ISI SURVEI SINGKAT DI BAYAR!! http://www.indosurvei.com/exostan

Jumat, 15 Juni 2012

PENYAKIT DAN KELAINAN PADA IBU HAMIL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Obstetri (Ilmu Kebidanan) adalah ilmu yang mempelajari kehamilan, persalinan, dan nifas, Kehamilan (Gravidarus) mulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan permulaan persalinan, Persalinan (partus) proses pengeluaran bayi dari badan ibu, Nifas ( puerperium) masa setelah persalinanyang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan sampai kepada keadaan sebelum hamil.
            Kata Obstetri berasal dari obsto yang berarti mendampingi.tujuan Obstetri adalah membawa ibu dan anak dengan selmat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas. Secara luas obstetri adalah pengaturan secara optimalisasi daari reproduksi manusia. Betapa luasnya dan betapa pentingnya berapa banyak orang bersalin setiap tahunnya dan berapa ibu dan anak yang meninggal setiap tahun karena persalianan.
            Tingginya angka kematian tersebut dikarenakan masih banyak ibu-ibu di Indonesia saat melahirkan tidak ingin meminta pertolongan persalianan terlatih. Mereka menganggap bahwa penolong persalinan yang terlatih tidak benar-benar memperhatikan kebutuhan dan kebudayaan, tradisi, serta keinginan pribadi para ibu dalam persalinan dan kelahiran bayinya.

B.     Tujuan
1.      Mengetahui penyakit yang tejadi pada ibu hamil?
2.      Mengetahui penyakit pada ibu hamil khususnya kardivaskuler, darah, saluran pernapasan, traktus digestifus hepar, serta ginjal.
C.    Manfaat
Dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa tentang penyakit serta kelainan pada ibu hamil dalam menangani di lingkungan masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penyakit dan Kelainan pada Kandungan
a.      Keguguran
Keguguran atau abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum usianya mencapai 20 minggu atau dimana janin memiliki berat di bawah 500 gram. jenis keguguran yakni yang dikenali dan tidak dikenali. Keguguran yang dikenali terjadi pada wanita yang telah mengetahui dan membuktikan dirinya hamil. Sedangkan keguguran yang tidak dikenali, terjadi pada wanita yang belum mengetahui dirinya hamil. Ini dapat terjadi pada wanita yang menstruasinya datang sedikit terlambat. Bisa jadi, si wanita mengira sekadar menstruasi biasa padahal telah terjadi keguguran.
Wanita yang telah mencapai usia itu harus berpikir masak sebelum memutuskan untuk hamil. Kebanyakan penyebabnya adalah masalah kelainan kromosom. Risiko keguguran memang semakin bertambah seiring dengan pertambahan umur. Jadi, wanita yang berusia 35 tahun memiliki risiko keguguran lebih tinggi dibanding wanita yang berusia 30 tahun. Apalagi jika usianya di atas 40 tahun.
Selain itu, wanita yang telah mengalami keguguran beruntun sebanyak dua kali akan memiliki peluang keguguran hingga 35 persen pada kehamilan berikutnya. Angka itu semakin bertambah hingga 50 persen pada kehamilan keempat atau pada wanita yang telah mengalami keguguran hingga tiga kali berturut-turut.
v  Penyebab Keguguran
Penyebab keguguran ada dua yakni kelainan yang berasal dari janin atau ibu sendiri. Bila berasal dari janin, biasanya karena faktor kelainan kromosom (pembawa sifat di dalam inti sel yang diturunkan dari ayah dan ibu kepada anaknya). Ini dapat berupa kelainan bentuk atau jumlahnya yang tak sesuai. Sedangkan kelainan yang berasal dari ibu umumnya diakibatkan karena kebiasaan merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, minum obat-obatan yang dapat membahayakan kandungan, atau terkena pengaruh radiasi serta polusi. Bisa juga akibat kondisi rahim yang kurang baik atau akibat pengaruh kadar hormonal yang kurang baik pada si ibu. Perhatian lebih patut diberikan pada kejadian keguguran berulang. Keguguran berulang, tandas Kanadi, “Adalah keguguran sebanyak tiga kali atau lebih secara beruntun.” Penyebab terbesar pada keguguran berulang, tambah dokter dari Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI, adalah terjadinya kelainan pada sistem pembekuan darah atau sistem kekebalan tubuh ibu, dan selanjutnya secara berurutan adalah akibat gangguan hormonal, kelainan bentuk rahim, dan kelainan kromosom.
b.      Infeksi Toxoplasma
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesipik. Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi
Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan mata dan atelinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis.
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik). Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertma, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi Toxoplasma.
c.       Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak dan dewasa muda.
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila ruam merah tidak tampak. Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
d.      Cytomegalovirus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, ekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain.
Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pemeriksaan laboratorium yang silakukan meliputi Anti CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.
e.       Sitomegalovirus
       Serangan virus ini akan menyebabkan cacat janin pada bagian kepala, mata, kaki, dan kelainan darah.
f.       Herpes virus hominus
Serangan virus ini akan menyebabkan kematian janin dalam rahim. Jika bayinya lahir akan ditemukan gelombang-gelombang pada kulit badan atau mata dan selaput lendir mulut.
g.      Abrupsio Plasenta (pelepasan plasenta prematur)
Abrupslo plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Sinonimnya adalah perdarahan asidental, ablasio plasentae, dan apopleksi plasenta.
Insiden pelepasan plasenta prematur berkisar antara 1 dalam 55-250 persalinan, tergantung pada kriteria diagnostik. Semua derajat pelepasan prematur plasenta dapat terjadi, dari suatu pelepasan yang berdiameter hanya beberapa milimeter sampai pelepasan seluruh plasenta. Pelepasan plasenta yang cukup berat untuk menyebab: kematiar janin dapat terjadi pada sekitar 1 dalam 400 kelabiran.
h.      Kehamilan Ektopik
Ovum yang dibuahi (blastokista) biasanya tertanam di lapisan endometrium rongga uterus. Implantasi di tempat lain disebut kehamilan ektopik. Lebih dan 1 dalam setiap 100 adalah kehamilan ektopik, dan lebih dari 95% kehamilan ektopik terjadi di tuba falopii.
Tipe kehamilan ektopik lainnya adalah implantasi trofoblas di serviks (kehamilan serviks) atau ovarium (kehamilan ovarium). Kehamilan abdomen terjadi jika plasenta yang sedang tumbuh di dalam tuba fallopii pecah ke dalam rongga peritoneum dan terjadi implantasi di struktur panggul, termasuk uterus, usus, atau dinding samping panggul.
Telah terjadi peningkatan jurnlah absolut dan laju kehamilan ektopik yang cukup tajam. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah:  peningkatan prevalensi infeksi tuba akibat penyakit menular seksual, diagnosis yang lebih dini dengan pemeriksaan yang iebih peka terhadap gonadotropin korion dan ultrasound transvagina, popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterus tetapi tidak dapat mencegah kehamilan ekstrauterus, kegagalan sterilisasi tuba,induksi aborsi yang diikuti oleh in feksi, peningkatan penggunaan teknik bantuan reproduksi, dan pembedahan tuba, termasuk riwayat salpingotomi akibat kehamilan tuba dan tubuloplasti.Kehamilan ektopik masih menjadi penyebab utama kematian ibu hamil dan merupakan penyebab tersering mortalitas ibu pada trimester pertama.
i.        Varises
wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama dinding pembuluh darah seperti otot-otot ditempat lain melemah akibat pengaruh hormon steroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat berakibat fatal dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.
j.        Edema
Edema vulva sebagai bendungan lokal atau bagian dari edema umum pada malnutrisi atau preeklamsia. Pengobatan harus pada penyakit primernya. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau lama.
k.      Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang di vulva, sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalanya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus yang kasar. Bila hematom kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.
l.        Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller. Letak lateral dalam vagina bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisium uretra eksternum. Bila kecil dan tidak ada keluhan dibiarkan tapi bila besar dilakukan pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.
m.    Retrofleksio uteri
Kadang kadang menyebabkan kemandulan karena kedua tuba tertekuk. Uterus gravidus yang bertumbuh terus bisa terkurung dalam rongga panggul disebut retrofleksio uteri gravidi inkarserata. Nasib kehamilan pada retrofleksio uteri dapat koreksi spontan, abortus, koreksi tidak lengkap, inkrserasi
n.      Prolap uteri
Turunya uterus dari tempat biasa disebut desensus uteri atau prolap uteri. Terbagi dalam 3 tingkat:
1.      Tingkat 1 bila servik belum keluar dari vulva
2.      Tingakt 2 bila servik sudah keluar vulva tapi corpus belum
3.      Tingkat 3 bila korpus uteri sudah berada di luar vulva
Kehamilan dapat terjadi pada prolap tk 1 dan 2
o.      Tumor uterus Mioma uteri
Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan
1.      Mengurangi kemungkinan hamil
2.      Kemungkinan abortus bertambah
3.      Kelainan letak janin dalam rahim
4.      Menghalangi jalan lahir
5.      Inersia uteri dan atonia uteri
6.      Sulit lepasnya plasenta
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma
1.      Tumor tumbuh lebih cepat akibat hipertensi dan edema terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal.
2.      Tumor menjadi lebih lunak, dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya. Tumor tampak merah disebut degenerasi merah atau tampak seperti daging disebut degenerasi daging
3.      Torsi pada mioma subserosum yang bertangkai. Torsi ini dapat menyebabkan nekrosis dengan gambaran akut abdomen.
p.      Preklamsi dan Eklamsi
1.      Preklamsi
v  Pre eklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Gejala klinis pre eklampsia ringan meliputi :
1. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih; diastol 15 mmHg atau lebih
dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau
sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg; diastol 90 mmHg sampai kurang
110 mmHg.
2. Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2).
3. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
v  Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
1.      Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre eklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
 Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
2.       Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah
pengobatan medisinal.
2.      Eklamsi
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia.
Penyebabnya   :
-          Adanya protein dalam urin
-           Fungsi organ hepar, ginjal, dan jantung
-           Fungsi hematologi / hemostasis.
q.      Sunsang
Posisi sungsang, posisi janin memanjang dengan kepala di bagian atas rahim dan bokongnya ada di bagian bawah, tergolong sebagai kelainan letak janin. Kondisi ini biasanya sudah terdekteksi saat kehamilan memasuki trimester kedua. Biasanya Anda akan merasakan kandungan terasa penuh di bagian atas dengan gerakan janin terasa lebih banyak di bagian bawah.
Penyebabnya   :
1.      Bobot janin relatif rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak. Ketika menginjak usia 28-34 minggu kehamilan, berat janin makin membesar, sehingga tidak bebas lagi bergerak. Pada usia tersebut, umumnya janin sudah menetap pada satu posisi. Kalau posisinya salah, maka disebut sungsang.
2.      Rahim yang sangat elastis. Hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa anak sebelumnya, sehingga rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.
3.      Hamil kembar. Adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian bawah rahim.
4.      Hidramnion (kembar air). Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
5.      Hidrosefalus. Besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan (hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas rahim.
6.      Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
7.      Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.
8.      Kelainan bawaan. Jika bagian bawah rahim lebih besar daripada bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi sungsang.


B.     Kardiovaskuler
Kehamilan dan penyakit jantung akan saling mempengaruhi pada individu yang bersangkutan. Kehamilan akan memberatkan penyakit jantung. Sebaliknya, penyakit jantung akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan, lain halnya pada kehamilan dengan jantung yang normal. Tubuh dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan sistem jantung dan pembuluh darah. Jika seorang wanita hamil mengidap penyakit jantung akan terjadi perubahan-perubahan berikut:
1.       Meningkatnya volume jantung, yang dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32 minggu, lain menetap. Kondisi ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan tubuh ibu dan janin yang dikandungnya
2.       Jantung dan diafragma (sekat rongga dada) terdorong ke atas karena pembesaran rahim.
Dengan demikian. cukup jelas bahwa kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat terjadi. Keluhan-keluhan yang sering muncul adalah:
• cepat merasa lelah,
• jantung berdebar-debar
• sesak napas, kadang-kadang disertai kebiruan di sekitar mulut (sionosis),serta
• bengkak pada tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
Selain itu juga terjadi perubahan anatomi pada sistem kardio vaskuler, antara lain :
·         Penebalan otot dinding ventrikel (trimester I)
·         Terjadi dilatasi (pelebaran) secara fisiologis pada jantung
·         Karena volume rongga perut (abdomen) meningkat menyebabkan hipertropi jantung dan posisi jantung bergeser ke atasdan ke kiri
·         Pada fonokardiogram terdapat : splitting (bunyi jantung tambahan), murmur sistolik dan murmur diastolik
·         Perubahan tekanan darah
Perubahan-perubahan di atas mengakibatkan :
·         Kebutuhan suplai Fe kepada ibu hamil meningkat sekitar 500 mg/ hari
·         Ibu hamil sering lebih cepat mengalami kelelahan dalam beraktifitas
·         Bengkak pada tungkai bawah, namun hati-hati bila pembengkakan berlebihan dan terjadi di tangan atau muka karena bisa merupakan gejala pre eklampsi.
·         Terjadinya anemia fisiologis ( keadaan normal Hb 12 gr% dan hematokrit 35 %)
·         10% wanita hamil mengalami hipotensi dan diaphoretic bila berada dalam posisi terlentang
Walaupun begitu dalam keadaan normal, kesehatan wanita hamil tidak akan terganggu. Namun pada ibu hamil denngan riwayat penyakit jantung, kondisi ini memperburuk keadaan. Sehingga seorang wanita dengan penyakit atau gangguan pada jantung sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum merencanakan kehamilan.
C.    Penyakit Darah
1.      Anemia
Wanita hamil dikatakan mengidap penyakit anemia jika kadar hemoglobin (Hb) atau darah merahnya kurang dari 10 gram %. Penyakit ini disebut anemia berat. Jika hemoglobinnya kurang dari 6 gram % disebut anemia gravis. Jumlah normal hemoglobin wanita hamil adalah 12-15 gram % dan hemotokritnya adalah 35-54 %. Sebaiknya, pengawasan terhadap hemoglobin dan hematokrit dilakukan pada semester I dan trimester III Pada trimester I dan III pengenceran darah sudah mencapai puncaknya. Umumnya, penyebab anemia adalah kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam makanan yang dikonsumsi, penyerapan yang kurang baik (malabsorpsi), kehilangan darah yang banyak (pada haid-haid sebelumnya), serta penyakit-penyakit kronik (seperti TBC paru-paru, cacing usus, dan malaria).
Jika seorang wanita hamil mengidap anemia, kemungkinan terjadinya keguguran (abortus), lahir prematur, proses persalinan yang lama, dan lemasnya kondisi sang ibu dapat terjedi. Setelah lahir, penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan dan shock akibat dari melemahnya kontraksi rahim.
Jika wanita hamil mengidap anemia. pengaruhnya dapat terjadi di awal kehamilan, yaitu terhadap hasil pembuahan (janin, plasenta, darah). Hasil pembuahan membutuhkan zat besi yang jumlahnya cukup banyak untuk membentuk butir-butir darah merah dan pertumbuhan embrio. Pada bulan ke 5—6, janin membutuhkan zat besi yang semakin besar. Jika kandungan zat besi (hemoglobin) ibu kurang maka terjadinya abortus, kematian janin dalam kandungan atau waktu lahir, lahir prematur, serta terjadi cacat bawaan tidak dapat dihindari.
Berikut ini diuraikan beberapa tipe penyakit anemia yang sering diderita selama kehamilan:
-           Anemia defisiensi besi, disebabkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi.
-          Anemia megaloblastik, disebabkan oleh kurangnya asupan asam folik. Anemia ini muncul akibat dari malnutrisi dan infeksi yang menahun (kronik). Anemia hipoplasti, disebabkan oleh menurunnya fungsi sumsum tulang dalam membentuk sel darah merah baru
-           Anemia hemolitik, disebabkan proses pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembentukkannya.
Beberapa gejala yang timbul akibat penyakit anemia adalah adanya kelainan-kelainan bentuk sel darah merah, lelah, lemah, serta gejala kelainan pada organ-organ vital. Untuk mengatasinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi dan protein, juga sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin.
2.       Hipo dan afibrinogenemi.
Hipo dan afibrinogenemio adalah kelainan pembekuan darah karena kekurangan zat fibrinogen (zat pembeku). Penyakit ini disebabkan oleh solusio plasenta (ari-ari yang lepas sebagian sebelum waktunya), kematian janin dalam rahim, masuknya air ketuban (yang mengandung gumpalan lemak) ke dalam pembuluh darah, perdarahan yang cukup banyak, missed abortion (kematian hasil pembuahan yang berkepanjangan), eklampsia (kejang pada kehamilan), dan abortus yang terinfeksi. Jika fibrinogen (zat pembekuan darah) dalam darah berkurang cukup banyak maka perdarahan akan sulit untuk dihentikan. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian. Penanganan penyakit ini tergantung pada keadaan penderita dan faktor penyebabnya. Jika perlu, dokter akan mengangkat rahim untuk menyelamatkan jiwanya.
3.       Iso-imunisasi
Iso-imunisasi adalah proses pembentukkan zat-zat penangkal (aglutinin/antibodi) antigen yang berasal dari orang lain. Entrosit ibu yang mengandung antigen masuk ke dalam tubuh janin yang tidak memiliki antigen. Akibatnya, akan terbentuk benda-benda penangkis (antibodi) dalam tubuh janin terhadap antigen. Apabila antibodi bertemu dengan antigen maka eritrosit yang mengandung antigen akan diserang sehingga terjadi aglutinasi (penggumpalan darah) dan hemolisis (pemecahan darah). Penyakit hemolitik pada janin yang disebabkan oleh iso-imunisasi disebut eritroblastosis fetalis.
Biasanya, anak pertama lahir dalam keadaan sehat. Anak-anak berikutnya akan mengalami iso-imunisasi yang menyebabkan bayi lahir mati atau lahir hidup, lalu meninggal pada hari-hari pertama setelah
kelahirannya. Penyebabnya adalah antagonisme rhesus/ ABO dan defisiensi enzim (G6PD). Untuk menanganinya harus disesuaikan dengan keadaan bayi. Biasanya, dilakukan transfusi darah, atau transfusi tukar darah. Selanjutnya dilakukan pencegahan dengan cara memberikan pengobatan suntikan antiRhoGam pada ibu 72 jam setelah persalinan untuk menangkal sel darah bayi yang masuk ke ibu.
D.    Penyakit Saluran Pernapasan pada Ibu Hamil
Sistem pernafasan tersusun atas saluran pernafasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernafasan. Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa metabolisme.
Saluran udara pernafasan tersusun atas: lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Lubang hidung sampai bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara respirasi.

Struktur maupun fungsi sistem pernafasan manusia dapat mengalami gangguan atau serangan penyakit. Antara lain:
1.      Asma, merupakan penyakit penyumbatan saluran Pernafasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu atau kotoran.
2.      TBC, penyakit paru-paru yang diakibatkan oleh serangan bakteri Mycobacterium tuberculosa. Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus. Tuberkolosis atau TBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral (meningitis, sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary, tulang dan sendi.
Di masa kehamilan ibu hamil dapat mengalami masalah kehamilan berupa sesak nafas. Hal ini disebabkan karena di awal kehamilan tubuh ibu hamil memproduksi hormon progesterone yang menekan gerakan paru-paru. Karena terbatasnya gerakan paru-paru, ibu hamil akan bernafas lebih sering agar dapat memenuhi kebutuhan oksigen bagi ibu dan bayi.
Penyebab sesak nafas pada kehamilan yang lain adalah adanya perkembangan rahim yang semakin mendorong diafragma sehingga rongga dada menjadi lebih sempit dan dengan sendirinya paru-paru tertekan. Tekanan pada paru-paru ini lah yang memicu terjadinya sesak nafas pada kehamilan.

Cara Mengatasinya     :
Untuk mengatasi masalah sesak nafas di masa kehamilan, sebaiknya ibu hamil selalu duduk dengan tegak agar ruang paru-paru tidak tertekan dan mempunyai ruang lebih untuk berkembang ketika bernafas. Hindari gerakan tiba-tiba karena adanya himpitan organ tubuh ke rongga dada. Di masa kehamilan selalu lakukan gerakan perlahan agar paru-paru tidak tertekan.Ketika ibu berbaring, kepala harus disangga sehingga tekanan pada paru-paru berkurang.
Sejumlah perempuan melewati kehamilan tanpa merasakan ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti masalah kehamilan diatas. Namun demikian hal tersebut mungkin tidak terjadi pada kehamilan anda. Perlu anda tanamkan pada diri anda bahwa masalah kehamilan tersebut hanya muncul sementara dan akan hilang kelak ketika anda telah melahirkan. Untuk itu bila masalah ini muncul ibu hamil dapat mencoba membayangkan wajah bayi ibu kelak sehingga ketidak nyamanan di kehamilan ini menjadi hilang dan segera berganti dengan kesenangan anda sebagai ibu baru.
Sesak saat usia kehamilan enam bulan keatas wajar terjadi. Hal tersebut dikarenakan kondisi rahim yang semakin membesar dengan berat badan bayi yang terus bertambah besar dan akibatnya menekan dinding dada atau diafragma sang ibu hamil. Sehingga rongga paru akan berkurang dan timbul sesak. Memang ada sebagian ibu hamil tidak merasakan hal tersebut.
Berikut adalah tips untuk membantu mengurangi sesak selama kehamilan ibu :
·         Disarankan bagi ibu hamil untuk melakukan kegiatan olah raga untuk ibu hamil. Olah raga untuk ibu hamil dapat membuat tubuh tetap sehat dan bugar. Tentu saja olah raga tersebut harus sesuai dengan usia kehamilan. Senam hamil biasanya dilakukan pada usia 28 sampai 30 minggu masa kehamilan.
·         Sebaiknya ibu hamil selalu duduk dengan tegak agar ruang paru-paru tidak tertekan dan mempunyai ruang lebih untuk bernafas.
·         Saat tidur usahakan agar kepala dan bahu diganjal pada satu atau dua bantal.
·         Jika sesak dirasakan saat berdiri atau berjalan, istirahatlah, bungkukkan badan dan sandarkan badan pada kursi atau bantal. Jika sesak belum juga berkurang, konsultasikan dengan dokter atau bidan Anda.
  1. Penyakit Traktus Digestifus Hevar (Alat Pencernaan)
Terdapat perubahan fungsi alat pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan tersebut umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat ditanggulangi dengan mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan atau dengan melalui pendekatan psikologis.
Ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan dan ketiga faktor tersebut akan memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan akan terjadi pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot alat pencernaan yang berkuran, disamping itu terdapat pula perubahan letak serta penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual, muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau-bauan tersebut atau dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudah cukup.
Penyakit hati bukan karena komplikasi kehamilan tapi          :
v  Hepatitis infeksiosa
            Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati yang paling sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil penyebab hepatitis infeksiosa terutama oleh Virus hepatitis B, walupun kemungkinan juga dapat Virus hepatitis A atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun Ibu. Pada trimester pertama dapat terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital (anomali pada janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, sering terjadi persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada kehamilan, dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi resiko pada Ibu. Pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu lahir, atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu.
v  Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperti fenotiazin, tetrasikin, klorpromazin, koloform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen. Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan untuk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar. Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.

v  Ruptura hepatis
Ruptura hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalis sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklamsia. Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness)dan syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruptura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.
v  Sirosis hepatis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit.
Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.
v  Kolelitiasis dan kolesistitis
Kolelitiasis dijumpai 2-3 kali sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sbg salah satu faktor pendetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung empedu. Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu. Sebaiknya wanita hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu. Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebelah kanan atas atau di daerah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila penyumbatan total, mungkin kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan menggigil (kolesistis), dan ikterus. Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit kandung empedu, atau makan yang telah diatur, dimana ia tak tahan lemak. Pada pemeriksaan didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukositosis, sedangkan urin normal. Diagnosis banding yang perlu dipikirkan : preeklampsia, penyakit hati, pankreastitis, pielonefritis, ulkus peptikum, hernia hiatus diafragma. Pemeriksaaan kolesistografi tidak banyak memberi hasil, karena itu tidak dianjurkan dalam kehamilan. Ultrasonografi mungkin lebih dapat membantu.
Penanggulangan kolelitiasis dalam kehamilan, pada umumnya konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dilakukan kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, nekrosis, gangren atau perforasi.

F.     Penyakit Ginjal
Secara empiris, kehamilan dengan kelainan ginjal kronis merupakan kehamilan dengan risiko yang sangat tinggi. Karena kehamilan sendiri bisa menyebabkan kelainan-kelainan pada ginjal seperti infeksi saluran kemih, hipertensi dan lain sebagainya.
Insufisiensi Ginjal Kronis, Perhatian terhadap wanita hamil dengan penyakit ini menjadi dua kali lipat, karena satu: efek kehamilan terhadap fungsi ginjal dan dua: efek kelainn ginjalnya terhadap kehamilan.
Efek kehamilan terhadap fungsi ginjal,bisa terjadi penurunan fungsi ginjal. Secara umum prognosa tergantung derajat dengan gangguan ginjal pada saat konsepsi, serta adanya kelainan2 penyerta, seperti tekanan darah tinggi dan bocornya protein (proteinuria). Fungsi ginjal biasanya bertahan dengan kondisi insufisiensi yang moderat.Insufisiensi ringan jika kadar serum creatinine <1.5 mg%, sedang jika kadar serum creatinine 1.5-2.4 mg% dan berat jika kadar serum creatinine >2.5 mg%
Penyebab menurunnya fungsi ginjal, pada beberapa pasien bahkan tidak diketahui. Adanya hipertensi memberi kontribusi memburuknya fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing juga bisa memperburuk fungsi ginjal. Proteinuria yang sering terjadi pada wanita hamil bisa mempengaruhi fungsi ginjal.
Efek insufisiensi ginjal terhadap kehamilan, secara umum, janin bisa bertahan hidup sangat besar yaitu 95%. Namun pada pasien yang menjalani dialisis (cuci darah)angkanya menjadi 52%. Penderita dengan gangguan ringan bisa mengalami komplikasi berupa BBLR, persalinan kurang bulan dan lahir mati.

Penanganan     :
Kunjungan ANC harus lebih sering. Beberapa penulis menganjurkan kontrol tiap 2 minggu sampai usia kehamilan 28 minggu dan seminggu sekali sesudahnya. Kontrol tekanan darah pada setiap kunjungan. Lakukan test urin terhadap adanya protein serta lakukan skrining akan adanya infeksi saluran kencing. Erythropoietin dapat diberikan jika penderita mengalami anemia namun harus hati2 karena bisa memperburuk hipertensi.
Kehamilan pada pasien cuci darah, penyakit ginjal yang membutuhkan dialisis biasanya menurunkan kesuburan. Kehamilan bisa terjadi pada 1 % pasien terutama ditahun2 awal dialisis. Penyebab infertilitasnya tidak diketahui pasti, diduga karena berbagai faktor (multifaktorial). 42% wanita yang menjalani dialisis haidnya masih tetap normal, tetapi tidak berovulasi (anovulatoir). Anemia juga berperan dan pemakaian erythropoietin didapatkan meningkatkan angka kehamilan.
Secara umum, kehamilan dilarang (kontra indikasi) pada pasien dialisis. Luaran janin selalunya jelek. Hanya 23-55% kehamilan yang bayinya bisa hidup. Kebanyakn terjadi abortus pada TM II. Bayi yang bertahanpun masih memiliki kelainan yaitu 85% lahir kurang bulan (prematur)dan 28%-nya BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)atau SGA (Small For Gestasional Age). Komplikasi ibu juga ada seperti kematian ibu.

Diagnosis awal kehamilan juga agak sukar karena kadar HCG penderita dialisis juga tinggi. jika diduga hamil maka lakukan segera pemeriksaan USG. Rekomendasi buat penderita dialisis yang hamil Masukkan pasien dalam daftar transplantasi. Selama dialisa, lakukan monitor janin dan ibu, hindari terjadinya hipotensi akibat dialisa. Pemakaian erythropoietin bisa meningkatkan harapan hidup janin, namun harus hati2 karena bisa menimbulkan hipertensi. Peningkatan frekuensi dialisa bisa memperbaiki mortalitas dan morboditas (kesakitan).




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyakit dan kelainan yang terjadi pada ibu hamil pada dasarnya dapat membahyakan jiwa dan keselamatan ibu serta janin , penyakit yang menyerang sistem tubuh, ini harus di pantau secara dini guna mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan.
B.       Saran
Kami mengharapkan petugas kesehatan atau semua mahasiswi dapat dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan tentang penyakit dan kelainan pada ibu hamil dan dapat dicegah atau ditanggulangi di lingkungan masyarakat.

Tidak ada komentar: