologis
b.      Ukuran – ukuran panggul :
-        Distansia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior 24 -26 cm
-        Distansia kristarum : jarak antara kedua Krista iliaka kanan dan kiri 28 -30 cm
-        Konjungata eksterna : 18 -20 cm
-        Lingkaran panggul :80 -100 cm
-        Conjugate diagonalis : 12,5 cm
-        Distansia tuberum : 10,5 cm
c.       Ukuran dalam panggul :
·         Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang di bentuk oleh promontorim, linea innuminata dan pinggir atas simpisis pubis.
-        Konjugata vera : dengan periksa dalam di peroleh konjugata diagonalis 10,5-11 cm
-        Konjugata tranversa : 12-13 cm
-        Konjugata oblingua : 13 cm
-        Konjugata obstetrika adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium

·         Ruang tengah panggul :
-        Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
-        Bidang tersempit ukurannya 11,5 x 11 cm
-        Jarak antara spina isciadika 11 cm
·         Pintu bawah panggul(outlet) :
-        Ukuran anterior-posterior 10-12 cm
-        Ukuran melintang 10,5 cm
-        Arcus pubis membentuk sudut 90o lebih, padalaki-laki kurang dari 80o.

3.      Passanger
Passenger terdiri dari:
a.      Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetic dan kebiasaan ibu yang buruk dapat manjadikan pertumbuhannya tidak normal antara lain :
-        Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus, hidrosefalus, janin makrosomia
-        Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi muka, presentasi dahi dan kelainan oksiput
-        Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala tali pusat)
Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut
-        Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir, maka bagian lainnya lebih mudah lahir
-        Persendian kepala terbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam
-        Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan fleksi untuk putaran paksi dalam.
Setelah persalinan kepala, badan janin tidak akan mengalami kesulitan. Pada beberapa kasus dengan anak yang besar pada ibu dengan diabetes militus terjadi kemungkinan kegagalan persalinan bahu. Persalinan bahu yang berat cukup berbahaya karena dapat terjadi asfeksia.
Persendian leher yang masih lemah dapat merusak pusat-pusat vital janin yang berakibat fatal.
Pada letak sungsang dengan mekanisme persalinan kepala dapat mengalami kesulitan karena persalinan kepala terbatas dengan waktu sekitar 8 menit dan tulang dasarkepala tidak memiliki mekanisme moulase, yang dapat memperkecil volume tanpa merusak jaringan otak. Dengan demikian persalinan kapala dalam letak sungsang atau fersi ekstrasi letak intang harus dipertimbangkan agar tidak menimbulkan morbiditas yang lebih tinggi. Berbagai posisi kepala janin dalam ondisi defleksi dengan lingkaran yang melalui jalan lahir brtambah panjang sehingga menimbulkan persoalan baru. Kedudukan rangkap yang paling berbahaya adalah antara kepala dan tali pusat, sehingga makin turun kepala makin terjepit tali pusat, menyebabkan asfeksia sampai kematian janin dalam rahim.
b.      Plasenta
Plasenta terbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15-20 cm tebal 2-3 cm, berat 500-600 gram.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta adalah
-        Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan alat dengan dinding yang tebal sedangkan rongga rahim hamper tidak ada. Fundus uteri terdapat sedikit dibawah pusat, karena pengecilan rahim yang tiba-tiba ini tempat perlekatan plasenta jika sangat mengecil. Plasenta sendiri harus mengikuti pengecilan ini hingga menjadi dua kali setebal pada permulaan persalinan dank arena pengecilan tempat melekatnya plasenta dengan kuat, maka plasenta juga berlipat-lipat dan ada bagian-bagian yang terlepas dari dinding rahim karena tak dapat mengkuti pengecilan dari dasarnya.
Pelepasan plasenta ini terjadi dalam stratum spongeosum yang sangat banyak lubang-lubangnya.jadi secara singakat factor yang sangat penting dalam pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi otot-otot rahim setelah anak lahir.
-        Ditempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desiduabasalis dank arena hematoma ini membesar, maka seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga didaerah pelepasan.
Plasenta biasanya terlepas dalam 4-5 menit setelah anak lahir, mungkin pelepasan setelah anak lahir. Juga selaput janin menebal dan berlipat-lipat karena pengecilan dinding rahim. Oleh kontraksi dan retraksi rahim terlepas dan sebagian karena tarikan waktu plasenta lahir.
c.       Air ketuban
Sebagai cairan pelindung dalam pertumbuhan dan perkembangan janin, Air ketuban berfungsi sebagai ‘bantalan’untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. Tak hanya itu saja, air ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi,menstabilkan perubahan suhu, dan menjadi sarana yang memungkinkan janin bergerak bebas.
Seiring dengan pertambahan usia kehamilan, aktifitas organ tubuh janin juga mempengaruhi cairan ketuban. Saat usia kehamilan mulai memasuki 25 minggu, rata-rata air ketuban didalam rahim 239 ml, yang kemudian meningkat menjadi 984 ml pad usia kehamilan 33 minggu.
Kelebihan air ketuban dapat berdampak pada kondisi janin. Untuk menjaga kestabilan air ketuban,bayi meminum air ketuban didalam tubuh ibunya dan kemudian mengeluarkan nya dalam bentuk kencing. Jadi jika terdapat volume air ketuban yang berlebih, diprediksi terdapat gangguan pencernaan atau gangguan pada saluran pembuangan sang bayi yang ditandai dengan kencingnya yang tidak normal.
Kekurangan cairan ketuban bias disebabkan berbagai hal, diantaranya menurunnya fungsi plasenta akibat kehamilan yang melebihi waktu, ketuban yang bocor atau kelainan janin yang berhubungan dengan penyumbatan kandung kemih.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban pad setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban terjadi pada kehamilan 24 atau 44 minggu. Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui dengan pasti.
Beberapa factor yang mempermudah terjadinya ketuban pecah dini :
-        Infeksi, contohnya korioamonitis
-        Trauma, contoh:amniosentesis,pemeriksaan panggul,atau koitus.
-        Inkompeten serviks.
-        Kelainan letak atau presentase janin.
-        Peningkatan tekanan intrauterine, contoh: kehamilan ganda dan hidramnion.
Diagnosis ketuban pecah dini :
-        Keluarnya cairan jernih dari vagina.
-        Inspekulo : keluar cairan dari orivisium utero eksterna saat fundus uteri ditekan atau digerakkan.
-        Adannya perubahan kertas lakmus merah ( nitrazin merah ) menjadi biru.
-        Periksa dalam vagina : ketuban negative.
Pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini :
-        USG
-        Leukosit dan suhu badan ( 37,5 derajat celcius ) untuk menilai adanya infeksi ( leukositosis ).
-        Pemantauan kesejahteraan janin.
-        Pemeriksaan labolatorium, contoh : TORCH

4.      Personality (kepribadian)
Yang diperhatikan kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses kehamilan

5.      Provider (penolong)
Dokter atau bidan yang merupakan tenaga terlatih dalam bidang kesehatan . (Wiknjosastro, 2005)

2.1.6.Mekanisme persalinan
1)      Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
2)      Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a.       Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira – kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira – kira 38 minggu, kadang – kadang baru pada permulaan partus. (Wiknjosastro, 2005, Hal. 129). Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah – olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong..
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis:
·         Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser mendekati promontorium.
·         Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati symphisis.
P-32 Turun Kep 1

b.      Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor – factor yng mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri padabokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi badan janin.
c.       Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil à suboksipito bregmatikus (9,5 cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.
P-33 Turun Kep 2

d.      Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.
P-32 Turun Kep 1 P-34 Turun Kep 3
UUK memutar kedepan kebawah symfisis bersama dengan majunya kepala. Ini terjadi bila kepala sudah sampai di Hodge III.
e.       Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
P-34 Turun Kep 3P-35 Turun Kep 4P-35 Turun kep 4a

f.       Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikan kembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi).
P-35 Turun Kep 4  P-36 Turun Kep 5
Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangka torsi pada leher yangt terjadi karena putaran paksi dalam. Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadhikum. Gerakan ini disebabkan karena ukuran bahu(diameter bisacromial) menempatkan diri dalam diameter  antroposterior dari pintu bawah panggul.






g.      Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi. 
P-37 turun Kep 6 P-38 Turun Kep 7

Setelah putaran paksi luar, bahu depan bayi sampaii kebawah symfisis dan menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian disusul bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Kala III (Pengeluaran Uri )
Cara plasenta terlepas
1)      Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
2)      Semburan darah tiba-tiba
3)      Fundus berkontraksi sehingga berbentuk bulat keras
P-40 Kala III SchultzP-41 Kala III  Duncan
Kala IV
Kala IV ialah masa 1 jam setelah pelacenta lahir.
Dalam kala IV ini pasien masih membutuhkan pengawasan yang intensif untuk mencegah perdarahan dan antimia uteri. Maka dalam kala IV pasien belum bisa dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh ditinggalkan oleh bidan.
Yang perlu diawasi selama 2 jam post partum adalah 1 jam pertama yang dipantau setiap 15 menit seperti : tekanan darah, nadi, suhu (setiap 1 jam), TFU, kandung kemih dan, perdarahan. Untuk 1 jam ke dua yang dipantau setiap30 menit yaitu :  tekanan darah, nadi, suhu (setiap 1 jam), TFU, kandung kemih dan, perdarahan.
(Obstetei Fisiologi, Pajajaran)

2.1.7.Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala persalinan yaitu :
Kala I
1)      His sudah teratur dan frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
2)      Penipisan dan pembukaan servik
3)      Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah.
Kala II
1)      Ibu ingin meneran/mengejan
2)      Perineum menonjol
3)      Vulva dan anus membuka
4)      Meningkatnya pengeluaran lendir
5)      Kepala telah turun pada dasar panggul
Kala III
1)      Tali pusat memanjang, terasa adanya pelepasan plasenta
2)      Semburan darah tiba-tiba
Kala IV
Tingginya fundus uteri sepusat atau 1 jari dibawah pusat
(Asuhan Persalinan Normal, 2002 hal : 3-2)

2.1.8.Prosedur Diagnostik
Untuk menentukan persalinan sudah pada waktunya adalah :
(Saifuddin, AB. 2002 hal : 106)
1)      Tanyakan :
a)      Permulaan timbulnya kontraksi
b)      Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban
c)      Riwayat kehamilan
d)     Riwayat medik
e)      Riwayat sosial
f)       Terakhir kali makan dan minum
g)      Masalah yang pernah ada
2)      Pemeriksaan Umum :
a)      Tanda vital, BB, TB. Oedema
b)      Kondisi puting susu
c)      Kandung kemih
3)      Pemeriksaan Abdomen :
a)      Bekas luka operasi
b)      Tinggi Fundus Uteri
c)      Kontraksi
d)     Penurunan Kepala
e)      Letak janin
f)       Besar janin
g)      Denyut jantung janin
4)      Pemeriksaan vagina :
a)      Pembukaan dan penipisan servik
b)      Selaput ketuban penurunan dan molase
c)      Anggota tubuh janin yang sudah teraba
5)      Pemeriksaan Penunjang :
a)      Urine      : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
b)      Darah     : Hb, BT/CT, dan lain-lain.

2.1.9.Asuhan dalam persalinan
Tujuan Asuhan Persalinan :
Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Asuhan persalinan normal, 2004, hal. 133)

Kala I
1)        Memberikan dorongan emosional
Anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama proses persalinan
2)        Membantu pengaturan posisi
Anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berdiri, berjalan-jalan, duduk, jongkok, berbaring miring, merangkak dapat membantu turunnya kepala bayi dan sering juga mempersingkat waktu persalinan
3)        Memberikan cairan / nutrisi
Makanan ringan dan cairan yang cukup selama persalinan memberikan lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi. Apabila dehidrasi terjadi dapat  memperlambat atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.
4)        Keleluasaan ke kamar mandi secara teratur
Ibu harus berkemih paling sedikit setiap 2 jam atau lebih sering jika ibu ingin berkemih. Jika kandung kemih penuh dapat mengakibatkan :
a)        Memperlambat penurunan bagian terendah janin dan mungkin menyebabkan partus macet
b)        Menyebabkan ibu merasa tidak nyaman
c)        Meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
d)       Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
e)        Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
5)        Pencegahan infeksi
Pencegahan infeksi sangat penting dalam penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan ketrampilan menjelaskan prosedur pencegahan infeksi yang baik melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi
6)        Pantau kesejahteraan ibu dan janin serta kemajuan persalinan sesuai partograf
(Asuhan Persalinan Normal, 2004, hal : 2-5)

Kala II
1)        Berikan terus dukungan pada ibu
2)        Menjaga kebersihan ibu
3)        Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
4)        Mengatur posisi ibu
5)        Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
6)        Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
7)        Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil nafas diantara kontraksi
8)        Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
9)        Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
10)    Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
11)    Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
12)    Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
13)    Periksa adanya lilitan tali pusat
14)    Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
15)    Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
16)    Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu anterior lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
17)    Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan yang lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir.
18)    Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya (Score APGAR) dalam menit pertama

Kala III
1)        Pastikan tidak ada bayi yang kedua
2)        Berikan oksitosin 10 IU dalam segera setelah bayi lahir.
3)        Lakukan pemotongan tali pusat
4)        Pastikan bayi tetap hangat
5)        Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali pusat sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus.
6)        Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak divulva lalu tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan lahir
7)        Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri untuk menimbulkan kontraksi
8)        Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
9)        Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga perineum. Lakukan perbaikan/penjahitan jika diperlukan

Kala IV
1)        Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
2)        Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
3)        Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
4)        Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
5)        Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
a)         Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
b)        Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
6)        Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama

2.1.10.  Prognosa dan Komplikasi
a.       Prognosa
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinannormal, namun sekitar 10-15% diantaranya mengalami masalah selama proses persalinan dan kadang-kadang sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi. (Waspodo D, 2002)
b.      Komplikasi
·         Distosia atau persalinan yang sulit akibat dari :
Ø Kelainan tenaga atau his
Ø Kelainan janin (kelainan dalam letak atau bentuk janin)
Ø Kelainan jalan lahir
·         Perdarahan saat dan setelah persalinan
·         Retensio plasenta
·         Inversio uteri
·         Perlukaan vulva, vagina dan serviks
·         Ruptura uteri
·         Emboli air ketuban
·         Hematoma obstetric
(Hanifa Winkjosastro,2002)

18 Penapisan Persalinan :
1)      Riwayat bedah sesar
2)      Perdarahan pervagina
3)             Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4)      ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam)
5)      Ketuban pecah disertai dengan mekanium yang kental
6)      Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan usia kehamilan kurang dari 7 minggu
7)      Ikterus
8)      Anemia berat
9)      Tanda/gejala infeksi
10)  Preklamsi/hipertensi dalam kehamilan.
11)  TFU 40 atau lebih
12)  Gawat janin
13)  Primi dalam fase aktif kala I persalinan dalam kepala janin masih 5/5.
14)  Persentase bukan belakang kepala
15)  Presentase ganda (majemuk)
16)  Kehamilan ganda atau gemili
17)  Tali pusat menumbung
18)  Syok
(Asuhan persalinan normal, 2007).

2.2  Konsep Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

PROSES PENATALAKSANAAN KEBIDANAN TERDIRI DARI 7 LANGKAH
1.      Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
2.      Mengidentifikasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa / masalah
3.      Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
4.      Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi pasien.
5.      Menyusun rencana asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6.      Penatalaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7.      Mengevaluasi keaktifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

Berdasarkan langkah-langkah tersebut berarti proses manajemen kebidanan merupakan langkah yang sistematis. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis, rasional, dan efektif, terhindar dari tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik bagi klien. Penjelasan dari setiap langkah yang dirumuskan oleh Varney.

Langkah I
Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dikomunikasikan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Tahap ini merupakan langkah awal yang menentukan langkah selanjutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak pada langkah selanjutnya, dalam pendekatan ini harus komperhensif dapat meliputi dua data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya.



Langkah II
Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
Data yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga kita dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya  digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai hasil pengkajian.

Langkah III
Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya

Pada langkah ini bidan melakukan identifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasikan langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa/masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini peting sekali dalam melakukan asuhan kebidanan yang aman.

Contoh:
Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran perut yang berlebihan tersebut misalnya polyhidramnion. Besar pada kehamilan, ibu dengan diabetes atau kehamilan kembar.
Pada persalinan bayi besar besar bidan sebaiknya juga mengantisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan resustasi.
Persiapan yang sederhana adalah anamnese dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika terjadi infeksi saluran kencing.
Pada langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah/ diagnosa potensial tidak terjadi.

Langkah ke IV
Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera, Untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Pasien

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama-sama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan, jadi manajemen kebidanan bukan hanya selama asuhan primer periodic atau kunjungan prenatal, tatapi juga selama  wanita tersebut bersama bidan terus menerus misal pada persalinan.
Pada langkah ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang tepat dalam manajemen asuhan klien.
Dalam melakukan tindakan segera harus sesuai dengan perioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi masalah/diagnosa potensial pada langkah sebelumnya bidan juga harus mampu merumuskan tindakan segera/emergensi yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.




Langkah ke V
Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan tidak hanya meliputi yang sudah teridentifikasi dari  kondisi klien atau setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan tentang sosial ekonomi atau psikologi (yang mencakup semua aspek kesehatan). Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan harus rasional dan benar-benar valid berdasarka teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan oleh klien.

Langkah VI
Pelaksanaan Asuhan yaang Efisien dan Menyeluruh

Pada langkah ini asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh seluruh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misanya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang  mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.manajemen yang efisien akan menyangkut waktu biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Langkah VII
Evaluasi

Pada langkah ini melakukan evaluasi efektif dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan dan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaan.
Ada kemungkinan bahwasebagian tindakan efektif sedangkan sebagian lagi tidak efektif. Mengingat proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melaluimanajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakuakn penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.


















BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “F
DENGAN PERSALINAN NORMAL
DI PUSKESMAS KARANG TALIWANG
TANGGAL 12  FEBRUARI 2012


I.     PENGKAJIAN DATA DASAR
Hari/Tanggal pengkajian       : Minggu, 12 Februari 2012
Waktu pengkajian                 : 16.30 WITA                         
Tempat                                  : Puskesmas Karang Taliwang

A.       DATA SUBYEKTIF
1.   
Nama istri        : Ny.“F”                                          
Umur               : 27 tahun
Agama             : Islam
Suku/Bangsa   : Sasak/Indonesia
Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         : Tidak bekerja
 
Nama Suami    : TnS
Umur               : 25 tahun
Agama             : Islam
Suku/Bangsa   : Sasak/Indonesia
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : Wiraswasta
 
Identitas





                                                                           
Alamat            : Batu Layar
  
Tanggal masuk :  12-02- 2012, pukul: 16.25 wita.

2.      Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan, mengeluh sakit pingang menjalar ke perut bagian bawah. Ada pengeluaran lendir bercampur darah, gerakan janin masih dirasakan.


3.      Riwayat Perjalanan Keluhan Utama
Ibu hamil 9 bulan mengatakan sakit pinggang menjalar keperut sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 06.00 wita disertai pengeluaran lendir campur darah dan air ketuban pecah pukul 16.20 wita warna jernih, pergerakan janin masih dirasakan aktif sampai sekarang.

4.      Riwayat Kehamilan Sekarang
Hamil
HPHT
HTP
Umur kehamilan
Imunisasi TT
TT1
TT2
ANC
Tanda bahaya / penyulit
Obat yang dikonsumsi
Riwayat KB
Rencana KB
:      Kedua
:      16-05-2011
:      23-02-2012
:      ibu mengatakan hamil 9 bulan
:      2x (lengkap)
:      21-07-2011
:      24-08-2011
:      9x di Puskesmas
:      tidak ada
:   Tablet darah (Fe)
:    Suntik 3 bulan
:    Suntik 3 bulan


5.      Riwayat Menstruasi
·         Menarche                    : 14 tahun
·         Siklus                          : 28 hari
·         Jumlah                         : 2x ganti pembalut / hari
·         Lama                           : 7 hari
·         Flour albus                  : Tidak ada
·         Disminorhea                : Tidak ada



6.         Riwayat Persalinan Serta Nifas Yang Lalu
Hamil ke
Tempat Persalinan
Umur Kehamilan
Jenis Persalinan
Penolong Persalinan
Riwayat Penyakit
JK
BBL (gr)
Umur
Ket.
Hamil
Bersalin
Nifas
I
ini
Puskesmas
-
9bln
-
normal
-
Bidan
-
-
-
-
-
-
-
-
3200
-
3 thn
-
Hidup
-



7.      Riwayat Kesehatan/ Penyulit yang diderita sekarang dan dulu
·         Penyakit kardiovaskuler          : Tidak Pernah
·         Hipertensi                                : Tidak Pernah
·         Diabetes melitus                      : Tidak Pernah
·         Hepatitis                                  : Belum pernah melekukan tes lab
·         HIV/AIDS                              : Belum pernah melekukan tes lab
·         Malaria                                    : Tidak Pernah
·         Campak                                   : Tidak Pernah
·         TBC                                        : Tidak Pernah
·         Anemia berat                           : Tidak Pernah
·         Penyakit ginjal                        : Tidak Pernah
·         Gangguan mental                    : Tidak Pernah
·         Asma  Brachial                        : Tidak Pernah

8.      Riwayat Biopsikososial
·         Komunikasi
Non Verbal                                               :  Lancar
Verbal                                                       :  Bahasa Indonesia
·         Pengambilan keputusan dalam keluarga   :  Suami
·         Hubungan dengan keluarga                      : Baik
·         Hubungan dengan orang lain                    : Baik
·         Dukungan keluarga                                   :  Keluarga sangat mendukung dan mengharapkan kehamilan ini
·         Beban kerja                                               :  Ibu hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga biasa seperti menyapu, menyuci, dan memasak.

9.      Riwayat Biologis
a.       Nutrisi
·    Makan            
Makan terakhir            : Tanggal 12-02- 2012 pukul 16.15 Wita
Komposisi                   : Nasi, sayur, lauk pauk
Porsi                            : 1 piring
·   Minum
Minum terakhir           : Tanggal 12-02- 2012 pukul 16.15 Wita
Komposisi                   :  Air putih
Porsi                            : 1 gelas
b.      Pola eliminasi
·         BAB                    
BAB terakhir : Tanggal 12-02-2012 pukul 15.30 Wita
·         BAK
BAK terakhir: Tanggal 12-02-2012 pukul 16.00 Wita
c.    Pola istirahat
·         Istirahat terakhir    : Tanggal 12-02-2012 pukul 16.00 Wita
Lama                    : ± 2 jam






2.      DATA OBYEKTIF
1)      Pemeriksaan Umum
·         Keadaan Umum    : Baik
·         Kesadaran             : Composmentis
·         Emosi                    : Stabil
·         BB saat ini            : 64 kg
·         TB                         : 159 cm
·         LILA                     : 27 cm

2)      Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
·         TD                         : 120/80 mmHg
·         Nadi                      : 80 x/menit
·         Suhu                      : 36,5ºC
·         Respirasi                : 22 x/menit

3)      Pemeriksaan Fisik
a.       Muka
Simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedoma
b.      Mata
Konjungtiva tidak pucat dan skelera tidak ikterus
c.       Abdomen
Inspeksi
Tidak ada bekas luka operasi, linea nigra, striae livid.
Palpasi
Leopold I   : TFU setinggi px (30 cm) teraba bokong ( lebar, lunak, tidak melenting) pada fundus
Leopold II   :  Teraba punggung (datar, keras) kanan
Leopold III  : Presentasi kepala ( bulat, keras, melenting)
Leopold IV  : Kepala sudah masuk PAP 3/5 bagian
TBJ               : 2945 gr
His                : (+) 3 x dalam 10 menit, lamanya 45 detik
Auskultasi    :  DJJ (+), irama 11-12-12, frekuensi 136 x/ menit
d.      Ekstremitas
Tidak ada oedema, kuku tidak pucat, tidak ada varises, reflek patella +/+
e.       Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan dalam tanggal 12-02-2012 pukul 16.30 wita
VT Ø 8 cm, eff 70 %, selaput ketuban (-) warna jernih, teraba kepala, denuminator UUK di kanan depan, penurunan kepala di HII, tidak teraba bagian kecil janin/ tali pusat.
f.       Pemeriksaan penunjang
Tanggal  16-01-2012
HB                        : 11, 2 gr %
Red           : (-)
Goldar       :  A
II.  INTERPRESTASI DATA DASAR
A.       Diagnosa
G2 P1 A0 H1, UK 38-39 minggu, tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan inpartu kala I fase aktif.
Dasar
Dasar Subyektif          :
-    Ibu mengatakan hamil kedua dan tidak pernah keguguran.
-    Ibu mengatakan hamil 9 bulan
-    Ibu mengatakaan HPHT tanggal 16-05-2011
-    Ibu mengatakan sakit pinggang menjalar keperut sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 06.00 wita, disertai pengeluaran lendir campur darah dan pengeluaran air ketuban sejak tanggal 12 Februari 2012 pukul 16.20 wita
-    Ibu mengatakan pergerakan bayi masih dirasakan.
Dasar Obyektif           :
-    Keadaan umum ibu, kesadarannya composmetis, tekanan darah : 120/80 mmHg, suhu : 36,5 oC (aksila), nadi 80 x/menit, pernafasan 22 x/menit.
-    TFU 30 cm (setengah Pusat Px), teraba bokong di fundus yaitu teraba bulat, lunak, tidak melenting. Teraba punggung kanan yaitu taraba keras, datar seperti papan di bagian kanan ibu.Teraba Kepala yaitu bulat, keras, melenting, Kepala masuk PAP 3/5 bagian (kepala sudah tidak dapat digoyangkan), PBBJ: 2945 gr
-    DJJ (+),  frekuensi : 136x/menit, His 3x dalam 10 menit lamanya 45 detik
-    VT Ø 8 cm eff 75 %, ketuban (-) warna jernih,  teraba kepala, denominator UKK di kanan depan, penurunan kepala HII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
B.     Masalah
Gangguan rasa nyaman.
C.     Kebutuhan
-        Penjelasan tentang gangguan rasa nyaman yang dirasakan

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri        : Tidak ada
Kolaborasi    : Tidak ada
Rujukan        : Tidak ada

V.    RENCANA ASUHAN
1.      Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2.      Jelaskan ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
3.      Anjurkan ibu untuk jalan atau miring kiri
4.      Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya dukungan bagi ibu/ dukungan moril
5.      Siapkan ruangan yang bersih, nyaman dan cukup cahaya
6.      Siapkan alat partus
7.      Siapkan alat heating set
8.      Siapkan alat dan tempat resusitasi
9.      Siapkan perlengkapan ibu
10.  Siapkan pakaian dan perlengkapan bayi
11.  Anjurkan ibu untuk makan dan mium
12.  Observasi dan pantau kemajuan persalinan dengan partograf

VI. PELAKSANAAN ( Tanggal 12 Februari 2012 pukul 16.30 Wita)
1.      Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa pembukaan belum lengkap, keadaan janin baik
2.      Menjelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu adalah proses yang normal terjadi pada saat persalinan, karena rasa sakit (kontraksi) yang dirasakan ibu akan membentu proses lahirnya/ keluarnya bayi. Ibu bisa mengurangi rasa sakitnya dengan menarik nafas panjang lewat hidung kemudian melepaskannya perlahan-lahan lewat mulut, serta menganjurkan keluarga yang menemaninya untuk memijat dan menggosok pinggangnya untuk mengurangi rasa sakit.
3.      Menganjurkan ibu untuk jalan atau tidur miring kiri.
4.      Menjelaskan pada keluarga tentang pentingnya dukungan bagi ibu berupa dukungan moril dengan meyakinkan pada ibu dan menjelaskan ibu mengenai proses dan kemajuan persalinan serta mendengarkan keluhan ibu. Menghadirkan orang terdekat bagi ibu seperti suami dan kerabat lainnya.




5.      Menyiapkan ruangan yang bersih, nyaman dan penyinaran yang cukup.
6.      Menyiapkan alat partus, yaitu : klem ½ kocher, 1 gunting episiotomy, 2 klem, 1 gunting tali pusat, kasa, oxytocin, ergometrin, 2 handscone, bengkok,benang tali pusat.
7.      Menyiapkan heating set, yaitu : naldpuder, 1 pinset sirurgis, 1 pinset anatomis, 1 gunting benang, jarum jahit, benang catgut, duh, kasa, betadine, 1 pasang handscon.
8.      Menyiapkan peralatan dan tempat resusitasi, yaitu : meja datar, 3 kain, lampu 60 watt, balon isap lender, deley, VTP (Ventilasi Tekanan Positif), oksigen (02) 50 liter.
9.      Menyiapkan perlengkapan ibu, yaitu : pembalut, kain dan selimut ibu, serta makanan dan minuman manis.
10.  Menyiapkan pakaian dan perlengkapan bayi, yaitu kain, lampin, baju, sarung tangan dan sarung kaki dalam satu rangkaian.
11.  Menganjurkan dan memberikan ibu makan dan minum agar memiliki tenaga yang cukup, anjurkan keluarga untuk mendukung/ memotivasi dan membantu ibu untuk makan dan minum.
12.  Mengobservasi dan pantau kemajuan persalinan pada partograf, yaitu: DJJ tiap 1 jam untuk fase laten (tiap 30 menit untuk fase aktif), VT setiap 4 jam, tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam dan catat pada partograf.











Tabel observasi kesejahteraan ibu dan janin
TGL/
Jam
HIS
DJJ
TANDA VITAL
PENGELUARAN
KELUHAN
KETERANGAN

Frek
lama
Ints
+/-
Frek
TD
N
S
R
PERVAGINAM


12-02-12
Jam 16.30
Wita
4x


45”



kuat

+



136x/m



120/80


80



36,5 oC


22



Blood slym



Sakit  pinggang menjalar perut
Bagian bawah

VT Æ 8 cm, eff 75%, ketuban (-) jernih, denuminator UUK di kanan depan, kepala ↓ HII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
16.35
Wita
5x

45

Kuat
+

140x/m




80



22

Blood slym

Sakit pinggang menjalar keperut bagian bawah dan seperti ingin BAB

VT Æ 10 cm, eff 100%, ketuban (-) jernih, denuminator UUK di depan, kepala ↓ HIII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.


VII.    EVALUASI (Tanggal 12 Februari Pukul 16.35 Wita)

1.      Ibu mengatakan sakit perut semakin kuat dan sering
2.      Ibu mengatakan ingin meneran seperti mau BAB
3.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis, TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S; 36,50C (aksila), RR: 22x/menit.
4.      Nampak adanya tanda dan gejala kala II yaitu adanya dorongan untuk meneran, tekanan pada rektum dan anus, perineum menonjol, vulva dan vagina membuka.
5.      VT Ø 10 cm, eff 100% ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di depan, penurunan kepala H III, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.
PERSALINAN KALA II (Pukul 16.35 wita)
I.    Pengumpulan Data
  1. Data Subyektif
1.      Ibu mengatakan ingin mengedan seperti ingin BAB
2.      Ibu merasakan sakit perut dan pinggang yang semakin kuat
B.     Data Obyektif
1.    Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis.
2.    TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S; 36,50C (aksila), RR: 22x/menit.
3.    His semakin kuat 5x dalam 10 menit selama 45 detik. DJJ (+), irama 12-12-11 , frekuensi 140 x/menit.
4.    Dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol kepala nampak di vulva.
5.    VT Ø 10 cm, eff 100% ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di depan, penurunan kepala H III, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.

II.  INTERPRESTASI DATA DASAR
A.    Diagnosa
G2P1 A0 H1, UK 38-39  minggu , tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala, keadaan umum  ibu dan janin baik dengan  inpartu  kala II.
Data Subyektif
1.      Ibu mengatakan ingin mengedan seperti ingin BAB
2.      Ibu merasakan sakit perut dan pinggang yang semakin kuat
Data Obyektif
1.    Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmetis.
2.    TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, S; 36,50C (aksila), RR: 22x/menit His semakin kuat 5x dalam 10 menit selama 45 detik. DJJ (+), frekuensi 140 x/menit.


3.    Dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol, kepala nampak di vulva.
4.    VT Ø 10 cm, eff 100% ket (-) warna jernih, teraba kepala, denominator UUK di depan, penurunan kepala HIII, tidak teraba bagian kecil janin/tali pusat.

B.     Masalah  :        Ketidak nyamanan
Dasar     :
Ibu mengalami sakit perut yang semakin kuat, ibu ingin BAB dan mengedan

C.     Kebutuhan : Penjelasan mengenai sakit perut yang dirasakan ibu

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
      Tidak ada

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri        : Tidak ada
Kolaborasi    : Tidak ada
Rujukan        : Tidak ada
V.  RENCANA ASUHAN
 
1.    Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2.    Jelaskan pada ibu ketidaknyamanan dan cara mengatasinya
3.    Jelaskan pada keluarga untuk memberi dukungan moril
4.    Atur posisi persiapan persalinan
5.    Persiapkan penolong
6.    Ajarkan ibu tehnik mengedan yang bena
7.    Tolong persalinan sesuai APN
VI. PELAKSANAAN (Tanggal 12 Februari 2012 Pukul 16.35)
1.      Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik. Keadaan janin ibu baik, posisi normal dan bunyi jantung teratur, dan memberitahu ibu bahwa sebentar lagi akan melahirkan karena pembukaan sudah lengkap. Sakit pinggang sampai ke perut bagian bawah masih terjadi karena kepala bayi ibu terus turun pada jalan lahir, sehingga ibu akan mengalami sakit pinggang dan perut bagian bawah.
2.      Menjelaskan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu adalah proses yang normal terjadi pada saat persalinan, kontraksi uterus atau rasa sakit yang dirasakan ibu itu akan membantu proses keluarnya bayi. Semakin kuat dan seringnya rasa sakit akan mempercepat proses kelahiran.
3.      Menganjurkan kepada keluarga untuk memberi dukungan moril dan meminta keluarga untuk menemani selama proses persalinan.
4.      Mengatur ibu pada posisi persalinan yaitu dengan posisi setengah duduk dengan meninggikan tempat tidur dibagian kepala
5.      Penolong mempersiapkan diri dan pastikan alat partus lengkap, kemudian membuka satu buah spuit 3 cc kedalam partus set dan mematahkan ampul oksitosin 10 IU. Penolong persalinan memakai celemek/schort, mencuci tangan dan keringkan, lalu menggunakan sarung tangan kemudian menggunakan tekhnik satu tangan mengambil spuit 3 cc, tangan kiri memegang ampul oksitosin dan disedot kemudian diletakkan kembali kedalam partus set.
6.      Membimbing ibu cara mengedan yang baik yaitu melakukan tarik nafas yang panjang jika datang his dan mengejan kebawah seperti seorang yang buang air besar yang keras. Kedua tangan dimasukkan ke paha sampai kesiku tangan kemudian tarik paha ke samping, dan dagu ditempelkan ke dada. Ibu dianjurkan tidak menutup mata saat mengedan dan menutup mulutnya. Dan salah satu keluarga membantu ibu dalam posisi setengah duduk. Pada his yang kuat ibu disuruh mengejan seperti yang telah di ajarkan. Bila his hilang ibu di istitahatkan dan diberi makan atau minum untuk sumber tenaga.
7.      Memimpin persalinan. Pada saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm, handuk/kain dipasang diatas perut dan duck bersih dipasang dibawah bokong ibu. Penolong memakai sarung tangan pada saat kepala di suboksiput bregmatika berada dibawah simpysis. Tangan kanan melindungi perinium dialasi duck bersih, tangan  kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat. Pada saat kepala lahir ibu disuruh meniup kemudian bersihkan muka janin, lendir dan darah menggunakan kasa steri. Penolong memeriksa apakah apakah ada lilitan tali pusat, ternyata tidak ada, lalu menunggu kepala bayi mengadakan putaran paksi luar  sesuai dengan arah punggung bayi yaitu punggung kanan kemudian kedua tangan penolong berada dalam posisi biparietal. Kepala bayi ditarik perlahan-lahan ke bawah untuk untuk melahirkan bahu depan dan ditarik ke atas untuk menarik bahu belakang. Setelah itu penolong menyangga kepala, leher, dan bahu bayi bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher dan bagian bawah kepala dan keempat jari lainnya pada bahu dan punggung bayi, sementara tangan kiri dengan jempol di dada menyusuri bagian anterior sampai pada tungkai bawah dan menyelipkan jari telunjuk tangan kiri di antara lutut janin. Setelah keseluruhan badan bayi lahir, pegang bayi bertumpu pada tangan kanan, kemudian dilakukan penilain bayi. Kemudian bayi di letakkan di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari badan bayi pada kain kering yang sudah disiapkan, bayi segera dikeringkan, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat.









VII. EVALUASI (tanggal 12 februari 2012, pukul 16.40 wita)

1.      Bayi lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
2.      Nilai apgar bayi baru lahir pada 1 menit pertama yaitu 7.
No
Aspek penilaian
1 menit pertama
nilai
1
Appearance
Kulit merah, ekstermitas biru
1
2
Pulse rate
≥100 x/menit
2
3
Grimance
Menyeringai
1
4
Activity
Sedikit fleksi
1
5
Respiration
Teratur
2
Jumlah

7

3.      Ibu tampak lelah setelah melakukan persalinan.

PERSALINAN KALA III (Pukul 16.40wita)
II.    PENGUMPULAN DATA
A.    Data subyektif
Ibu mengatakan perut mules setelah bayi lahir
B.     Data obyektif
1.    Bayi lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
2.    Nilai apgar bayi baru lahir pada 1 menit pertama yaitu 7.

No
Aspek penilaian
1 menit pertama
Nilai
1
Appearance
Kulit merah, ekstermitas biru
1
2
Pulse rate
≥100 x/menit
2
3
Grimance
Menyeringai
1
4
Activity
Sedikit fleksi
1
5
Respiration
Teratur
2
Jumlah

7

3.    Ibu tampak lelah setelah melakukan persalinan.

III. INTERPRETASI DATA DASAR
A.    Diagnosa         : P2A0H2  keadaan umum ibu dan bayi baik dengan  kala III.
Dasar Subyektif   : Ibu mengatakan perutnya masih mules
Dasar Obyektif  :
1.      Keadaan umum ibu dan bayi baik, kesadaran ibu composmentis.
2.      Bayi lahir spontan, hidup, jenis kelamin laki-laki.
3.      Nilai apgar bayi baru lahir pada 1 menit pertama yaitu 7.

           B.      Masalah           : Ketidaknyamanan
Dasar              : Ibu mengatakan perutnya mules.
Kebutuhan      : Penjelasan tentang ketidaknyamanan yang dialami.
IV. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

V.    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA
Mandiri           : Tidak ada
Kolaborasi       : Tidak ada
Rujukan           : Tidak ada

VI. RENCANA ASUHAN
1.      Jelaskan pada ibu tentang keadaan dan tindakan yang akan dilakukan.
2.      Jelaskan tentang ketidaknyaman yang di alami.
3.      Berikan dukungan moril pada ibu dan anjurkan keluarga untuk tetap menemani ibu.
4.      Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak adanya bayi ke dua dalam uterus.
5.      Lakukan Manajemen aktif kala III


VII.          PELAKSANAAN ASUHAN  (pukul 16.41 wita)
1.      Menjelaskan pada ibu bahwa proses persalinan berjalan dengan baik dan tinggal menunggu kelahiran plasenta, di mana ibu akan merasakan perut mules karena proses kelahiran plasenta tersebut. Menginformasikan pada ibu bahwa keadaan bayinya baik dan harus segera disusui yang jugs akan membantu ibu mempercepat kelahiran plasenta serta mencegah terjadinya perdarahan pada ibu.
2.      Menjelaskan pada ibu bahwa ketidaknyamanan yang dirasakannya merupakan hal yang normal karena rahim berkontraksi untuk mengembalikan  rahim ke bentuk semula serta dapat mencegah terjadinya perdarahan.
3.      Memberikan dukungan moril pada ibu dan menganjurkan keluarga untuk tetap menemani ibu.
4.      Penolong memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak adanya bayi ke dua dalam uterus dan tidak ada bayi ke dua.
5.      Melakukan manajemen aktif kala III yaitu :
·         Penolong memberitahu ibu bahwa akan di suntikan oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik. Penolong menyuntikan oksitosin 10 unit IM  1/3 paha atas bagian distal lateral segera setelah bayi lahir
·         Penolong menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Penolong mendorong isi pusat bayi ke arah distal (ibu) menjepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Penolong memotong dan mengikatkan tali pusat, yaitu dengan satu tangan penolong memegang tali pusat yang telah di jepit dan melakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Penolong mengikat tali pusat  dengan benang steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Penolong melepaskan klem dan masukan ke dalam wadah yang telah di sediakan. Nilai APGAR SCORE pada 5 menit kedua.
Tabel Penilaian APGAR SCORE 5 menit kedua.

5 menit kedua
Nilai
Kulit merah,ekstremitas biru
1
≥100 x/menit
2
Menangis kuat
2
Gerakan aktif
2
Teratur
2

9

·         Posisikan bayi untuk IMD yaitu dengan posisi tengkurap di dada ibu dimana kepala bayi berada di antara payudara ibu. Kemudian selimuti bayi hingga menutup kepala bayi.
·         Penolong melakukan peregangan tali pusat terkendali. penolong memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. Penolong meletakan  tangan kiri di atas kain pada perut ibu di tepi atas simfisis  untuk mendeteksi adanya kontraksi, tangan kanan penolong memegang tali pusat. Setelah berkontraksi penolong menegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan kiri mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso kranial) secara hati- hati untuk mencegah inversion uteri. Tunggu tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu semburan darah secara tiba-tiba, perubahan pada fundus, tali pusat terlihat memanjang, meminta ibu meneran sedikit sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar dengan tempat tidur ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir. Jika plasenta sudah tampak di vulva, penolong  melahirkan plasenta secara hati-hati dengan memutar plasenta searah jarum jam untuk mencegah tertinggalnya selaput plasenta. Setelah plasenta lahir semua, tangan kiri penolong melakukan masase pada uterus 15 kali dan tangan kanan memeriksa kelengkapan plasenta.
·         Penolong memeriksa plasenta setelah lahir apakah selaput korion, amnion dan kortiledonnya lengkap.
·         Penolong melakukan masage untuk memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan, kemudian cek jumlah perdarahan. Ternyata perdarahan ± 100 cc.
VIII. EVALUASI 12 februari  (pukul 16.50 wita)
1.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
2.      Plasenta lahir lengkap (selaput korion, amnion dan kotiledonnya lengkap).
3.      TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
KALA IV (pukul 16.50 wita)
I.       PENGUMPULAN DATA DASAR
A.    Data Subyektif
1.      Ibu mengatakan sangat lelah dan kecapean
2.      Ibu merasa sakit atau tidaknyaman
B.     Data Obyektif
1.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
2.      Plasenta lahir lngkap (selaput korion, amnion dan kotiledonnya lengkap).
3.      TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
II.    INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa      :  P2A0H2, keadaan umum ibu dan bayi baik dengan Kala IV
Dasar            :
Data subjektif       : Tidak ada
Data objektif                     :
-         Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
-         Plasenta lahir lengkap (selaput korion, amnion dan kortiledonnya lengkap).
-         TFU: 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, perdarahan ± 100 cc, kandung kemih kosong.
Masalah        : Ketidaknyamanan
Dasar            : Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules.
Kebutuhan   : Penjelasan tentang ketidaknyamanan yang dialami.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada

IV. KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA
Mandiri        : Tidak ada.
Kolaborasi    : Tidak ada
Rujukan        : Tidak ada
V.    RENCANA ASUHAN
1.      Jelaskan pada ibu tentang rasa sakit dan ketidaknyamanan yang dialami
2.      Cek robekan.
3.      Lakukan massage yang ke dua
4.      Siapkan alat heating
5.      Lakukan heating
6.      Ajarkan ibu cara massase sendiri
7.      Bersihkan badan ibu dari cairan, darah, dan kotoran lainnya, mengganti kain dan pakaian dan pasang pembalut
8.      Antropometri Bayi
9.      Beri bayi tetes mata antibiotic prolaksis
10.  Injeksi Vitamin K pada bayi
11.  Lakukan pengawasan kala IV

VI. PELAKSANAAN ASUHAN 12 februari  (Pukul 16.50 Wita)
1.      Menjelaskan pada ibu bahwa rasa mules yang dirasakan merupakan hal yang normal karena rahim berkontraksi untuk mengembalikan rahim ke bentuk semula serta dapat mencegah terjadinya perdarahan.
2.      Penolong  mengecek adanya robekan jalan lahir, ternyata  tidak ada robekan jalan lahir.
3.      Melakukan masasse yang ke dua yaitu menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian – bagian palmar jari sambil mengajarkan ibu masage sendiri agar kontraksi baik dan tidak terjadi perdarahan.
4.      Mengajarkan ibu cara massase sendiri agar kontraksi uterus baik.
5.      Membersihkan badan ibu dari cairan, darah dan kotoran lainnya, mengganti kain dan pakain ibu yang kotor dengan yang bersih. Kemudian memasang pembalut
6.      Melakukan penimbangan/pengukuran serta pemeriksaan fisik pada bayi, yaitu: BB: 3200 gr, PB: 50 cm, LIKA: 32 cm, LIDA: 31 cm, LILA: 11 cm, dan hasil pemeriksaan fisik bayi normal atau tidak ada kelainan, anus (+).

7.      Memberi salep mata antibiotic prolaksis.(oksitetrasiclin)
8.      Memberikan injeksi vitamin K1 pada bayi dibagian paha kiri setelah lahir sebanyak 0,1 cc.
9.      Melakukan pengawasan kala IV yaitu mengobservasi TD, N, S, RR,  CUT, kandung kemih, pengeluaran darah dalam 1 jam pertama tiap 15 menit dan 1 jam ke 2 tiap 30 menit.

Tabel pemantauan kala IV
Jam ke
Waktu
Tekanan darah
Nadi
Suhu
TFU
CUT
Kandung kemih
Perdarahan
1
17.05
17.20
17.35
17. 50
120/80
120/80
120/80
120/80
82
80
84
88
36,7
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
Baik
Baik
Baik
Baik
Kosong
Kosong
Kosong
Kosong

2
18.20
18.50
120/80
120/80
88
88
36,5
2 jr bwh pst
2 jr bwh pst
Baik
Baik
Kosong
Kosong
± 50 cc

VII.    EVALUASI  12 februari (Pukul 18.50 Wita)
1.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
2.      Masage yang kedua sudah dilakukan
3.      Telah dilakukan heating karena tidak ada robekan jalan lahir.
4.      Bayi telah ditimbang dengan BB: 3200 gr, PB: 50 cm, LIKA: 32 cm, LIDA: 31 cm, LILA: 11 cm.
5.      Telah diberikan salep mata pada bayi.
6.      Bayi telah diinjeksi vitamin K pada paha kiri anterolateral.
7.      Telah dilakukan pengawasan Kala IV di mana hasil yang diperoleh adalah k/u  ibu baik, kesadaran composmetis, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 88x/menit, suhu: 36,5oC, TFU dua jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, jumlah perdarahan ± 50 cc.

BAB IV
PEMBAHASAN

Selama menjalani masa bersalin, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi perubahan fisik dimana terjadi perubahan yang merupakan proses lahirnya bayi sehingga apa yang dirasakan oleh ibu sepertio sakit pinggang menjalar ke perut, keluarnya lendir bercampur darah, pecahnya ketuban, dsb.
a.         Kala I :
Kala I pada ny”F” berlangsung sangat cepat hanya I jam hal ini tidak sesuai dengan teori yang kami dapatkan dal;am teori multigravida di katakan memerlikan waktu lebih cepat daripada primigravida.

b.         Kala II
Dalam teori multigravida di katakan membutuhkan waktu ± i jam namun di lapangan kami menemukan kala II pada multigravida hanya berlangsung lima menit
c.         Kala III
Pada kala III sesuai dengan teori yaitu berlangsung 5-15 menit pada ny “F” dan pada ny “F” berlangsung 10 menit

d.        Kala IV
Pemantauan 2 jam post partum berlangsung secara normal kami mendapatkan kontraksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, nadi dan tekanan darah ibu normal serta jumlah perdarahan sampai akhir evaluasi ± 50 cc.




BAB V
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
a.    Adapun tujuan asuhan masa bersalin untuk tercapainya inpartu normal dan untuk deteksi awal adanya komplikasi pada ibu dan bayi
b.    Dalam mengkaji kesehatan ibu bersalin dilakukan melalui 7 langkah varney yaitu : pengumpulan data, interpretasi data dasar, identifikasi diagnosa masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana asuhan menyeluruh, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
B.     SARAN
1.    Bagi Mahasiswa, diharapkan dalam melakukan observasi masa bersalin dan dipantau secara seksama keadaan TTV, TFU, kontraksi uterus dan DJJ.
2.    Bagi para bidan, agar dapat memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya.
3.    Untuk lahan praktik, agar dapat memberikan dan meningkatkan pelayanan yang komprehensif.




DAFTAR PUSTAKA

Simpkin, P. & ancheta, R. (2000). The labor progress handbook. Blackwell science. Oxpord.

Baston, H. 2001. blood pressure measurement  : midwifery basic. The practicing midwifery, 19-20.

Varney. 1997. Varney’s Midwifery  . Jones and Bartllet Publisher. Sudbury. Massachustts : USA.

Bennet,V.R dan Brown,L.K, 1996, myles text book for midwifes, edisi 12, churcil livingstone, London.

PUSDIKNAKES, WHO, JHPIEGO. 2003.  Asuhan Kebidanan Postpartum.

Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara. UK

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka








Tidak ada komentar: