BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Obstetri (Ilmu Kebidanan)
adalah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan, dan nifas, Kehamilan
(Gravidarus) mulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan
persalinan, Persalinan (partus) proses pengeluaran bayi dari badan ibu, Nifas (
puerperium) masa setelah persalinanyang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil.
Kata Obstetri berasal dari obsto yang berarti mendampingi.tujuan Obstetri adalah membawa ibu
dan anak dengan selmat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas. Secara
luas obstetri adalah pengaturan secara optimalisasi daari reproduksi manusia.
Betapa luasnya dan betapa pentingnya berapa banyak orang bersalin setiap
tahunnya dan berapa ibu dan anak yang meninggal setiap tahun karena
persalianan.
Tingginya angka kematian tersebut dikarenakan masih
banyak ibu-ibu di Indonesia saat melahirkan tidak ingin meminta pertolongan
persalianan terlatih. Mereka menganggap bahwa penolong persalinan yang terlatih
tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan dan kebudayaan, tradisi, serta
keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui penyakit yang tejadi pada ibu hamil?
2.
Mengetahui penyakit pada ibu hamil khususnya kardivaskuler,
darah, saluran pernapasan, traktus digestifus hepar, serta ginjal.
C.
Manfaat
Dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penyakit serta kelainan pada ibu
hamil dalam menangani di lingkungan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyakit dan Kelainan pada
Kandungan
a.
Keguguran
Keguguran
atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu
atau dimana janin memiliki berat di bawah 500 gram. jenis keguguran yakni yang
dikenali dan tidak dikenali. Keguguran yang dikenali terjadi pada wanita yang
telah mengetahui dan membuktikan dirinya hamil. Sedangkan keguguran yang tidak
dikenali, terjadi pada wanita yang belum mengetahui dirinya hamil. Ini dapat
terjadi pada wanita yang menstruasinya datang sedikit terlambat. Bisa jadi, si
wanita mengira sekadar menstruasi biasa padahal telah terjadi keguguran.
Wanita yang
telah mencapai usia itu harus berpikir masak sebelum memutuskan untuk hamil.
Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Risiko keguguran
memang semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur. Jadi, wanita yang
berusia 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi dibanding wanita yang
berusia 30 tahun. Apalagi jika usianya di atas 40 tahun.
Selain itu,
wanita yang telah mengalami keguguran beruntun sebanyak dua kali akan memiliki
peluang keguguran hingga 35 persen pada kehamilan berikutnya. Angka itu semakin
bertambah hingga 50 persen pada kehamilan keempat atau pada wanita yang telah
mengalami keguguran hingga tiga kali berturut-turut.
v Penyebab
Keguguran
Penyebab
keguguran ada dua yakni kelainan yang berasal dari janin atau ibu sendiri. Bila
berasal dari janin, biasanya karena faktor kelainan kromosom (pembawa sifat di
dalam inti sel yang diturunkan dari ayah dan ibu kepada anaknya). Ini dapat
berupa kelainan bentuk atau jumlahnya yang tak sesuai. Sedangkan kelainan yang
berasal dari ibu umumnya diakibatkan karena kebiasaan merokok, mengonsumsi
minuman beralkohol, minum obat-obatan yang dapat membahayakan kandungan, atau
terkena pengaruh radiasi serta polusi. Bisa juga akibat kondisi rahim yang
kurang baik atau akibat pengaruh kadar hormonal yang kurang baik pada si ibu.
Perhatian lebih patut diberikan pada kejadian keguguran berulang. Keguguran
berulang, tandas Kanadi, “Adalah keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara
beruntun.” Penyebab terbesar pada keguguran berulang, tambah dokter dari Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI, adalah terjadinya kelainan pada
sistem pembekuan darah atau sistem kekebalan tubuh ibu, dan selanjutnya secara
berurutan adalah akibat gangguan hormonal, kelainan bentuk rahim, dan kelainan
kromosom.
b.
Infeksi
Toxoplasma
Infeksi
Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma
yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah,
malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi
Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan
sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi
organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita
hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus
spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis
bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya
kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis
Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak
spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu,
pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan
IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan
sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi
baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
c.
Rubella
Infeksi
Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar
getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak
dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya
bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada
bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko
terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama
maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and
Gynecologists, 1981).
Tanda tanda
dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada
beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh
Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan
bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan
Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana
IgM.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan,
dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama
sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan
risiko infeksi rubella bawaan.
d.
Cytomegalovirus
(CMV)
Infeksi CMV
disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga
Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara
laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu
sedang hamil.
Jika ibu
hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga
mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian,
retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan
laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski
berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan
laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas
Anti-CMV IgG.
e. Sitomegalovirus
Serangan virus ini akan menyebabkan cacat janin pada bagian kepala, mata, kaki, dan kelainan darah.
Serangan virus ini akan menyebabkan cacat janin pada bagian kepala, mata, kaki, dan kelainan darah.
f. Herpes virus hominus
Serangan virus ini akan menyebabkan kematian janin dalam rahim. Jika bayinya lahir akan ditemukan gelombang-gelombang pada kulit badan atau mata dan selaput lendir mulut.
Serangan virus ini akan menyebabkan kematian janin dalam rahim. Jika bayinya lahir akan ditemukan gelombang-gelombang pada kulit badan atau mata dan selaput lendir mulut.
g. Abrupsio Plasenta (pelepasan
plasenta prematur)
Abrupslo plasenta (pelepasan plasenta prematur)
didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding
uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
Sinonimnya adalah perdarahan asidental, ablasio plasentae, dan apopleksi
plasenta.
Insiden
pelepasan plasenta prematur berkisar antara 1 dalam 55-250 persalinan,
tergantung pada kriteria diagnostik. Semua derajat pelepasan prematur plasenta
dapat terjadi, dari suatu pelepasan yang berdiameter hanya beberapa milimeter
sampai pelepasan seluruh plasenta. Pelepasan plasenta yang cukup berat untuk
menyebab: kematiar janin dapat terjadi pada sekitar 1 dalam 400 kelabiran.
h.
Kehamilan Ektopik
Ovum yang dibuahi (blastokista) biasanya tertanam di lapisan
endometrium rongga uterus. Implantasi di tempat lain disebut kehamilan ektopik.
Lebih dan 1 dalam setiap 100 adalah kehamilan ektopik, dan lebih dari 95%
kehamilan ektopik terjadi di tuba falopii.
Tipe kehamilan ektopik lainnya adalah implantasi trofoblas di
serviks (kehamilan serviks) atau ovarium (kehamilan ovarium). Kehamilan abdomen
terjadi jika plasenta yang sedang tumbuh di dalam tuba fallopii pecah ke dalam
rongga peritoneum dan terjadi implantasi di struktur panggul, termasuk uterus,
usus, atau dinding samping panggul.
Telah terjadi peningkatan jurnlah absolut dan laju kehamilan ektopik
yang cukup tajam. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah: peningkatan prevalensi infeksi tuba akibat
penyakit menular seksual, diagnosis yang lebih dini dengan pemeriksaan yang
iebih peka terhadap gonadotropin korion dan ultrasound transvagina, popularitas
kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterus tetapi tidak dapat mencegah
kehamilan ekstrauterus, kegagalan sterilisasi tuba,induksi aborsi yang diikuti
oleh in feksi, peningkatan penggunaan teknik bantuan reproduksi, dan pembedahan
tuba, termasuk riwayat salpingotomi akibat kehamilan tuba dan
tubuloplasti.Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil
dan merupakan penyebab tersering mortalitas ibu pada trimester pertama.
i.
Varises
wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah
di tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal
ini karena reaksi sistem vena terutama dinding pembuluh darah seperti otot-otot
ditempat lain melemah akibat pengaruh hormon steroid.
Bahaya varises dalam kehamilan
dan persalinan adalah bila pecah dapat berakibat fatal dan dapat pula terjadi
emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun
setelah lahir.
j.
Edema
Edema vulva sebagai bendungan lokal atau bagian dari
edema umum pada malnutrisi atau preeklamsia. Pengobatan harus pada penyakit
primernya. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi
sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau lama.
k. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan
ikat yang renggang di vulva, sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma
vulva dapat juga terjadi karena trauma misalanya jatuh terduduk pada tempat
yang keras atau koitus yang kasar. Bila hematom kecil resorbsi sendiri, bila besar
harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
l.
Kista vagina
Kista vagina
berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller. Letak lateral dalam vagina
bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisium uretra eksternum. Bila
kecil dan tidak ada keluhan dibiarkan tapi bila besar dilakukan pembedahan.
Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.
m. Retrofleksio
uteri
Kadang kadang
menyebabkan kemandulan karena kedua tuba tertekuk. Uterus gravidus yang
bertumbuh terus bisa terkurung dalam rongga panggul disebut retrofleksio uteri
gravidi inkarserata. Nasib kehamilan pada retrofleksio uteri dapat koreksi
spontan, abortus, koreksi tidak lengkap, inkrserasi
n. Prolap uteri
Turunya uterus
dari tempat biasa disebut desensus uteri atau prolap uteri. Terbagi dalam 3 tingkat:
1.
Tingkat 1 bila servik belum keluar dari vulva
2.
Tingakt 2 bila servik sudah keluar vulva tapi
corpus belum
3.
Tingkat 3 bila korpus uteri sudah berada di luar
vulva
Kehamilan dapat terjadi pada
prolap tk 1 dan 2
o.
Tumor uterus Mioma uteri
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
1.
Mengurangi kemungkinan hamil
2.
Kemungkinan abortus bertambah
3.
Kelainan letak janin dalam rahim
4.
Menghalangi jalan lahir
5.
Inersia uteri dan atonia uteri
6.
Sulit lepasnya plasenta
Pengaruh kehamilan dan persalinan
pada mioma
1.
Tumor tumbuh lebih cepat akibat hipertensi dan
edema terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal.
2.
Tumor menjadi lebih lunak, dapat berubah bentuk dan
mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya. Tumor tampak merah disebut
degenerasi merah atau tampak seperti daging disebut degenerasi daging
3.
Torsi pada mioma subserosum yang bertangkai. Torsi ini dapat menyebabkan nekrosis dengan gambaran
akut abdomen.
p.
Preklamsi dan Eklamsi
1. Preklamsi
v Pre eklampsia ringan adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan
20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur
kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
v Pre
eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
1. Ditinjau
dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama
perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap
dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
pengobatan medisinal.
2. Eklamsi
Eklampsia adalah kelainan akut pada
wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya
kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Penyebabnya :
-
Adanya protein dalam urin
-
Fungsi organ
hepar, ginjal, dan jantung
-
Fungsi
hematologi / hemostasis.
q.
Sunsang
Posisi
sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan
bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi
ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua.
Biasanya Anda akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian atas dengan
gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.
Penyebabnya :
1. Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan
janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin
makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya
janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut
sungsang.
2. Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi
karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat
elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37
dan seterusnya.
3. Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim
menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat
yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong
janin) berada di bagian bawah rahim.
4. Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang
melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki
trimester ketiga.
5. Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan
cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di
bagian atas rahim.
6. Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir
dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
7. Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong
janin mengubah posisinya menjadi sungsang.
8. Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar
daripada bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi
sungsang.
B.
Kardiovaskuler
Kehamilan
dan penyakit jantung akan saling mempengaruhi pada individu yang bersangkutan.
Kehamilan akan memberatkan penyakit jantung. Sebaliknya, penyakit jantung akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, lain halnya
pada kehamilan dengan jantung yang normal. Tubuh dapat menyesuaikan diri
terhadap perubahan sistem jantung dan pembuluh darah. Jika seorang wanita hamil
mengidap penyakit jantung akan terjadi perubahan-perubahan berikut:
1. Meningkatnya volume jantung, yang dimulai
sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu, lain
menetap. Kondisi ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan tubuh ibu dan janin
yang dikandungnya
2. Jantung dan diafragma (sekat rongga dada)
terdorong ke atas karena pembesaran rahim.
Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
• cepat merasa lelah,
• jantung berdebar-debar
• sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),serta
• bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
• cepat merasa lelah,
• jantung berdebar-debar
• sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),serta
• bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
Selain itu juga terjadi perubahan
anatomi pada sistem kardio vaskuler, antara lain :
·
Penebalan otot dinding ventrikel (trimester I)
·
Terjadi dilatasi (pelebaran) secara fisiologis pada jantung
·
Karena volume rongga perut (abdomen) meningkat menyebabkan hipertropi
jantung dan posisi jantung bergeser ke atasdan ke kiri
·
Pada fonokardiogram terdapat : splitting (bunyi jantung tambahan), murmur
sistolik dan murmur diastolik
·
Perubahan tekanan darah
Perubahan-perubahan di atas
mengakibatkan :
·
Kebutuhan suplai Fe kepada ibu hamil meningkat sekitar 500 mg/ hari
·
Ibu hamil sering lebih cepat mengalami kelelahan dalam beraktifitas
·
Bengkak pada tungkai bawah, namun hati-hati bila pembengkakan berlebihan
dan terjadi di tangan atau muka karena bisa merupakan gejala pre eklampsi.
·
Terjadinya anemia fisiologis ( keadaan normal Hb 12 gr% dan hematokrit 35
%)
·
10% wanita hamil mengalami hipotensi dan diaphoretic bila berada dalam
posisi terlentang
Walaupun begitu dalam keadaan
normal, kesehatan wanita hamil tidak akan terganggu. Namun pada ibu hamil
denngan riwayat penyakit jantung, kondisi ini memperburuk keadaan. Sehingga
seorang wanita dengan penyakit atau gangguan pada jantung sebaiknya
berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.
C.
Penyakit
Darah
1. Anemia
Wanita hamil
dikatakan mengidap penyakit anemia jika kadar hemoglobin (Hb) atau darah
merahnya kurang dari 10 gram %. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika
hemoglobinnya kurang dari 6 gram % disebut anemia gravis. Jumlah normal
hemoglobin wanita hamil adalah 12-15 gram % dan hemotokritnya adalah 35-54 %.
Sebaiknya, pengawasan terhadap hemoglobin dan hematokrit dilakukan pada semester
I dan trimester III Pada trimester I dan III pengenceran darah sudah mencapai
puncaknya. Umumnya, penyebab anemia adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat
besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi),
kehilangan darah yang banyak (pada haid-haid sebelumnya), serta
penyakit-penyakit kronik (seperti TBC paru-paru, cacing usus, dan malaria).
Jika seorang
wanita hamil mengidap anemia, kemungkinan terjadinya keguguran (abortus), lahir
prematur, proses persalinan yang lama, dan lemasnya kondisi sang ibu dapat
terjedi. Setelah lahir, penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan dan shock
akibat dari melemahnya kontraksi rahim.
Jika wanita hamil mengidap anemia. pengaruhnya dapat terjadi di awal kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio. Pada bulan ke 5—6, janin membutuhkan zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi (hemoglobin) ibu kurang maka terjadinya abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir prematur, serta terjadi cacat bawaan tidak dapat dihindari.
Jika wanita hamil mengidap anemia. pengaruhnya dapat terjadi di awal kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio. Pada bulan ke 5—6, janin membutuhkan zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi (hemoglobin) ibu kurang maka terjadinya abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir prematur, serta terjadi cacat bawaan tidak dapat dihindari.
Berikut ini
diuraikan beberapa tipe penyakit anemia yang sering diderita selama kehamilan:
-
Anemia
defisiensi besi, disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung
zat besi.
-
Anemia megaloblastik, disebabkan oleh kurangnya asupan
asam folik. Anemia ini muncul akibat dari malnutrisi dan infeksi yang menahun
(kronik). Anemia hipoplasti, disebabkan oleh menurunnya fungsi sumsum tulang
dalam membentuk sel darah merah baru
-
Anemia
hemolitik, disebabkan proses pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembentukkannya.
Beberapa
gejala yang timbul akibat penyakit anemia adalah adanya kelainan-kelainan
bentuk sel darah merah, lelah, lemah, serta gejala kelainan pada organ-organ
vital. Untuk mengatasinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang
mengandung zat besi dan protein, juga sayuran berwarna hijau yang mengandung
mineral dan vitamin.
2. Hipo dan afibrinogenemi.
Hipo dan
afibrinogenemio adalah kelainan pembekuan darah karena kekurangan zat
fibrinogen (zat pembeku). Penyakit ini disebabkan oleh solusio plasenta
(ari-ari yang lepas sebagian sebelum waktunya), kematian janin dalam rahim,
masuknya air ketuban (yang mengandung gumpalan lemak) ke dalam pembuluh darah,
perdarahan yang cukup banyak, missed abortion (kematian hasil pembuahan yang
berkepanjangan), eklampsia (kejang pada kehamilan), dan abortus yang
terinfeksi. Jika fibrinogen (zat pembekuan darah) dalam darah berkurang cukup
banyak maka perdarahan akan sulit untuk dihentikan. Kondisi ini dapat
mengakibatkan kematian. Penanganan penyakit ini tergantung pada keadaan
penderita dan faktor penyebabnya. Jika perlu, dokter akan mengangkat rahim
untuk menyelamatkan jiwanya.
3. Iso-imunisasi
Iso-imunisasi
adalah proses pembentukkan zat-zat penangkal (aglutinin/antibodi) antigen yang
berasal dari orang lain. Entrosit ibu yang mengandung antigen masuk ke dalam
tubuh janin yang tidak memiliki antigen. Akibatnya, akan terbentuk benda-benda
penangkis (antibodi) dalam tubuh janin terhadap antigen. Apabila antibodi
bertemu dengan antigen maka eritrosit yang mengandung antigen akan diserang
sehingga terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) dan hemolisis (pemecahan
darah). Penyakit hemolitik pada janin yang disebabkan oleh iso-imunisasi
disebut eritroblastosis fetalis.
Biasanya,
anak pertama lahir dalam keadaan sehat. Anak-anak berikutnya akan mengalami
iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup, lalu meninggal
pada hari-hari pertama setelah
kelahirannya.
Penyebabnya adalah antagonisme rhesus/ ABO dan defisiensi enzim (G6PD). Untuk
menanganinya harus disesuaikan dengan keadaan bayi. Biasanya, dilakukan
transfusi darah, atau transfusi tukar darah. Selanjutnya dilakukan pencegahan
dengan cara memberikan pengobatan suntikan antiRhoGam pada ibu 72 jam setelah
persalinan untuk menangkal sel darah bayi yang masuk ke ibu.
D.
Penyakit
Saluran Pernapasan pada Ibu Hamil
Sistem pernafasan tersusun atas saluran pernafasan dan
paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernafasan. Pernafasan merupakan
proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber
energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa metabolisme.
Saluran udara pernafasan tersusun atas: lubang hidung, rongga
hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Lubang hidung sampai
bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara
respirasi.
Struktur maupun fungsi sistem pernafasan manusia dapat
mengalami gangguan atau serangan penyakit. Antara lain:
1.
Asma, merupakan penyakit penyumbatan
saluran Pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu atau kotoran.
2.
TBC, penyakit paru-paru yang
diakibatkan oleh serangan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Difusi oksigen
akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding
alveolus. Tuberkolosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem
saraf sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB),
sistem genitourinary, tulang dan sendi.
Di masa kehamilan ibu hamil dapat mengalami masalah kehamilan
berupa sesak nafas. Hal ini disebabkan karena di awal kehamilan tubuh ibu hamil
memproduksi hormon progesterone yang menekan gerakan paru-paru. Karena
terbatasnya gerakan paru-paru, ibu hamil akan bernafas lebih sering agar dapat
memenuhi kebutuhan oksigen bagi ibu dan bayi.
Penyebab sesak nafas pada kehamilan yang lain adalah adanya
perkembangan rahim yang semakin mendorong diafragma sehingga rongga dada
menjadi lebih sempit dan dengan sendirinya paru-paru tertekan. Tekanan pada
paru-paru ini lah yang memicu terjadinya sesak nafas pada kehamilan.
Cara
Mengatasinya :
Untuk mengatasi masalah sesak nafas di masa kehamilan,
sebaiknya ibu hamil selalu duduk dengan tegak agar ruang paru-paru tidak
tertekan dan mempunyai ruang lebih untuk berkembang ketika bernafas. Hindari
gerakan tiba-tiba karena adanya himpitan organ tubuh ke rongga dada. Di masa
kehamilan selalu lakukan gerakan perlahan agar paru-paru tidak tertekan.Ketika
ibu berbaring, kepala harus disangga sehingga tekanan pada paru-paru berkurang.
Sejumlah perempuan melewati kehamilan tanpa merasakan
ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti masalah kehamilan diatas. Namun
demikian hal tersebut mungkin tidak terjadi pada kehamilan anda. Perlu anda
tanamkan pada diri anda bahwa masalah kehamilan tersebut hanya muncul sementara
dan akan hilang kelak ketika anda telah melahirkan. Untuk itu bila masalah ini
muncul ibu hamil dapat mencoba membayangkan wajah bayi ibu kelak sehingga
ketidak nyamanan di kehamilan ini menjadi hilang dan segera berganti dengan
kesenangan anda sebagai ibu baru.
Sesak saat usia kehamilan enam bulan keatas wajar terjadi.
Hal tersebut dikarenakan kondisi rahim yang semakin membesar dengan berat badan
bayi yang terus bertambah besar dan akibatnya menekan dinding dada atau
diafragma sang ibu hamil. Sehingga rongga paru akan berkurang dan timbul sesak.
Memang ada sebagian ibu hamil tidak merasakan hal tersebut.
Berikut
adalah tips untuk membantu mengurangi sesak selama kehamilan ibu :
·
Disarankan bagi ibu hamil untuk melakukan kegiatan olah raga
untuk ibu hamil. Olah raga untuk ibu hamil dapat membuat tubuh tetap sehat dan
bugar. Tentu saja olah raga tersebut harus sesuai dengan usia kehamilan. Senam
hamil biasanya dilakukan pada usia 28 sampai 30 minggu masa kehamilan.
·
Sebaiknya ibu hamil selalu duduk dengan tegak agar ruang
paru-paru tidak tertekan dan mempunyai ruang lebih untuk bernafas.
·
Saat tidur usahakan agar kepala dan bahu diganjal pada satu
atau dua bantal.
·
Jika sesak dirasakan saat berdiri atau berjalan,
istirahatlah, bungkukkan badan dan sandarkan badan pada kursi atau bantal. Jika
sesak belum juga berkurang, konsultasikan dengan dokter atau bidan Anda.
- Penyakit Traktus Digestifus Hevar (Alat Pencernaan)
Terdapat perubahan fungsi
alat pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan
tersebut umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat
ditanggulangi dengan mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan
atau dengan melalui pendekatan psikologis.
Ada tiga faktor yang
menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu
perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan dan ketiga faktor
tersebut akan memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan
akan terjadi pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot
alat pencernaan yang berkuran, disamping itu terdapat pula perubahan letak
serta penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual,
muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan
yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau-bauan tersebut atau
dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudah cukup.
Penyakit hati
bukan karena komplikasi kehamilan tapi :
v Hepatitis
infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan
penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil
penyebab hepatitis infeksiosa terutama oleh Virus hepatitis B, walupun
kemungkinan juga dapat Virus hepatitis A atau hepatitis C. Hepatitis virus
dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin
maupun Ibu. Pada trimester pertama dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang
dijumpai kelainan kongenital (anomali pada janin), sedangkan pada kehamilan
trimester kedua dan ketiga, sering terjadi persalinan prematur. Tidak
dianjurkan untuk melakukan terminasi pada kehamilan, dengan induksi atau seksio
sesarea, karena akan mempertinggi resiko pada Ibu. Pada hepatitis B, janin
kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu lahir, atau masa neonatus;
walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu.
v Penyakit
hati karena obat
Obat-obat
tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan
kerusakan fatal seperti fenotiazin, tetrasikin, klorpromazin, koloform,
arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen. Fenotiazin dan
klorpromazin yang digunakan untuk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam
kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam
dosis yang besar. Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam
kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada
janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Begitu pula obat-obat
isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat
menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati
setelah pengobatan beberapa bulan.
v Ruptura
hepatis
Ruptura
hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam
kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalis sangat tinggi, kemungkinan
75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis
pernah menderita pre-eklampsia atau eklamsia. Gambaran klinik mencakup nyeri
epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness)dan
syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruptura hepatis lekas diketahui dan
segera dioperasi.
v Sirosis
hepatis
Kehamilan
agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat
mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya
penyakit.
Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
v Kolelitiasis
dan kolesistitis
Kolelitiasis
dijumpai 2-3 kali sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sbg
salah satu faktor pendetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung
empedu. Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung
empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu. Sebaiknya wanita
hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu. Hal ini terjadi adanya
anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu
kecil saluran empedu ke dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri
perut sebelah kanan atas atau di daerah epigastrium yang mungkin gradual atau
mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu
belakang kanan. Bila penyumbatan total, mungkin kolik empedu tetap, penderita
enek-enek, muntah, demam dan menggigil (kolesistis), dan ikterus. Pada
penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit kandung empedu, atau makan yang
telah diatur, dimana ia tak tahan lemak. Pada pemeriksaan didapatkan penderita
panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukositosis, sedangkan urin
normal. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan : preeklampsia, penyakit hati,
pankreastitis, pielonefritis, ulkus peptikum, hernia hiatus diafragma.
Pemeriksaaan kolesistografi tidak banyak memberi hasil, karena itu tidak
dianjurkan dalam kehamilan. Ultrasonografi mungkin lebih dapat membantu.
Penanggulangan kolelitiasis dalam kehamilan, pada umumnya konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dilakukan kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, nekrosis, gangren atau perforasi.
Penanggulangan kolelitiasis dalam kehamilan, pada umumnya konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dilakukan kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, nekrosis, gangren atau perforasi.
F.
Penyakit
Ginjal
Secara
empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan
risiko yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan
kelainan-kelainan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan
lain sebagainya.
Insufisiensi Ginjal
Kronis, Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali
lipat, karena satu: efek kehamilan terhadap fungsi ginjal dan dua: efek kelainn
ginjalnya terhadap kehamilan.
Efek kehamilan
terhadap fungsi ginjal,bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa
tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya
kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein
(proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi insufisiensi yang
moderat.Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine <1.5 mg%, sedang
jika kadar serum creatinine 1.5-2.4 mg% dan berat jika kadar serum creatinine
>2.5 mg%
Penyebab
menurunnya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui. Adanya
hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran
kencing juga bisa memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi
pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Efek insufisiensi
ginjal terhadap kehamilan, secara umum, janin bisa bertahan hidup sangat besar
yaitu 95%. Namun pada pasien yang menjalani dialisis (cuci darah)angkanya
menjadi 52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa mengalami komplikasi berupa
BBLR, persalinan kurang bulan dan lahir mati.
Penanganan :
Penanganan :
Kunjungan ANC
harus lebih sering. Beberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai
usia kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sesudahnya. Kontrol tekanan darah
pada setiap kunjungan. Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan
skrining akan adanya infeksi saluran kencing. Erythropoietin dapat diberikan
jika penderita mengalami anemia namun harus hati2 karena bisa memperburuk
hipertensi.
Kehamilan
pada pasien cuci darah, penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis biasanya
menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa terjadi pada 1 % pasien terutama ditahun2
awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak diketahui pasti, diduga karena
berbagai faktor (multifaktorial). 42% wanita yang menjalani dialisis haidnya
masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir). Anemia juga berperan
dan pemakaian erythropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.
Secara umum,
kehamilan dilarang (kontra indikasi) pada pasien dialisis. Luaran janin
selalunya jelek. Hanya 23-55% kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakn
terjadi abortus pada TM II. Bayi yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu
85% lahir kurang bulan (prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah)atau SGA (Small For Gestasional Age). Komplikasi ibu juga ada seperti
kematian ibu.
Diagnosis
awal kehamilan juga agak sukar karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi.
jika diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan USG. Rekomendasi buat
penderita dialisis yang hamil Masukkan pasien dalam daftar transplantasi.
Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu, hindari terjadinya hipotensi
akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan hidup janin,
namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan frekuensi
dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit
dan kelainan yang terjadi pada ibu hamil pada dasarnya dapat membahyakan jiwa
dan keselamatan ibu serta janin , penyakit yang menyerang sistem tubuh, ini
harus di pantau secara dini guna mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan.
B. Saran
Kami mengharapkan petugas kesehatan atau semua
mahasiswi dapat dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah
wawasan tentang penyakit dan kelainan pada ibu hamil dan dapat dicegah atau
ditanggulangi di lingkungan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar